Selasa, 15 April 2014

ARGUMENTASI DAN THEOLOGIA DALAM MEMBERITAKAN INJIL (1)

Oleh: Pdt. Budi Asali, M.Div



 

MENGAPA KITA HARUS MEMBERITAKAN INJIL?

   

I) Karena Tuhan memerintahkannya.


Tuhan menghendaki setiap orang kristen untuk melayani Dia sesuai dengan karunia yang telah diberikan kepadanya oleh Tuhan.

Bahwa Tuhan memberikan kepada setiap orang Kristen karunia-karunia yang berbeda-beda terlihat dari 1Kor 12:7-11 - “(7) Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama. (8) Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. (9) Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan. (10) Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu. (11) Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendakiNya”.

Dan bahwa Tuhan menghendaki setiap orang Kristen melayani sesuai karunia-karunia yang ada padanya terlihat dari:
  • Ro 12:6-8 - “(7) Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. (7) Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; (8) jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita”.
  • 1Pet 4:10 - “Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah”.

Jadi tidak setiap orang kristen harus berkhotbah, menjadi guru sekolah minggu, dsb. Tetapi Pemberitaan Injil merupakan pelayanan yang harus dilakukan oleh setiap / semua orang kristen. Caranya boleh berbeda-beda sesuai karunia masing-masing, misalnya ada yang memberitakan Injil melalui khotbah, ada yang secara pribadi, ada yang melalui pemberian traktat, ada yang melalui tulisan, dan sebagainya. Tetapi setiap orang Kristen harus memberitakan Injil! Ini terlihat dari perintah Tuhan Yesus sendiri, seperti dalam:
¨       Mat 28:19 - “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”.
¨       Kis 1:8 - “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.’”.

Ini juga terlihat dari teladan jemaat abad pertama, seperti yang digambarkan dalam text di bawah ini.
Kis 8:1,4 - “(1) Saulus juga setuju, bahwa Stefanus mati dibunuh. Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria. ... (4) Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil.
Perhatikan bahwa mereka yang tersebar itu bukan rasul-rasul, tetapi jemaat biasa. Tetapi mereka memberitakan Injil!

Karena Pemberitaan Injil merupakan perintah Tuhan bagi kita, maka kalau kita tidak memberitakan Injil, kita berdosa (dosa pasif).

Perhatikan juga ayat-ayat di bawah ini:

1)   Hak 5:23 - “‘Kutukilah kota Meros!’ firman Malaikat TUHAN, ‘kutukilah habis-habisan penduduknya, karena mereka tidak datang membantu TUHAN, membantu TUHAN sebagai pahlawan’”.
Perhatikan bahwa kota Meros dikutuk oleh Tuhan bukan karena mereka menyembah berhala, atau berzinah, dsb, tetapi karena pada waktu perang, mereka hanya berdiam diri, padahal seharusnya mereka ikut berperang. Demikian juga kalau dalam perang rohani melawan setan, saudara tidak mau ikut berjuang melalui Pemberitaan Injil, maka saudara menghadapi resiko yang sama dengan penduduk kota Meros.

2)   Yer 48:10 - “Terkutuklah orang yang melaksanakan pekerjaan TUHAN dengan lalai, dan terkutuklah orang yang menghambat pedangNya dari penumpahan darah!”.
Saya tidak mengerti mengapa Kitab Suci Indonesia menterjemahkan bagian yang saya garis-bawahi itu dengan menggunakan ‘Nya’ (dimulai dengan huruf besar), dan bukannya ‘nya’. Kata ‘nya’ itu jelas bukan menunjuk kepada Tuhan tetapi kepada orang yang dikutuk itu.
Jadi, ayat ini mirip dengan ayat di atas tentang penduduk kota Meros itu. Pada saat mereka seharusnya berperang menggunakan pedang mereka, mereka tidak mau melakukannya, dan karena itulah maka mereka dikutuk!

3)   Yeh 3:18 - “Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati! - dan engkau tidak memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu.
Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang tidak kita injili itu akan binasa, tetapi Tuhan akan menuntut darah orang itu dari diri kita.

4)   Mat 12:30 - “Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.
Dalam kekristenan tidak ada sikap netral. Atau saudara adalah ‘sahabat Tuhan’, atau saudara adalah ‘lawan Tuhan’; atau saudara ‘mengumpulkan bersama Tuhan’ (melalui pemberitaan Injil), atau saudara dianggap sebagai ‘pencerai-berai / pengacau gereja’! Jadi, siapapun orang Kristen yang tidak memberitakan Injil, ia adalah ‘pencerai-berai / pengacau gereja’!

II) Karena Tuhan mau memakai kita sebagai alatNya, dan itu merupakan kehormatan bagi kita.


Tuhan bisa memberitakan Injil sendiri; ini terlihat dalam kasus pertobatan Saulus / Paulus.
Kis 9:3-6 - “(3) Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia. (4) Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: ‘Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?’ (5) Jawab Saulus: ‘Siapakah Engkau, Tuhan?’ KataNya: ‘Akulah Yesus yang kauaniaya itu. (6) Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat.’”.

Dia juga bisa memberitakan Injil melalui malaikat; ini terjadi pada Natal yang pertama.
Luk 2:8-14 - “(8) Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. (9) Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. (10) Lalu kata malaikat itu kepada mereka: ‘Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: (11) Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. (12) Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan.’ (13) Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: (14) ‘Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepadaNya.’”.

Tetapi Ia tetap mau memakai kita yang berdosa sebagai alatNya untuk memberitakan Injil. Ini tidak boleh kita anggap sebagai suatu beban yang memberatkan, tetapi sebagai suatu kehormatan. Dalam hal ini rasul Paulus berulangkali memberikan kepada kita teladan yang baik seperti itu. Perhatikan beberapa ayat di bawah ini:

1)   1Tim 1:12-13 - “(12) Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku - (13) aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihaniNya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman”.

Perhatikan komentar-komentar dari penafsir-penafsir ini tentang text ini:

·         Matthew Henry: “A call to the ministry is a great favour, for which those who are so called ought to give thanks to Jesus Christ” (= Panggilan ke dalam pelayanan merupakan suatu kemurahan yang besar, untuk mana mereka yang dipanggil seperti itu seharusnya bersyukur kepada Yesus Kristus).

·         Barnes’ Notes: “If there is anything for which a good man will be thankful, and should be thankful, it is that he has been so directed by the Spirit and providence of God as to be put into the ministry. It is indeed a work of toil, and of self-denial, and demanding many sacrifices of personal ease and comfort. It requires a man to give up his splendid prospects of worldly distinction, and of wealth and ease. It is often identified with want, and poverty, and neglect, and persecution. But it is an office so honorable, so excellent, so noble, and ennobling; it is attended with so many precious comforts here, and is so useful to the world, and it has such promises of blessedness and happiness in the world to come, that no matter what a man is required to give up in order to become a minister of the gospel, he should be thankful to Christ for putting him into the office” (= Jika ada sesuatu apapun untuk mana seseorang yang baik / saleh akan bersyukur, dan seharusnya bersyukur, itu adalah bahwa ia telah diarahkan sedemikian rupa oleh Roh dan providensia Allah sehingga diletakkan ke dalam pelayanan. Itu memang merupakan suatu pekerjaan yang berat, dan penyangkalan diri, dan menuntut banyak pengorbanan ketenteraman dan kesenangan pribadi. Itu menuntut seseorang untuk menyerahkan prospeknya yang bagus tentang kehormatan duniawi, dan tentang kekayaan dan kesenangan. Itu sering disamakan / digabungkan dengan kekurangan, dan kemiskinan, dan pengabaian, dan penganiayaan. Tetapi itu adalah suatu jabatan / tugas yang begitu terhormat, begitu bagus, begitu mulia, dan memuliakan; itu disertai dengan begitu banyak penghiburan yang berharga di sini, dan begitu bermanfaat bagi dunia, dan itu mempunyai janji-janji berkat dan kebahagiaan dalam dunia yang akan datang, sehingga tak peduli apa yang dituntut untuk diserahkan dari seseorang untuk menjadi seorang pelayan injil, ia harus bersyukur kepada Kristus untuk meletakkannya dalam jabatan / tugas itu).

2)   Ro 1:5 - “Dengan perantaraanNya kami menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepada namaNya”.

Ada penafsir-penafsir yang menterjemahkan ‘grace and apostleship’ (= kasih karunia dan kerasulan), tetapi William Hendriksen lebih setuju dengan terjemahan ‘grace of apostleship’ (= kasih karunia dari / tentang kerasulan).
Jadi, jabatan / pelayanan sebagai rasul itu oleh Paulus dianggap sebagai kasih karunia!

3)   Ro 15:15-17 - “(15) Namun, karena kasih karunia yang telah dianugerahkan Allah kepadaku, aku di sana sini dengan agak berani telah menulis kepadamu untuk mengingatkan kamu, (16) yaitu bahwa aku boleh menjadi pelayan Kristus Yesus bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi dalam pelayanan pemberitaan Injil Allah, supaya bangsa-bangsa bukan Yahudi dapat diterima oleh Allah sebagai persembahan yang berkenan kepadaNya, yang disucikan oleh Roh Kudus. (17) Jadi dalam Kristus aku boleh bermegah tentang pelayananku bagi Allah.

Jadi, bagi Paulus, panggilan pelayanannya / panggilan pelayanan pemberitaan Injil yang diberikan kepadanya, merupakan suatu kasih karunia. Bandingkan dengan kebanyakan orang Kristen yang pelayanannya dianggap sebagai beban yang memberatkan, sehingga semakin cepat ‘pensiun’ semakin baik.

4)   Gal 1:15-16 - “(15) Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karuniaNya, (16) berkenan menyatakan AnakNya di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka sesaatpun aku tidak minta pertimbangan kepada manusia”.
Lagi-lagi panggilan Tuhan untuk memberitakan Injil di kalangan orang-orang non Yahudi oleh Paulus dianggap sebagai kasih karunia Allah!

Illustrasi: ada seorang penyanyi New Zealand yang diminta menyanyi dalam pesta pernikahan Pangeran Charles - Lady Di (Diana). Pada waktu diminta, ia tidak mempersoalkan besarnya honor yang harus ia terima, atau betapa repotnya melakukan hal itu. Ia merasakan hal itu bukan sebagai suatu beban, tetapi sebagai suatu kehormatan.

Penerapan: kalau saudara adalah orang kristen yang sejati, maka saudara juga dipanggil oleh Tuhan untuk memberitakan Injil. Apakah saudara menganggapnya sebagai suatu beban, atau sebagai sesuatu yang menakutkan, atau sebagai kasih karunia?

III) Yesus dan rasul-rasul juga memberitakan Injil.


Tuhan Yesus sendiri juga memberitakan Injil, dan bahkan Ia mengatakan bahwa Ia datang untuk memberitakan Injil.

Mark 1:38 - “JawabNya: ‘Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang.’”.

Kristus adalah teladan kita. Ini terlihat dari:
Yoh 13:15 - “sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.
Fil 2:5-8 - “(5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib”.

Dalam persoalan menjadikan Yesus sebagai teladan, ada 2 hal penting yang harus diperhatikan:

1)   Saudara harus menerima Dia sebagai Juruselamat lebih dahulu, dan barulah saudara boleh / bisa menjadikan Dia sebagai teladan dalam kehidupan saudara. Jangan menjadikan Yesus sebagai teladan kalau saudara belum menerima Dia sebagai Juruselamat saudara. Mengapa? Karena:

a)   Saudara tidak mungkin bisa melakukan hal itu.
Untuk bisa meneladani tindakan Yesus, kita membutuhkan pertolongan dari Roh Kudus. Sedangkan kalau saudara belum percaya dan menerima Dia sebagai Juruselamat saudara, saudara belum mempunyai Roh Kudus.

b)   Andaikatapun saudara bisa meneladani Dia, itu tidak ada gunanya. Dosa-dosa saudara tidak ditebus, dan karena itu dosa-dosa itu tetap akan membawa saudara ke neraka untuk selama-lamanya!

2)   Tidak semua yang Yesus lakukan harus kita teladani.
Misalnya: Ia tidak menikah, Ia berpuasa 40 hari, Ia mati untuk dosa-dosa kita, dan sebagainya. Hal-hal ini tidak perlu / tidak bisa kita teladani. Jadi, kita harus melihat pada seluruh Kitab Suci untuk melihat apakah sesuatu yang Yesus lakukan itu harus kita teladani atau tidak.
Dalam persoalan memberitakan Injil, karena adanya perintahNya untuk memberitakan Injil, maka jelas harus disimpulkan bahwa itu merupakan tindakan Yesus yang harus kita teladani. Karena itu, rasul-rasul, yang adalah pengikutNya, meniru teladanNya, dengan juga memberitakan Injil, sekalipun dimusuhi / dianiaya. Ini terlihat dalam seluruh Kitab Kisah Para Rasul. Kalau kita adalah pengikut Kristus, maka kitapun harus meniru teladanNya dalam memberitakan Injil.


IV) Karena hidup ini adalah perang (Ef 6:12  2Tim 2:3-4).


Konsep saudara tentang hidup ini merupakan sesuatu yang penting. Kalau konsep saudara tentang hidup adalah: ‘karena hidup hanya satu kali, maka saya harus menikmatinya’, maka mungkin saudara tidak akan pernah memberitakan Injil. Tetapi ingat bahwa konsep hidup dalam Kitab Suci adalah: hidup merupakan peperangan rohani. Karena hidup ini adalah peperangan rohani melawan setan, maka kita tidak boleh hidup santai!
Dalam peperangan, pertahanan adalah sesuatu yang sangat penting. Menyerang tanpa mempedulikan pertahanan, merupakan sesuatu yang sangat berbahaya dalam peperangan. Tetapi sebaliknya, kita tidak mungkin bisa menang kalau kita hanya bertahan. Jadi, kedua-duanya harus kita lakukan. Kita harus memperhatikan pertahanan kita, misalnya dengan banyak belajar Firman Tuhan, dengan banyak berdoa, dengan menjauhi pencobaan, dan sebagainya. Tetapi kita juga harus menyerang, dan Pemberitaan Injil adalah penyerangan dalam perang melawan setan ini, karena melalui Pemberitaan Injil kita mengusahakan supaya anak-anak setan / musuh-musuh Tuhan bisa menjadi anak-anak Tuhan. Karena itu, jangan heran kalau setan paling tidak senang dengan orang Kristen yang memberitakan Injil, dan paling banyak menyerang orang-orang seperti itu!
Apakah ini harus membuat kita takut? Tidak, karena:

1)   Dalam Ro 8:31 Paulus berkata: “Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?”.

2)   Dalam Amanat AgungNya, Yesus bukan hanya memberikan perintah untuk memberitakan Injil, tetapi juga janji penyertaanNya kepada orang-orang kristen yang memberitakan Injil.
Mat 28:19-20 - “(19) Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, (20) dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.’”.

V) Supaya Injil bisa tersebar dengan cepat.


Dalam Kitab Kisah Para Rasul, jumlah jemaat bertumbuh dengan pesat (Kis 1:26 2:41,47  4:4  5:14 6:7). Tetapi kelihatannya pada jaman sekarang tidak. Mengapa? Karena pada abad pertama, semua jemaat ikut memberitakan Injil. Tetapi keadaan berubah! Pada sekitar tahun 1970-an seorang misionaris mengatakan bahwa statistik menunjukkan bahwa hanya 0,5 % (setengah persen) orang kristen yang memberitakan Injil!

Ada seorang pendeta yang pernah memberikan ilustrasi sebagai berikut untuk menekankan pentingnya setiap orang kristen untuk memberitakan Injil. Ia membandingkan dua keadaan:
1)   Keadaan I adalah dimana di dunia ini hanya ada 1 orang kristen, yang adalah seorang penginjil yang hebat, yang setiap hari bisa membawa 1000 jiwa datang kepada Tuhan. Tetapi orang-orang yang sudah bertobat itu tidak ada yang memberitakan Injil.
2)   Keadaan II adalah dimana di dunia ini hanya ada 1 orang kristen, yang setiap tahun hanya bisa membawa 1 jiwa datang kepada Tuhan. Tetapi setiap jiwa yang bertobat juga memberitakan Injil dan setiap tahun masing-masing orang mendapat 1 jiwa.

Maka kita akan mendapatkan tabel sebagai berikut:

Tahun                  1000 / hari                 1 / tahun
---------------------------------------------------------
1                            365.000                                  2 = 21
2                            730.000                                  4 = 22
3                            1.095.000                              8 = 23
.
.
.
32                          11.680.000                232 = 4,3 milyar.
33                          12.045.000                233 = 8,6 milyar.

Saudara bisa melihat bahwa dalam keadaan I, dalam 33 tahun, baru sekitar 12 juta orang yang menjadi kristen. Ini belum mencakup seluruh penduduk Jawa Timur. Tetapi dalam keadaan II, dalam 33 tahun, ada 8,6 milyar orang kristen. Ini sudah lebih dari penduduk dunia saat ini!
Jadi, kalau saudara selalu membiarkan Pendeta / Penginjil saja yang memberitakan Injil, paling-paling pertumbuhan gereja / kekristenan akan menyerupai keadaan I, bahkan lebih buruk dari keadaan I. Mengapa? Karena perlu diingat, bahwa tidak ada pendeta / penginjil yang bisa mempertobatkan 1000 orang setiap hari! Bahkan Petrus, yang berhasil mempertobatkan 3.000 orang dalam satu hari (Kis 2:41), tidak setiap hari berhasil mempertobatkan 1.000 orang. Semua ini menyebabkan pertumbuhan gereja / kekristenan akan sangat lambat, atau, lebih buruk lagi, bisa menyebabkan kemunduran! Tetapi kalau setiap orang kristen mau memberitakan Injil, kita akan seperti keadaan II. Pertumbuhan gereja / kekristenan akan cepat sekali!

Perlu juga diketahui bahwa kalau Injil tidak tersebar dengan cepat, maka ada alternatifnya, yaitu: ajaran sesatlah yang akan tersebar!

Seorang yang bernama Daniel Webster berkata sebagai berikut:
“If religious books are not widely circulated among the masses in this country, I do not know what is going to become of us as a nation. If truth be not diffused, error will be; if God and His Word are not known and received, the devil and his works will gain the ascendancy; if the evangelical volume does not reach every hamlet, the pages of a corrupt and licentious literature will; if the power of the Gospel is not felt throughout the length and breadth of the land, anarchy and misrule, degradation and misery, corruption and darkness, will reign without mitiga­tion or end” (= Jika buku-buku agama / rohani tidak beredar secara luas di antara rakyat dalam negara ini, saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada kita sebagai bangsa. Kalau kebenaran tidak disebarkan, maka kesalahanlah yang akan tersebar; kalau Allah dan FirmanNya tidak diketahui / dikenal dan diterima, setan dan pekerjaannya akan mendapatkan kekuasaan / pengaruh; kalau buku-buku injili tidak mencapai setiap desa, halaman-halaman yang jahat dan literatur yang tidak bermoral akan mencapainya; kalau kuasa Injil tidak dirasakan diseluruh lebar dan panjang negara ini, maka anarkhi dan pemerintahan yang salah, keburukan dan kesengsaraan, korupsi / kejahatan / kecurangan dan kegelapan, akan memerintah tanpa pengurangan atau akhir).

Seorang yang bernama Edmund Burke berkata: “All that is necessary for the triumph of evil is that good men do nothing” (= Semua yang dibutuhkan supaya kejahatan menang adalah bahwa orang-orang yang baik tidak melakukan apa-apa) - ‘Streams in the Desert’, vol 2, June 13.

Sekarang mari kita membandingkan kesuaman penginjilan dalam kalangan Kristen dengan keaktifan penginjilan yang luar biasa dalam kalangan sekte Saksi Yehuwa! Seorang penatua Saksi Yehuwa yang berdiskusi dengan saya mengatakan bahwa pada saat ini dalam dunia ada sekitar 6 juta Saksi (ini tidak termasuk pengunjung biasa dalam kebaktian; yang disebut ‘Saksi’ adalah orang-orang yang sudah aktif memberitakan Injil dari rumah ke rumah). Dan pertambahan setiap tahun adalah sebanyak kira-kira 360.000 orang. Pertambahan 6 % setahun ini merupakan sesuatu yang luar biasa. Seorang penulis internet mengatakan bahwa puncak tertinggi dari pertumbuhan Saksi Yehuwa terjadi pada tahun 1974, yaitu mencapai 13,5 %! Kalau saudara bertanya: ‘Mengapa mereka bisa bertumbuh begitu pesat?’, maka salah satu jawabnya adalah, karena Saksi Yehuwa tidak membedakan antara Pendeta / pengkhotbah / penatua dengan orang awam. Semua Saksi-Saksi Yehuwa didorong dan dilatih untuk memberitakan ‘Injil’. Dan dalam buku ‘Bagaimana Menghadapi Saksi Yehuwa’, hal 23, dikatakan bahwa 65 % anggota-anggota Saksi Yehuwa aktif memberitakan ‘Injil’ (bandingkan ini dengan orang kristen di Indonesia yang, menurut statistik di atas, hanya 0,5 % saja yang memberitakan Injil). Pemberitaan Injil memang merupakan pelayanan yang paling ditekankan, atau ditekankan secara luar biasa, dalam Saksi Yehuwa. Dahulu pada saat mereka dilarang di Indonesia, mereka tetap memberitakan ‘Injil’ dengan rajin dan berani, apalagi sekarang, setelah mereka disahkan / diijinkan.

Encyclopedia Britannica 2000: “During the year, nearly five million Witnesses spent over one billion hours spreading Bible knowledge to their neighbours. This educational work was at the heart of the 80% growth in the number of the Witnesses during the past decade” [= Dalam sepanjang tahun (maksudnya tahun 1994), hampir 5 juta Saksi-Saksi menghabiskan lebih dari satu milyar jam untuk menyebarkan pengetahuan Alkitab kepada tetangga-tetangga mereka (ini berarti setiap orang menghabiskan lebih dari 200 jam / tahun). Pekerjaan pendidikan ini merupakan inti / pokok dari 80 % pertumbuhan dalam jumlah dari Saksi-Saksi sepanjang 10 tahun yang lalu].

Seorang penatua Saksi Yehuwa mengatakan bahwa:
  • pada saat ini (tahun 2002) ada 6 juta Saksi Yehuwa di seluruh dunia, sedangkan jemaat dalam kebaktian / pertemuan mereka ada 26 atau 36 juta (ia tidak tahu persis), tetapi saya kira ia salah, karena menurut internet hanya sekitar 16 juta. Yang disebut ‘Saksi’ adalah orang-orang yang sudah aktif memberitakan Injil. Jadi yang memberitakan Injil ‘hanya’ 37,5 %. Ini memang jauh lebih rendah dari bilangan 65 % di atas, tetapi ini sudah sangat tinggi dibandingkan dengan persentase yang memberitakan Injil dalam kalangan orang kristen. Saya mendengar bahwa 15 % dari jemaat Gereja dari D. James Kennedy di Florida (yang memulai program penginjilan Evangelism Explosion), aktif memberitakan Injil. Ini mungkin yang tertinggi di dunia dalam kalangan gereja-gereja Kristen, tetapi ini masih kalah jauh dibandingkan dengan Saksi Yehuwa.
  • ia sendiri menghabiskan 24 jam / bulan untuk memberitakan Injil dari rumah ke rumah.

Dari internet saya mendapatkan statistik Saksi-Saksi Yehuwa di Indonesia untuk tahun 2001 sebagai berikut:
¨      jumlah pengunjung biasa dalam kebaktian 36.158 orang, sedangkan jumlah Saksi-Saksi Yehuwa 16.136 orang; itu berarti presentase yang memberitakan Injil adalah 44,6 %.
¨      jumlah penginjilan yang mereka lakukan dalam tahun 2001 itu adalah 2.895.595 jam, yang berarti mendekati 180 jam per orang per tahun.

Tentang banyaknya jam penginjilan Saksi-Saksi Yehuwa di dunia, statistik tahun 2001 mengatakan bahwa 6.117.666 Saksi-Saksi Yehuwa memberitakan Injil sebanyak 1.169.082.225 jam, dan itu berarti rata-rata setiap Saksi Yehuwa memberitakan Injil lebih dari 190 jam per tahun.

Sebetulnya kalau kita mengingat bahwa Saksi-Saksi Yehuwa itu sesat dan tidak mempunyai keyakinan keselamatan, sedangkan orang kristen mempunyai keyakinan keselamatan, tetapi Saksi-Saksi Yehuwa jauh lebih rajin dan berani dalam ‘memberitakan Injil’, maka kita seharusnya merasa malu!

Saya berharap bahwa kata-kata ini bisa mendorong setiap orang kristen, terle­bih lagi setiap hamba Tuhan, untuk lebih giat dalam memberitakan Injil / Firman Tuhan.

VI) Supaya manusia berdosa mendapat jalan untuk bebas dari hukuman Allah.


Kitab Suci berkata bahwa:

1)   Semua manusia berdosa.
Ro 3:10-12,23 - “(10) seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. (11) Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. (12) Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. ... (23) Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”.

2)   Karena itu, semua orang akan dihukum.
Ro 6:23 - “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”.
Wah 21:8 - “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.’”.

3)   Manusia tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri dengan perbuatan baiknya / ketaatannya.
Gal 2:16,21 - “(16) Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: ‘tidak ada seorangpun yang dibenarkan’ oleh karena melakukan hukum Taurat. ... (21) Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus.

Ketaatan terhadap hukum Taurat sama dengan ketaatan terhadap Firman Tuhan, dan ayat di atas mengatakan bahwa hal itu tidak bisa membenarkan siapapun.

4)   Kristus sudah mati menebus dosa kita sehingga dalam Kristus ada pengampunan / pembebasan dari hukuman Allah.
Yoh 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”.
Kis 10:43 - “Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepadaNya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena namaNya.’”.
Kis 13:38-39 - “(38) Jadi ketahuilah, hai saudara-saudara, oleh karena Dialah maka diberitakan kepada kamu pengampunan dosa. (39) Dan di dalam Dialah setiap orang yang percaya memperoleh pembebasan dari segala dosa, yang tidak dapat kamu peroleh dari hukum Musa”.
Ro 8:1 - “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus”.

5)   Tetapi orang-orang yang belum pernah mendengar tentang Kristus tidak bisa percaya kepadaNya, dan karenanya tidak bisa diselamat­kan.
Banyak orang Kristen yang yakin bahwa orang yang sudah mendengar Injil, tetapi tetap tidak percaya kepada Kristus, pasti masuk neraka. Tetapi banyak orang Kristen yang bingung dan bertanya-tanya tentang nasib dari orang-orang yang tidak pernah mendengar Injil sampai mati. Saya berpendapat bahwa orang yang tidak pernah mendengar tentang Yesus juga akan binasa / masuk neraka! Kalau orang yang tidak pernah mendengar Injil bisa masuk surga, maka untuk apa kita diperintahkan untuk memberitakan Injil? Bahwa kita diperintahkan untuk memberitakan Injil dan menjadikan semua bangsa murid Yesus, jelas menunjukkan bahwa orang yang tidak pernah mendengar Injil juga pasti tidak bisa selamat. Pandangan ini didukung oleh beberapa bagian Kitab Suci yang lain seperti:

a)   Ro 2:12a - “Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat”.
Dalam jaman Perjanjian Lama, orang di luar Israel / Yahudi yang tidak pernah mempunyai hukum Taurat, dikatakan binasa tanpa hukum Taurat’. Artinya mereka tidak akan dihakimi berdasarkan hukum Taurat, tetapi mereka tetap binasa / masuk neraka, karena mereka tetap mempunyai dosa. Mungkin mereka dihakimi berdasarkan hati nurani mereka, dan tidak ada orang yang bisa hidup 100 % sesuai dengan hati nuraninya!
Analoginya, dalam jaman Perjanjian Baru, orang yang tidak pernah mendengar Injil, akan binasa tanpa Injil’! Mereka memang tidak akan dihakimi berdasarkan Injil, tetapi mereka tetap mempunyai dosa, dan mereka harus dihukum karena itu.

b)   Ro 10:13-14 - “(13) Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. (14) Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakanNya?”.
Text ini membentuk suatu rantai. Orang yang berseru kepada nama Tuhan akan selamat, tetapi ia tidak akan bisa berseru kepada nama Tuhan kalau ia tidak percaya kepada Tuhan. Dan ia tidak akan bisa percaya kepada Tuhan kalau ia tidak pernah mendengar tentang Dia. Dan ia tidak akan bisa mendengar tentang Dia, kalau tidak ada yang memberitakan Injil kepadaNya.
Kalau kita membalik urutannya dari belakang, maka kita akan mendapatkan sebagai berikut: kalau tidak ada orang yang memberitakan Injil kepadanya, maka ia tidak bisa mendengar tentang Dia, sehingga tidak percaya kepadaNya, sehingga tidak bisa berseru kepadaNya, sehingga tidak bisa diselamatkan.
Dengan demikian jelaslah bahwa orang yang tidak diinjili / tidak pernah mendengar tentang Yesus, pasti tidak selamat. Fakta Kitab Suci inilah yang mendasari pengutusan misionaris ke tempat-tempat yang belum pernah dijangkau Injil.

c)   Yeh 3:18 - “Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati! - dan engkau tidak memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu”.
Perhatikan bahwa ayat ini mengatakan bahwa orang jahat yang tidak diperingati / diinjili itu, akan mati dalam kesalahannya!

Jadi merupakan tugas kita untuk memberitakan Injil kepada mereka supaya mereka bisa mendengar Injil, lalu percaya dan diselamatkan dari murka Allah.
Jadi, Pemberitaan Injil sebetulnya merupakan tindakan kasih kita kepada orang yang belum diselamatkan. Ada banyak orang kristen yang melakukan tindakan kasih hanya dengan menolong secara jasmani. Memang orang yang ditolong akan senang karena ditolong secara jasmani, tetapi pada waktu mereka mati, mereka tetap harus pergi ke neraka selama-lamanya untuk membayar sendiri dosa-dosanya karena mereka tidak mempunyai Yesus sebagai Juruselamat / Penebus dosa. Apa gunanya tindakan kasih yang seperti itu? Tindakan kasih yang terbesar yang bisa saudara lakukan kepada orang yang belum percaya adalah Pemberitaan Injil! Tetapi anehnya, atau lucunya, Pemberitaan Injil sering membuat orang yang diinjili justru menjadi marah kepada kita. Di sini kita melihat secara jelas peranan dari setan dalam diri orang-orang itu.

Ada orang yang berkata bahwa untuk memenangkan jiwa seseorang kita tidak perlu memberitakan Injil kepadanya, tetapi cukup menunjukkan hidup yang saleh, penuh dengan kasih dsb. Terhadap pandangan seperti ini, yang merupakan pandangan dari banyak orang-orang Liberal, saya menjawab bahwa sekalipun hidup saleh itu penting, tetapi itu tidak bisa menggantikan Pemberitaan Injil! Text di bawah ini jelas menunjukkan bahwa tanpa firman / Injil tidak mungkin seseorang bisa percaya.

Ro 10:13-14,17 - “(13) Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. (14) Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakanNya? ... (17) Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus”.

Tetapi mungkin mereka bisa menjawab dengan 1Pet 3:1-2 yang berbunyi sebagai berikut: “Demikian juga kamu, hai istri-istri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan istrinya, jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup istri mereka itu”.

Apakah ayat ini berarti bahwa kita bisa memenangkan jiwa hanya dengan kesalehan, tanpa pemberitaan Injil? Calvin menjawab pertanyaan ini dengan komentarnya tentang 1Pet 3:1-2 itu yang berbunyi sebagai berikut: “But it may seem strange that Peter should say, that a husband might be gained to the Lord without a word; for why is it said, that ‘faith cometh by hearing?’ Rom. 10:17. To this I reply, that Peter’s words are not to be so understood as though a holy life alone could lead the unbelieving to Christ, but that it softens and pacifies their minds, so that they might have less dislike to religion; for as bad examples create offences, so good ones afford no small help. Then Peter shews that wives by a holy and pious life could do so much as to prepare their husbands, without speaking to them on religion, to embrace the faith of Christ” (= Tetapi kelihatannya aneh bahwa Petrus berkata bahwa seorang suami bisa dimenangkan bagi Tuhan tanpa perkataan; karena mengapa dikatakan bahwa ‘iman timbul dari pendengaran?’ Ro 10:17. Terhadap pertanyaan ini saya menjawab bahwa kata-kata Petrus tidak boleh dimengerti seakan-akan suatu kehidupan yang kudus saja bisa membimbing orang yang tidak percaya kepada Kristus, tetapi bahwa itu melunakkan dan menenangkan pikiran mereka, sehingga mereka bisa berkurang dalam ketidak-senangannya terhadap agama; karena sebagaimana teladan yang jelek menciptakan batu sandungan, begitu juga teladan yang baik memberikan pertolongan yang tidak kecil. Maka Petrus menunjukkan bahwa istri-istri, oleh kehidupan yang kudus dan saleh, bisa melakukan begitu banyak untuk mempersiapkan suami-suami mereka, tanpa berbicara kepada mereka tentang agama, untuk memeluk iman Kristus) - hal 95-96.

Jadi jelaslah bahwa Petrus hanya memaksudkan bahwa hidup saleh itu hanya bisa mempersiapkan seseorang untuk bisa menerima Kristus, tetapi selanjutnya masih perlu disertai dengan pemberitaan Injil supaya mereka bisa percaya.

VII) Karena Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga.


Banyak orang berkata bahwa ada banyak jalan ke surga, dan Yesus hanya merupakan salah satu jalan ke surga. Seandainya hal ini benar, maka jelas bahwa kita tidak perlu memberitakan Injil. Tetapi Kitab Suci tidak mengajar demikian. Kitab Suci menyatakan secara sangat jelas bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan (bukan salah satu jalan) ke surga. Perhatikan ayat-ayat ini:
·         Yoh 14:6 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’”.
·         Kis 4:12 - “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan”.
·         1Yoh 5:11-12 - “(11) Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam AnakNya. (12) Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup”.
Karena itu, kita harus memberitakan Injil.

Catatan: karena pentingnya kepercayaan terhadap Kristus sebagai satu-satunya jalan ke surga, dalam persoalan keselamatan dan penginjilan, dan karena banyaknya serangan terhadap doktrin ini dari kalangan gereja-gereja yang liberal, maka hal ini akan saya bahas secara khusus dalam bab / pelajaran yang berikut.

VIII) Karena Injil bisa memperbaiki kehidupan manusia.


Pendidikan (termasuk pendidikan sex), hukuman penjara, dsb, hanya bisa mengubah seseorang dari luar, dan bahkan seringkali sama sekali tidak mengubah manusia.
Misalnya:
  • sekalipun pendidikan sex di Amerika sangat hebat, tetapi kebejatan moral / free sex makin menjadi-jadi.
  • orang-orang yang keluar dari penjara sering kali justru menjadi lebih jahat, atau lebih lihai dalam kejahatan.

Tetapi Pemberitaan Injil, kalau itu diterima, akan menyebabkan seseorang berubah.
2Kor 5:17 - “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang”.
Berbeda dengan perubahan yang dihasilkan oleh pendidikan, penjara dsb, perubahan yang terjadi karena seseorang menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamatnya, akan mengubah orang itu dari dalam. Mengapa? Karena orang yang percaya kepada Kristus pasti menerima Roh Kudus, dan Roh Kudus di dalam diri orang itu akan menghasilkan buah Roh (Gal 5:22-23), yang akan menguduskan kehidupan orang itu.

Contoh:
¨       Saulus / Paulus.
Gal 1:20-23 - “(20) Di hadapan Allah kutegaskan: apa yang kutuliskan kepadamu ini benar, aku tidak berdusta. (21) Kemudian aku pergi ke daerah-daerah Siria dan Kilikia. (22) Tetapi rupaku tetap tidak dikenal oleh jemaat-jemaat Kristus di Yudea. (23) Mereka hanya mendengar, bahwa ia yang dahulu menganiaya mereka, sekarang memberitakan iman, yang pernah hendak dibinasakannya.
¨       Zakheus (Luk 19:1-10).


IX) Karena rasa takut untuk PI datang dari setan.


Ada rasa takut yang datang dari Tuhan (misalnya: takut berbuat dosa), tetapi ada juga rasa takut yang datang dari setan (misalnya: takut melayani, takut memberitakan Injil). Kalau kita menuruti rasa takut yang datang dari setan itu, berarti kita tunduk kepada setan. Dari pada ‘tidak memberitakan Injil’ karena menuruti rasa takut kepada setan, lebih baik kita merasa takut kalau kita tidak memberitakan Injil, karena Tuhan memerintahkan pemberitaan Injil! Tetapi tentu yang terbaik adalah memberitakan Injil, bukan karena takut kepada Tuhan, tetapi karena kasih kepada Tuhan dan sesama manusia. Kasih memang merupakan dasar ketaatan yang sejati.
Yoh 14:15 - “‘Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu.

 

X) Karena akan datang waktunya dimana kita tidak lagi bisa memberitakan Injil.


Perhatikan ayat-ayat di bawah ini:

Yoh 9:4 - “Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja”.

2Tim 4:2-5 - “(2) Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran. (3) Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. (4) Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng. (5) Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!”.

Saat inipun sudah banyak orang yang hanya senang mendengar khotbah yang penuh dengan lelucon, kesaksian, dongeng dsb. Pada hakekatnya mereka bukan menyenangi Firman Tuhan tetapi lelucon, kesaksian, dongeng, dsb. Jadi boleh dikatakan bahwa nubuat dalam 2Tim 4:2-5 itu sudah menjadi kenyataan pada saat ini. Tetapi bagaimanapun juga, sekarang masih ada orang-orang yang mau mendengar Injil / Firman Tuhan. Kita harus memanfaatkan kesempatan ini sebelum ‘malam’ tiba (Yoh 9:4). Saat itu kita sudah sama sekali tidak bisa memberitakan Injil. Saat itu bisa terjadi pada saat Kristus datang kedua kalinya atau pada ­saat kita mati, atau menjelang akhir jaman dimana manusia menjadi begitu bejatnya sehingga sama sekali tidak mau mendengar Injil lagi.

Penutup.


Sebagai penutup bagian ini, mari kita membaca 3 buah ayat Kitab Suci:

·   Yer 20:9 - “Tetapi apabila aku berpikir: ‘Aku tidak mau mengingat Dia dan tidak mau mengucapkan firman lagi demi namaNya’, maka dalam hatiku ada sesuatu yang seperti api yang menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk menahannya, tetapi aku tidak sanggup”.

·      Kis 4:20 - “Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar.’”.

·  1Kor 9:16 - “Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil”.




-o0o-


YESUS: SATU-SATUNYA JALAN KE SURGA


I) Yesus hanyalah salah satu jalan ke surga?


Ada pepatah yang mengatakan: ‘Ada banyak jalan menuju ke Roma’. Pepatah ini mungkin benar untuk banyak hal. Dan saya percaya bahwa pepatah ini berlaku untuk neraka. Memang, ada banyak jalan menuju ke neraka (Yakinkah saudara bahwa saudara tidak sedang berada pada jalan ke neraka ini?). Tetapi betul-betul menyedihkan kalau ada orang yang mengaku sebagai orang kristen, apalagi mengaku sebagai hamba Tuhan, yang menerapkan pepatah ini untuk surga. Dengan bermacam-macam alasan mereka mengatakan bahwa Yesus hanyalah salah satu jalan ke surga, dan orang yang tidak percaya kepada Yesuspun bisa masuk ke surga.

Alasan-alasan yang sering dipakai adalah:

1)   Kita tidak boleh menghakimi, hanya Allah yang berhak menghakimi.

2)   Kita tidak boleh menghina orang yang non kristen / beragama lain.

3)   Kita harus bertoleransi terhadap agama lain.

4)   Kita tidak maha tahu, jadi kita tidak tahu apakah orang yang tidak percaya kepada Yesus akan masuk ke neraka.

5)   Mempercayai Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga adalah sikap egois, tidak kasih dan mau menangnya sendiri.

6)   Orang yang beragama lain banyak yang hidupnya saleh, masakan semua harus masuk ke neraka?

II) Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga.


Dasar Kitab Suci bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga:

1)   Ayat-ayat Kitab Suci di bawah ini secara jelas menunjukkan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga.
·         Yoh 14:6 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’”.
Ayat ini hanya mempunyai 3 kemungkinan:
*        Kitab Sucinya salah / ngawur. Yesus tidak pernah mengatakan pernyataan ini, tetapi Kitab Suci mencatat seolah-olah Yesus mengatakan pernyataan ini.
*        Kitab Sucinya betul; Yesus memang pernah mengucapkan pernyataan ini. Tetapi Yesusnya berdusta, karena Ia menyatakan diri sebagai satu-satunya jalan kepada Bapa padahal sebetulnya tidak demikian.
*        Kitab Sucinya betul, dan Yesusnya tidak berdusta, sehingga Ia memang adalah satu-satunya jalan kepada Bapa / ke surga.
Renungkan: yang mana dari 3 kemungkinan ini yang saudara terima? Kalau saudara menerima yang pertama atau yang kedua, Sebaiknya saudara pindah agama saja, karena apa gunanya menjadi Kristen tetapi mempercayai bahwa Kitab Sucinya salah / ngawur, atau Tuhannya pendusta!
·         Kis 4:12 - “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan”.
·         1Yoh 5:11-12 - “Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam AnakNya. Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup”.
·         1Tim 2:5 - “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus”.
Hanya orang sesat yang tidak menghargai otoritas Kitab Suci dan yang ingin memutarbalikkan Kitab Suci yang bisa menafsirkan bahwa ayat-ayat ini tidak menunjukkan Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga.
Perhatikan bahwa Kis 4:12 itu menyatakan bahwa ‘keselamatan itu ada di dalam Yesus’, dan 1Yoh 5:11-12 menyatakan bahwa ‘hidup yang kekal itu ada di dalam Yesus’. Bayangkan Yesus sebagai sebuah kotak yang di dalamnya berisikan keselamatan / hidup kekal. Kalau seseorang menerima kotaknya (Yesus), maka ia menerima isinya (keselamatan / hidup yang kekal), dan sebaliknya kalau ia menolak kotaknya (Yesus), otomatis ia juga menolak isinya (keselamatan / hidup yang kekal).
Juga perhatikan bahwa berbeda dengan Yoh 14:6 yang diucapkan oleh Yesus kepada murid-muridNya (orang-orang yang percaya / kristen), maka Kis 4:12 diucapkan oleh Petrus kepada orang-orang Yahudi yang anti kristen! Jadi jelas bahwa ayat ini tidak mungkin dimaksudkan hanya bagi orang kristen!

2)   Yoh 8:24 dan Wah 21:8 secara explicit menunjukkan bahwa orang yang tidak percaya kepada Yesus akan mati dalam dosanya / masuk neraka.
Yoh 8:24b - “Jikalau kamu tidak percaya bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu”.
Wah 21:8 - “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.
Dalam kontex Kitab Suci, ‘orang yang tidak percaya’ artinya adalah ‘orang yang tidak percaya kepada Yesus’! Jadi, sekalipun mereka percaya kepada Allah, tetapi kalau mereka tidak percaya kepada Yesus, maka ayat itu mengatakan bahwa mereka akan masuk ke neraka!

3)   Dalam Perjanjian Lama, Allah berulang kali hanya memberikan 1 jalan untuk bebas dari hukuman, yang adalah TYPE / gambaran dari Kristus.

Contoh:

a)         Bahtera Nuh (Kej 6-8).
Pada jaman Nuh itu, kalau orang tidak mau masuk ke dalam bahtera, maka tidak ada jalan lain baginya melalui mana ia bisa selamat. Pada waktu banjir itu mulai meninggi, ia mungkin akan mencoba naik pohon, naik atap rumah, naik gunung yang tinggi, dsb, tetapi ia akan tetap mati, karena air bah itu merendam seluruh dunia bahkan gunung yang tertinggi sekalipun (bdk. Kej 7:19-20). Jadi jelas bahwa bahtera itu adalah satu-satunya jalan keselamatan.

b)         Darah pada ambang pintu (Kel 12:3-7,12-13,21-23,25-30  1Kor 5:7).
Pada waktu Allah mau menghukum orang Mesir dengan membunuh semua anak sulung, Allah memberikan jalan melalui mana bangsa Israel bisa lolos dari hukuman itu. Caranya adalah menyapukan darah domba Paskah pada ambang pintu. Dan ini adalah satu-satunya jalan melalui mana mereka bisa lolos dari hukuman Allah itu.
Selanjutnya, 1Kor 5:7b berbunyi: “Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus”. Jadi, jelaslah bahwa anak domba Paskah yang darahnya merupakan satu-satunya jalan keselamatan pada saat itu, merupakan TYPE / gambaran dari Kristus.

c)         Ular tembaga (Bil 21:4-9  Yoh 3:14-15).
Lagi-lagi dalam peristiwa ular tembaga, pada waktu Israel berdosa dan dihukum oleh Tuhan dengan ular berbisa, Tuhan memberikan hanya satu jalan keluar, yaitu dengan memandang kepada ular tembaga itu. Kalau mereka menolak jalan itu dan mencari jalan yang lain, apakah dengan berobat kepada tabib / dukun, atau dengan mengikat bagian yang digigit, atau dengan mencari obat lain manapun juga, mereka pasti mati. Hanya kalau mereka mau memandang kepada ular tembaga yang dibuat Musa barulah mereka bisa sembuh. Juga perlu dingat bahwa Tuhan tidak menyuruh Musa untuk membuat banyak patung ular tembaga, tetapi hanya satu patung ular tembaga!
Selanjutnya Yoh 3:14-15 berkata: “(14) Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, (15) supaya setiap orang yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal”.
Dari ayat ini terlihat bahwa ular tembaga dalam Bil 21 itu merupakan TYPE / gambaran dari Kristus. Sama seperti ular tembaga itu merupakan satu-satunya jalan keselamatan pada saat itu, demikian juga Kristus merupakan satu-satunya jalan keselamatan pada saat ini.

4)   Sikap kita kepada Yesus merupakan sikap kita terhadap Allah / Bapa.
Luk 10:16 - “Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku.
Yoh 5:23 - “supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia.
Yoh 15:23 - “Barangsiapa membenci Aku, ia membenci juga BapaKu”.

Karena itu, orang tidak bisa menyembah / mentaati / melayani Allah, tetapi pada saat yang sama menolak Yesus. Menolak Yesus berarti menolak Allah, dan tidak percaya kepada Yesus berarti tidak percaya kepada Allah. Melihat pada semua ini bisakah orang yang tidak percaya kepada Yesus masuk surga?

Illustrasi:
Kalau saudara datang ke rumah saya bersama dengan anak saudara, dan saya menerima saudara dengan baik dan hormat, tetapi memperlakukan anak saudara dengan jelek, bisakah saudara berkata: ‘Ah tidak apa-apa, yang penting ia menghormati saya’? Saya yakin tidak mungkin. Sikap saya yang jelek terhadap anak saudara, identik dengan sikap jelek terhadap saudara sendiri.
Demikian juga, kalau ada orang yang bersikap baik terhadap Allah (menyembah Allah, berbakti kepada Allah, dsb) tetapi bersikap jelek terhadap Yesus (menolak, tidak percaya, benci, menghina, dsb), maka Allah tidak akan menerima orang itu. Sikap seseorang terhadap Yesus, yang adalah Anak Allah, identik dengan sikap orang itu terhadap Allah sendiri!

5)   Yesus adalah Allah sendiri.
Ini terlihat dari banyak ayat Kitab Suci seperti:
·         Yoh 1:1 - “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.
Catatan: dari Yoh 1:14 saudara bisa melihat bahwa yang dimaksud dengan istilah ‘Firman’ di sini adalah Yesus!
·         Ro 9:5 - “Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaanNya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!”.
·         1Yoh 5:20 - “Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam AnakNya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal”.
·         Yoh 5:18 -   Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya sendiri dan dengan demikian menyamakan diriNya dengan Allah.
Catatan: kata ‘menyamakan’ seharusnya adalah ‘menyetarakan’.

Kalau Yesus adalah Allah sendiri, maka jelas bahwa Ia adalah tuan rumah / pemilik Kerajaan Surga. Bagaimana mungkin orang yang tidak percaya kepadaNya, apalagi yang menentangNya, bisa masuk ke surga, yang adalah milikNya?

6)   Semua manusia berdosa, dan dosa tidak bisa ditebus dengan perbuatan baik. Karena itu semua manusia membutuhkan seorang Juruselamat / Penebus dosa.

Bahwa semua manusia berdosa, dinyatakan oleh Ro 3:23 yang berbunyi: “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”.

Dan bahwa dosa tidak bisa ditebus dengan perbuatan baik, dinyatakan oleh Gal 2:16a,21b yang berbunyi: “(16a) Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus ... (21b) sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus”.

Karena itu sebetulnya semua manusia membutuhkan Juruselamat / Penebus dosa. Dan Yesus adalah satu-satunya yang pernah menebus dosa manusia. Kalau kita menolak Dia, maka kita harus membayar sendiri hutang dosa kita, dan itu berarti kita harus masuk ke neraka selama-lamanya.

7)   Penderitaan yang Yesus alami untuk menebus dosa manusia merupakan penderitaan yang luar biasa hebatnya. Untuk menunjukkan betapa hebatnya penderitaan yang Yesus alami, maka saya mengajak saudara untuk melihat komentar-komentar dari beberapa penafsir tentang 2 macam penderitaan yang Yesus alami, yaitu pencambukan dan penyaliban.

a)         Tentang pencambukan.
William Hendriksen: “The Roman scourge consisted of a short wooden handle to which several thongs were attached, the ends equipped with pieces of lead or brass and with sharply pointed bits of bone. The stripes were laid especially on the victim's back, bared and bent. Generally two men were employed to administer this punishment, one lashing the victim from one side, one from the other side, with the result that the flesh was at times lacerated to such an extent that deep-seated veins and arteries, sometimes even entrails and inner organs, were exposed. Such flogging, from which Roman citizens were exempt (cf Acts 16:37), often resulted in death” [= Cambuk Romawi ter­diri dari gagang kayu yang pendek yang diberi beberapa tali kulit, yang ujungnya dilengkapi dengan potongan-potongan timah atau kuningan dan potongan-potongan tulang yang diruncingkan. Pencambukan diberikan terutama pada punggung korban, yang ditelanjangi dan dibungkuk­kan. Biasanya 2 orang dipekerjakan untuk melaksanakan hukuman ini, yang seorang mencambuki dari satu sisi, yang lain mencambuki dari sisi yang lain, dengan akibat bahwa daging yang dicambuki itu kadang-kadang koyak / sobek sedemikian rupa sehingga pembuluh darah dan arteri yang terletak di dalam, kadang-kadang bahkan isi perut dan organ bagian dalam, menjadi terbuka / terlihat. Pencambukan seperti itu, yang tidak boleh dilakukan terhadap warga negara Romawi (bdk. Kis 16:37), sering berakhir dengan kematian].

William Barclay: “Roman scourging was a terrible torture. The victim was stripped; his hands were tied behind him, and he was tied to a post  with his back bent double and conven­iently exposed to the lash. The lash itself was a long leather thong, studded at intervals with sharpened pieces of bone and pellets of lead. Such scourging always preceded crucifixion and ‘it reduced the naked body to strips of raw flesh, and inflamed and bleeding weals’. Men died under it, and men lost their reason under it, and few remained conscious to the end of it” [= Pencambukan Romawi adalah suatu penyiksaan yang hebat. Korban ditelanjangi, tangannya diikat kebelakang, lalu ia diikat pada suatu tonggak dengan punggungnya dibungkukkan sehingga terbuka terhadap cambuk. Cambuk itu sendiri adalah suatu tali kulit yang panjang, yang ditaburi dengan potongan-potongan tulang dan butiran-butiran timah yang runcing. Pencambukan seperti itu selalu mendahului penyaliban dan ‘pencambukan itu men­jadikan tubuh telanjang itu menjadi carikan-carikan daging mentah, dan bilur-bilur yang meradang dan berda­rah’. Ada orang yang mati karenanya, dan ada orang yang kehilangan akalnya karenanya, dan sedikit orang bisa tetap sadar sampai akhir pencambukan].

b)         Tentang penyaliban.

Pulpit Commentary: “Nails were driven through the hands and feet, and the body was supported partly by these and partly by a projecting pin of wood called the seat. The rest for the feet, often seen in picture, was never used” (= Paku-paku menembus tangan dan kaki, dan tubuh disangga / ditopang sebagian oleh paku-paku ini dan sebagian lagi oleh sepotong kayu yang menonjol yang disebut ‘tempat duduk’. Tempat pijakan kaki, yang sering terlihat dalam gambar, tidak pernah digunakan).

William Barclay: “When they reached the place of crucifixion, the cross was laid flat on the ground. The prisoner was stretched upon it and his hands nailed to it. The feet were not nailed, but only loosely bound. Between the prisoner’s legs projected a ledge of wood called the saddle, to take his weight when the cross was raised upright - otherwise the nails would have torn through the flesh of the hands. The cross was then lifted upright and set in its socket - and the criminal was left to die ... Some­times prisoners hung for as long as a week, slowly dying of hunger and thirst, suffering sometimes to the point of actual madness” [= Ketika mereka sampai di tempat penyaliban, salib itu ditidurkan di atas tanah. Orang hukuman itu direntangkan di atasnya, dan tangannya dipakukan pada salib itu. Kakinya tidak dipakukan, tetapi hanya diikat secara longgar. Di antara kaki-kaki dari orang hukuman itu (diselangkangannya), menonjol sepotong kayu yang disebut sadel, untuk menahan berat orang itu pada waktu salib itu ditegakkan - kalau tidak maka paku-paku itu akan merobek daging di tangannya. Lalu salib itu ditegakkan dan dimasukkan di tempatnya - dan kriminil itu dibiarkan untuk mati ... Kadang-kadang, orang-orang hukuman tergantung sampai satu minggu, mati perlahan-lahan karena lapar dan haus, menderita sampai pada titik dimana mereka menjadi gila].

Catatan: Barclay menganggap bahwa yang dipaku hanyalah tangan saja. Kaki hanya diikat secara longgar, tetapi tidak di paku. Ini ia dasarkan pada:
·         tradisi. Jadi, menurut Barclay, tradisinya memang demikian (kaki tidak dipaku).
·         Yoh 20:25,27 yang tidak menyebut-nyebut tentang bekas paku pada kaki.
Yoh 20:25,27 - “(25) Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: ‘Kami telah melihat Tuhan!’ Tetapi Tomas berkata kepada mereka: ‘Sebelum aku melihat bekas paku pada tanganNya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambungNya, sekali-kali aku tidak akan percaya.’ (27) Kemudian Ia berkata kepada Tomas: ‘Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tanganKu, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambungKu dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.’”.

Tetapi saya berpendapat bahwa Yesus dipaku bukan hanya pada tanganNya, tetapi juga pada kakiNya. Alasan saya:
¨      penulis-penulis lain ada yang mengatakan bahwa tra­disinya tak selalu seperti yang dikatakan oleh Barclay. Misalnya penulis dari Pulpit Commentary yang saya kutip di atas. Juga tentang pemakuan kaki ini caranya tidak selalu sama. Kadang-kadang kedua kakinya dipaku menjadi satu, dan kadang-kadang kedua kakinya dipaku secara terpisah.
¨      Maz 22, yang adalah mazmur / nubuat tentang salib, berkata pada ay 17b: ‘mereka menusuk tangan dan kakiku.
Catatan: baca seluruh Maz 22 itu dan perhatikan ay 2,8-9,16,17b,19 yang sangat jelas menunjukkan bahwa itu memang merupakan mazmur tentang salib.
¨      Dalam Luk 24:39-40, Tuhan Yesus menunjukkan tangan dan kakiNya! Pasti karena ada bekas pakunya!
Luk 24:39-40 - “(39) Lihatlah tanganKu dan kakiKu: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaKu.’ (40) Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kakiNya kepada mereka”.
Kalau hanya untuk menunjukkan bahwa Ia betul-betul mempunyai tubuh, adalah aneh kalau yang ditunjukkan adalah kakiNya. Mengapa bukan bahuNya, atau sikuNya, atau kepalaNya, yang merupakan bagian-bagian yang lebih mudah untuk ditunjukkan. Mengapa tangan dan kakiNya? Tangan masih masuk akal, karena mudah untuk ditunjukkan. Tetapi kaki? Itu rasanya agak tidak sopan, kecuali ada alasan tertentu, yaitu adanya bekas paku di sana. Ia ingin menunjukkan kepada murid-muridNya bahwa Ia adalah Yesus yang sama dengan Yesus yang mati di salib beberapa hari yang lalu.

Selanjutnya Barclay mengutip Klausner yang berkata sebagai berikut:
“The criminal was fastened to his cross, already a bleeding mass from the scourging. There he hung to die of hunger and thirst and exposure, unable even to defend himself from the torture of the gnats and flies which settled on his naked body and on his bleeding wounds” [= Kriminil itu dilekatkan / dipakukan pada salib; pada saat itu ia sudah penuh dengan darah karena pencambukan. Di sana ia tergantung untuk mati karena lapar, haus dan kepanasan, bahkan tidak bisa membela dirinya sendiri dari siksaan dari nyamuk dan lalat yang hinggap pada tubuhnya yang telanjang dan pada luka-lukanya yang berdarah].

Barclay lalu mengatakan: “It is not a pretty picture but that is what Jesus Christ suffered - willingly - for us” (= Itu bukanlah suatu gambar yang bagus, tetapi itulah yang diderita oleh Yesus Kristus - dengan sukarela - bagi kita).

Mengingat hebatnya penderitaan yang Yesus alami untuk menebus dosa kita, kalau Yesus bukan satu-satunya jalan keselamatan, maka:

1.   Tindakan Bapa merelakan AnakNya untuk mati dengan cara yang begitu mengerikan hanya untuk memberikan satu tambahan jalan ke surga, padahal sudah ada dan akan ada lagi banyak jalan lain ke surga, betul-betul merupakan tindakan yang sangat kejam.

Illustrasi: Pada waktu untuk pertama kalinya anak saya disuntik, anak itu menangis, saya merasa begitu kasihan kepadanya, sehingga saya memeluk dia untuk mendiamkannya. Padahal anak itu disuntik dengan suntikan mini yang jarumnya sangat kecil. Kalau saya bisa merasa kasihan pada waktu anak saya ‘disakiti’ dengan jarum suntik itu, bayangkan bagaimana perasaan Bapa pada waktu AnakNya yang tunggal itu dicambuki sampai hancur punggungNya dan lalu dipakukan pada kayu salib sampai mati. Seandainya ada jalan lain untuk menyelamatkan manusia, saya yakin bahwa Bapa tidak akan membiarkan AnakNya mengalami penderitaan seperti itu. Tetapi karena memang tidak ada jalan lain, demi kasihNya kepada manusia berdosa, Ia rela membiarkan AnakNya mengalami penderitaan itu.

2.   Tindakan Yesus untuk mati di salib untuk memberikan satu tambahan jalan ke surga adalah tindakan konyol, bodoh dan sia-sia. Ini sesuai dengan Gal 2:21b berbunyi: “... sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus”.

Illustrasi: Bayangkan bahwa saya dan anak saya ada di lantai tiga sebuah bangunan, dan bangunan itu lalu terbakar. Saya lalu menggendong anak saya dan melompat, dan sesaat sebelum menyentuh tanah, saya melemparkan anak saya ke atas, maka anak saya selamat dan saya mati. Kalau saat itu memang tidak ada jalan lain untuk selamat selain melompat dari lantai tiga itu, maka mungkin sekali orang akan menganggap saya sebagai pahlawan yang rela berkorban bagi anak saya. Tetapi kalau pada saat itu sebetulnya ada banyak jalan yang lain, dan saya tetap ‘rela mengorbankan nyawa saya’ demi anak saya, maka saya yakin bahwa orang akan menganggap tindakan itu sebagai tindakan konyol dan bodoh.

Demikian juga dengan apa yang Yesus lakukan bagi kita. Kalau memang ada jalan lain untuk selamat, dan Yesus tetap rela berkorban bagi kita, Ia betul-betul konyol dan bodoh. Tetapi karena memang tidak ada jalan lain, dan Yesus rela melakukan pengorbanan di atas kayu salib, maka tindakanNya betul-betul merupakan tindakan kasih yang luar biasa.

8)   Perintah Yesus untuk menjadikan semua bangsa murid Yesus (Mat 28:19-20) menunjukkan bahwa:

a)   Yesus memang adalah satu-satunya jalan ke surga.
Kalau memang Yesus bukan satu-satunya jalan keselamatan, untuk apa ada perintah untuk memberitakan Injil / membawa semua orang untuk datang kepada Yesus?

b)   Orang yang tidak pernah mendengar tentang Yesus juga akan binasa / masuk neraka! Kalau orang yang tidak pernah mendengar Injil bisa masuk surga, maka untuk apa kita diperintahkan untuk memberitakan Injil? Bahwa kita diperintahkan untuk memberitakan Injil dan menjadikan semua bangsa murid Yesus, jelas menunjukkan bahwa orang yang tidak pernah mendengar Injil juga pasti tidak bisa selamat. Pandangan ini didukung oleh beberapa bagian Kitab Suci yang lain seperti:
·         Ro 2:12a - “Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat”.
·         Ro 10:13-14 - “Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakanNya?”.
·         Yeh 3:18 - “Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati! - dan engkau tidak memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu.
Catatan: Ketiga text ini sudah saya jelaskan di depan sehingga di sini tidak saya jelaskan lagi.

Hal lain yang perlu diingat adalah bahwa dalam rasul-rasul melaksanakan perintah ini, mereka memberitakan Injil kepada orang-orang yang sudah beragama (agama Yahudi). Dan bagaimanapun mereka diancam untuk tidak memberitakan Injil, dan bahkan dianiaya karena memberitakan Injil, mereka tetap memberitakan Injil!

Kis 4:1-30 - “(1) Ketika Petrus dan Yohanes sedang berbicara kepada orang banyak, mereka tiba-tiba didatangi imam-imam dan kepala pengawal Bait Allah serta orang-orang Saduki. (2) Orang-orang itu sangat marah karena mereka mengajar orang banyak dan memberitakan, bahwa dalam Yesus ada kebangkitan dari antara orang mati. (3) Mereka ditangkap dan diserahkan ke dalam tahanan sampai keesokan harinya, karena hari telah malam.  (4) Tetapi di antara orang yang mendengar ajaran itu banyak yang menjadi percaya, sehingga jumlah mereka menjadi kira-kira lima ribu orang laki-laki. (5) Pada keesokan harinya pemimpin-pemimpin Yahudi serta tua-tua dan ahli-ahli Taurat mengadakan sidang di Yerusalem (6) dengan Imam Besar Hanas dan Kayafas, Yohanes dan Aleksander dan semua orang lain yang termasuk keturunan Imam Besar. (7) Lalu Petrus dan Yohanes dihadapkan kepada sidang itu dan mulai diperiksa dengan pertanyaan ini: ‘Dengan kuasa manakah atau dalam nama siapakah kamu bertindak demikian itu?’ (8) Maka jawab Petrus, penuh dengan Roh Kudus: ‘Hai pemimpin-pemimpin umat dan tua-tua, (9) jika kami sekarang harus diperiksa karena suatu kebajikan kepada seorang sakit dan harus menerangkan dengan kuasa manakah orang itu disembuhkan, (10) maka ketahuilah oleh kamu sekalian dan oleh seluruh umat Israel, bahwa dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati - bahwa oleh karena Yesus itulah orang ini berdiri dengan sehat sekarang di depan kamu. (11) Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan - yaitu kamu sendiri -, namun ia telah menjadi batu penjuru. (12) Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.’ (13) Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus. (14) Tetapi karena mereka melihat orang yang disembuhkan itu berdiri di samping kedua rasul itu, mereka tidak dapat mengatakan apa-apa untuk membantahnya. (15) Dan setelah mereka menyuruh rasul-rasul itu meninggalkan ruang sidang, berundinglah mereka, (16) dan berkata: ‘Tindakan apakah yang harus kita ambil terhadap orang-orang ini? Sebab telah nyata kepada semua penduduk Yerusalem, bahwa mereka telah mengadakan suatu mujizat yang menyolok dan kita tidak dapat menyangkalnya. (17) Tetapi supaya hal itu jangan makin luas tersiar di antara orang banyak, baiklah kita mengancam dan melarang mereka, supaya mereka jangan berbicara lagi dengan siapapun dalam nama itu.’ (18) Dan setelah keduanya disuruh masuk, mereka diperintahkan, supaya sama sekali jangan berbicara atau mengajar lagi dalam nama Yesus. (19) Tetapi Petrus dan Yohanes menjawab mereka: ‘Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah. (20) Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar.’ (21) Mereka semakin keras mengancam rasul-rasul itu, tetapi akhirnya melepaskan mereka juga, sebab sidang tidak melihat jalan untuk menghukum mereka karena takut akan orang banyak yang memuliakan nama Allah berhubung dengan apa yang telah terjadi. (22) Sebab orang yang disembuhkan oleh mujizat itu sudah lebih dari empat puluh tahun umurnya. (23) Sesudah dilepaskan pergilah Petrus dan Yohanes kepada teman-teman mereka, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang dikatakan imam-imam kepala dan tua-tua kepada mereka. (24) Ketika teman-teman mereka mendengar hal itu, berserulah mereka bersama-sama kepada Allah, katanya: ‘Ya Tuhan, Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya. (25) Dan oleh Roh Kudus dengan perantaraan hambaMu Daud, bapa kami, Engkau telah berfirman: Mengapa rusuh bangsa-bangsa, mengapa suku-suku bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia? (26) Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar berkumpul untuk melawan Tuhan dan Yang DiurapiNya. (27) Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, HambaMu yang kudus, yang Engkau urapi, (28) untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu. (29) Dan sekarang, ya Tuhan, lihatlah bagaimana mereka mengancam kami dan berikanlah kepada hamba-hambaMu keberanian untuk memberitakan firmanMu. (30) Ulurkanlah tanganMu untuk menyembuhkan orang, dan adakanlah tanda-tanda dan mujizat-mujizat oleh nama Yesus, HambaMu yang kudus.’ (31) Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani.

Kis 5:17-21a - “(17) Akhirnya mulailah Imam Besar dan pengikut-pengikutnya, yaitu orang-orang dari mazhab Saduki, bertindak sebab mereka sangat iri hati. (18) Mereka menangkap rasul-rasul itu, lalu memasukkan mereka ke dalam penjara kota. (19) Tetapi waktu malam seorang malaikat Tuhan membuka pintu-pintu penjara itu dan membawa mereka ke luar, katanya: (20) ‘Pergilah, berdirilah di Bait Allah dan beritakanlah seluruh firman hidup itu kepada orang banyak.’ (21) Mereka mentaati pesan itu, dan menjelang pagi masuklah mereka ke dalam Bait Allah, lalu mulai mengajar di situ.

Kis 5:26-33,40-42 - “(26) Maka pergilah kepala pengawal serta orang-orangnya ke Bait Allah, lalu mengambil kedua rasul itu, tetapi tidak dengan kekerasan, karena mereka takut, kalau-kalau orang banyak melempari mereka. (27) Mereka membawa keduanya dan menghadapkan mereka kepada Mahkamah Agama. Imam Besar mulai menanyai mereka, (28) katanya: ‘Dengan keras kami melarang kamu mengajar dalam Nama itu. Namun ternyata, kamu telah memenuhi Yerusalem dengan ajaranmu dan kamu hendak menanggungkan darah Orang itu kepada kami.’ (29) Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: ‘Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia. (30) Allah nenek moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh. (31) Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kananNya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa. (32) Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia.’ (33) Mendengar perkataan itu sangatlah tertusuk hati mereka dan mereka bermaksud membunuh rasul-rasul itu. ... (40) Mereka memanggil rasul-rasul itu, lalu menyesah mereka dan melarang mereka mengajar dalam nama Yesus. Sesudah itu mereka dilepaskan. (41) Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus. (42) Dan setiap hari mereka melanjutkan pengajaran mereka di Bait Allah dan di rumah-rumah orang dan memberitakan Injil tentang Yesus yang adalah Mesias.

Kis 14:19-22 - “(19) Tetapi datanglah orang-orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium dan mereka membujuk orang banyak itu memihak mereka. Lalu mereka melempari Paulus dengan batu dan menyeretnya ke luar kota, karena mereka menyangka, bahwa ia telah mati. (20) Akan tetapi ketika murid-murid itu berdiri mengelilingi dia, bangkitlah ia lalu masuk ke dalam kota. Keesokan harinya berangkatlah ia bersama-sama dengan Barnabas ke Derbe. (21) Paulus dan Barnabas memberitakan Injil di kota itu dan memperoleh banyak murid. Lalu kembalilah mereka ke Listra, Ikonium dan Antiokhia. (22) Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara”.

Kalau orang yang tidak pernah mendengar Injil bisa masuk surga, atau kalau orang yang beragama lain bisa masuk surga, untuk apa para rasul memberitakan Injil? Lebih-lebih, untuk apa mereka terus memberitakan Injil bahkan pada saat mereka dianiaya karena pemberitaan Injil itu?

Dari 8 point ini jelaslah bahwa pandangan yang mengatakan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga bukanlah fanatisme yang picik, tetapi memang merupakan doktrin / kebenaran yang nyata sekali di ajarkan dalam Kitab Suci! Menolak kebenaran ini sama dengan menolak Kitab Suci / Firman Tuhan! Mengejek orang kristen yang mempercayai kebenaran ini sama dengan mengejek Kitab Suci / Firman Tuhan!

 

III) Konsekwensi dari doktrin / ajaran ini.


1)   Kita sendiri harus percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan, karena tanpa itu kita menolak jalan satu-satunya ke sorga, sehingga kita tidak mungkin bisa selamat.
Sudahkan saudara sendiri percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi saudara? Kalau belum, datanglah kepada Kristus sekarang juga. Besok mungkin sudah terlambat! Tidak ada gunanya belajar memberitakan Injil, kalau saudara sendiri belum percaya.

2)   Kita harus mengusahakan supaya orang lain bisa mendengar tentang Yesus dan mau percaya kepada Yesus, dengan cara memberitakan Injil kepada mereka, berdoa supaya mereka bisa dan mau percaya kepada Yesus, dan melakukan segala usaha yang bisa kita lakukan untuk mempertobatkan orang yang belum percaya kepada Yesus.
Perhatikan bahwa hal ini dilakukan bukan demi kepentingan kekristenan, tetapi demi kepentingan / keselamatan orang yang diinjili tersebut. Jadi, kita memberitakan Injil kepada seseorang, karena kita mengasihi orang itu, dan karena itu kita menginginkan dia masuk surga, bukan masuk neraka.

3)   Sebagai orang tua kristen, kita harus berusaha mengarahkan anak-anak kita kepada Yesus. Ada orang tua kristen yang merasa bangga dengan sikap mereka yang tidak memaksakan agama mereka kepada anak-anaknya, dan membiarkan anak-anaknya memilih sendiri agama mereka. Saya berpendapat bahwa hanya ada 2 kemungkinan tentang orang tua kristen yang membiarkan anaknya tumbuh bebas dan memilih agamanya sendiri. Atau ia adalah orang kristen KTP yang tidak percaya Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga, atau ia adalah orang tua yang tidak mengasihi anaknya sehingga tidak peduli kalau anaknya masuk ke neraka karena tidak punya Juruselamat. Pada umumnya kemungkinan pertamalah yang benar.

4)   Orang kristen yang menganggap bahwa Yesus hanyalah salah satu jalan ke surga bukanlah orang yang bertoleransi terhadap agama lain, tetapi adalah orang kristen yang tidak percaya pada Kitab Suci / Firman Tuhan, dan ini jelas adalah orang kristen KTP. Tidak peduli betapa tingginya jabatan mereka dalam gereja, injililah mereka supaya mereka bertobat.
Catatan: toleransi terhadap agama lain tidak berarti bahwa kita lalu mengubah kepercayaan kita sendiri!

5)   Orang yang mengaku sebagai hamba Tuhan tetapi tidak mau mempercayai hal ini dan bahkan mengajarkan sebaliknya, jelas adalah serigala yang berbulu domba, atau nabi palsu, yang sedikitpun tidak menghormati otoritas dari Kitab Suci! Bdk. Mat 7:15 - “‘Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas”.

6)   Kalau kita mengatakan bahwa orang yang tidak per­caya kepada Yesus pasti masuk neraka, maka kita bukan menghakimi, tetapi percaya pada kebenaran Kitab Suci!

7)   Kalau orang kristen percaya / menyatakan Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga, itu bukan sikap egois, mau menang sendiri, tidak kasih kepada orang lain dsb.
Illustrasi: Bayangkan bahwa saya mempunyai sebuah rumah dan saya memberikan hanya 1 pintu untuk masuk ke rumah itu. Si A saya beri tahu bahwa kalau mau masuk ke rumah saya harus melalui pintu satu-satunya itu. Kalau masuk melalui jendela atau naik tembok belakang atau masuk lewat genteng, akan saya tembak. Lalu si A memberitakan hal itu kepada saudara supaya saudara bisa masuk rumah saya. Apakah si A ini egois, mau menang sendiri, tidak kasih kepada saudara?

8)   Orang-orang kristen yang sudah mendengar ajaran ini tetapi tetap berkata bahwa mereka tidak tahu akan nasib orang yang tidak percaya Yesus dengan alasan bahwa mereka tidak maha tahu dan hanya Allah yang maha tahu, bukanlah orang yang rendah hati, tetapi adalah orang-orang tegar tengkuk yang tidak menghargai otoritas Kitab Suci! Mereka bukannya tidak tahu, tetapi memang tidak mau tahu!

9)   Kita perlu hati-hati dengan orang yang mengatakan ‘moga-moga Tuhan menyediakan jalan untuk selamat bagi orang yang mati tanpa Kristus’. Kata-kata seperti ini tampaknya penuh kasih, tetapi jelas merupakan kata-kata dari orang yang tidak percaya pada Firman Tuhan! Mengatakan ‘moga-moga orang di luar Kristus bisa selamat’ adalah sama dengan mengatakan ‘moga-moga kata-kata Yesus dalam Yoh 14:6 itu adalah salah / dusta’!

10) Kita tidak boleh mendukung:

a)   Gereja-gereja sesat yang tidak mempercayai Yesus sebagai satu-satunya jalan keselamatan.

b)         Gereja-gereja yang tidak lagi memberitakan Injil.
Catatan: perlu diingat bahwa ada banyak gereja yang masih mempunyai slogan yang injili, seperti Yesus adalah satu-satunya Juruselamat dsb, tetapi itu tidak diwujudkan dengan ditekankannya Pemberitaan Injil.

c)   Gereja-gereja yang memberitakan Injil yang sudah diselewengkan (bdk. Gal 1:6-9), seperti:

·         Social Gospel (= Injil sosial), dimana penekan penginjilannya adalah hanya pada bantuan sosial, bukan pada pemberitaan Injil. Ini banyak terdapat dalam gereja-gereja Protestan yang liberal. Perlu diingat bahwa fungsi gereja bukanlah menjadi semacam sinterklaas, tetapi sebagai pemberita Injil / Firman Tuhan!

·         Yesus ditekankan sebagai dokter, pelaku mujijat, pemberi berkat, tetapi tidak sebagai Juruselamat dan Tuhan. Ini banyak terdapat dalam gereja Pentakosta / Kharismatik. Sekalipun ini kelihatannya seperti Injil, tetapi sebetulnya ini merupakan ‘Injil yang lain’ atau ‘Injil yang berbeda’ (bdk. 2Kor 11:4  Gal 1:6-9).

Jangan mendukung gereja-gereja seperti ini baik dalam keuangan, tenaga / pikiran, pelayanan, publikasi, atau bahkan kehadiran dan doa (kecuali mendoakan supaya mereka bertobat), karena mendukung gereja sesat sama dengan mendukung setan!

Kalau mendukung gereja sesat sudah tidak boleh, lebih-lebih mendukung agama lain! Ingat bahwa kita memang harus mengasihi orang yang beragama lain. Ini diwujudkan dengan memberitakan Injil kepada mereka, dan bahkan menolong mereka / menyumbang mereka kalau mereka mendapatkan musibah / membutuhkan pertolongan. Tetapi kita tidak boleh mendukung agama mereka!

Sebaliknya, dukunglah gereja-gereja / hamba-hamba Tuhan yang betul-betul memberitakan Injil. Dukungan dibutuhkan baik dalam doa, tenaga, pikiran, keuangan, publikasi, dsb. Ingat bahwa tidak mendukung gereja yang benar, adalah sama dengan mendukung kesesatan!





SYARAT-SYARAT PENGINJIL PRIBADI YANG BAIK

 

1) Sudah sungguh-sungguh percaya / menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dan yakin akan keselamatannya.


a)   Sudah percaya kepada Yesus.
·   Mat 4:19 - “Yesus berkata kepada mereka: ‘Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.’”.
Perhatikan urut-urutan dari kata-kata Yesus ini: ikut Tuhan dulu, baru menjala manusia.
·         Kis 1:8 - “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.’”.
Kita harus menjadi ‘saksi’, dan ‘saksi’ adalah orang yang tahu / mengala­mi sendiri.

b)   Yakin akan keselamatannya sendiri.
Sebetulnya orang yang sudah betul-betul percaya kepada Tuhan Yesus pasti yakin akan keselamatannya sendiri (Ro 8:16  1Yoh 5:13). Keyak­inan ini penting, karena tanpa keyakinan ini kita tidak akan memberitakan Injil, atau, kalaupun kita memberitakan Injil, kita tidak bisa memberitakannya dengan yakin.
Bayangkan kalau ada orang kristen yang tidak yakin akan keselamatannya sendiri menginjili orang yang belum percaya dan mendesak supaya orang itu mau percaya kepada Yesus, supaya bisa masuk surga. Lalu orang yang diinjili itu bertanya: ‘Apakah kamu sendiri yakin bahwa kamu akan masuk surga?’. Kalau penginjil ini jujur, ia harus menjawab: ‘Lha ya itu, aku sendiri belum tahu’. Jelas sekali bahwa penginjilan ini akan bubar!

2) Yakin akan kebenaran Firman Tuhan / Injil.


Pemberitaan Injil merupakan pemberitaan Firman Tuhan, dan karena itu seorang pemberita Injil harus yakin bahwa Firman Tuhan itu benar. Dan dalam memberitakan Injil selalu ada keberatan-keberatan terhadap apa yang kita jelaskan, misalnya: masakan orang berdosa itu dimasukkan neraka selama-lamanya?
Kalau Firman Tuhan bertentangan dengan ‘fakta’, atau kalau Firman Tuhan bertentangan dengan ‘Ilmu Pengetahuan’, atau kalau Firman Tuhan bertentangan dengan ‘pemikiran umum’, atau kalau Firman Tuhan bertentangan dengan ‘logika’ (misalnya: mujijat), maka seorang penginjil pribadi harus tetap percaya akan kebenaran Firman Tuhan, dan bahkan tetap menyatakannya dengan yakin.

Contoh:

a)   Firman Tuhan mengatakan semua manusia berdosa (Ro 3:23).
Pada waktu kita memberitakan hal ini, bisa saja orang yang kita injili itu berkata: ‘Lho, saya kenal orang yang tidak kristen, tetapi ia baik sekali, tidak pernah menyakiti orang, dsb’.
Di sini Firman Tuhan dipertentangkan dengan ‘fakta’. Dalam menghadapi hal ini, penginjil pribadi itu harus tetap berpegang pada kebenaran Firman Tuhan. Ia harus tetap berkeras bahwa orang baik itu tetap adalah orang berdosa, bahkan orang yang sangat berdosa, di hadapan Tuhan. Mengapa? Karena standard Tuhan berbeda dengan standard manusia. Orang itu dinyatakan sebagai ‘orang baik’ menurut standard manusia. Tetapi menurut standard Tuhan, semua orang adalah orang yang berdosa, bahkan sangat berdosa.

b)   Firman Tuhan mengatakan bahwa semua manusia berasal dari Adam.
Orang yang diinjili itu bisa saja mendebat dengan mengajukan teori Darwin.
Di sini Firman Tuhan dipertentangkan dengan ‘ilmu pengetahuan’. Dalam menghadapi hal ini, penginjil pribadi itu harus tetap berpegang pada kebenaran Firman Tuhan. Ia harus mempertahankan pandangan bahwa semua manusia berasal dari Adam, dan bahwa teori Darwin bukanlah ilmu pengetahuan, tetapi hanya merupakan hipotesa / dugaan yang tidak berdasar.

Dalam Koran ‘Surya’ hari Minggu, tanggal 22 November 1998, ada sebuah artikel yang berjudul “Coelacanth ‘ikan fosil’ yang masih hidup”. Dikatakan bahwa di perairan Indonesia (sekitar Manado) ditemukan ikan Coelacanth (baca: silakan), yang disebutkan sebagai ‘mbahnya komodo’, dan yang oleh ahli-ahli ilmu pengetahuan dianggap sudah punah pada sekitar 70 atau 80 juta tahun yang lalu. Ternyata pada waktu tulang-tulang dari ikan yang baru ditangkap itu dibandingkan dengan fosil ikan yang dianggap sudah berumur 80 juta tahun itu, ternyata bahwa: “kita hampir tidak dapat membedakan kerangka tulang mana yang purba (80 juta tahun lalu) dengan yang sekarang. Dan ini menimbulkan pertanyaan mengapa? Mengapa organ ikan ini tetap statis untuk jangka waktu yang demikian lamanya tanpa mengalami evolusi?”.
Saya berpendapat pertanyaan ini mudah sekali jawabannya, yaitu: karena evolusi tidak pernah ada!

c)   Firman Tuhan mengatakan kalau ditampar pipi kanan berikan pipi kiri (Mat 5:39).
Jangan menafsirkan Mat 5:39 ini secara hurufiah. Maksudnya bukan betul-betul harus memberikan pipi satunya untuk ditampar lagi, tetapi hanya ‘jangan membalas’. Itupun hanya berlaku untuk serangan yang tidak membahayakan jiwa. Karena itu Yesus menggunakan kata ‘tampar’ bukan ‘bacok’!
Tetapi inipun tidak bisa diterima oleh banyak orang dan dianggap sebagai tidak masuk akal. Demikian juga dengan Mat 5:28 (tentang perzinahan dalam hati).
Di sini Firman Tuhan dipertentangkan dengan ‘pandangan umum’. Dalam menghadapi hal ini penginjil pribadi yang baik harus tetap berpegang pada Firman Tuhan! Tidak peduli semua orang menganggap hal itu tidak salah, kalau Kitab Suci / Firman Tuhan menganggapnya salah, maka ia juga harus menyatakannya sebagai sesuatu yang salah!

Tetapi dalam hal ini juga ada peringatan yang penting.
  • Keyakinan itu harus betul-betul ada dalam hati. Kalau keyakinan itu dibuat-buat, maka saudara bukan sedang menginjil, tetapi sedang berlaku munafik / berdusta!
  • Kalau saudara percaya dengan teguh pada kebenaran Firman Tuhan, itu tentu baik sekali, tetapi pastikanlah bahwa saudara percaya pada ayat-ayat yang ditafsirkan secara benar, bukan yang diputar-balikkan / disalah-artikan. Misalnya ada orang kristen yang percaya bahwa Yesus betul-betul turun ke neraka, atau bahwa nanti setelah kematian masih ada ‘second chance’ (= kesempatan kedua), karena orang itu akan diinjili oleh Yesus sendiri. Ini semua adalah kepercayaan yang didasarkan atas penafsiran yang salah dari ayat-ayat Kitab Suci seperti 1Pet 3:18-20 dan 1Pet 4:6.

 

3)  Yakin bahwa Tuhan Yesus adalah satu-satunya (bukan salah satu!) jalan ke surga (Yoh 14:6  Kis 4:12  1Yoh 5:11-12).


Ia bukan hanya perlu yakin segi positifnya, yaitu bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga, tetapi juga pada segi negatifnya, yaitu bahwa di luar Kristus, bagaimanapun baiknya / salehnya orang itu, dan agama apapun yang ia anut, ia tidak bisa selamat, tetapi sebaliknya akan dihukum dalam neraka. Kalaupun orang itu lalu menunjukkan orang yang betul-betul kelihatan saleh, dan bahkan jauh lebih saleh dari pada kita, kita harus tetap berkeras menyatakan bahwa kalau orang itu terus ada di luar Kristus, ia pasti masuk neraka. Alasannya mudah saja yaitu: bagaimanapun baiknya seseorang, di hadapan Tuhan ia adalah orang berdosa, bahkan sangat berdosa (Ro 3:10-12,23). Karena itu tanpa Juruselamat / Penebus dosa ia tetap harus masuk neraka untuk memikul sendiri hukuman dosa-dosanya selama-lamanya.
Kalau kita tidak mempercayai hal ini, maka kita tidak akan memberitakan Injil. Sebaliknya, kalau kita betul-betul mempercayai hal ini, kita akan aktif memberitakan Injil. Dalam Kis 4:1-13 kita bisa melihat bahwa Petrus tidak mau berhenti memberitakan Injil karena ia yakin bahwa Tuhan Yesus adalah satu-satunya jalan keselamatan (Kis 4:12).

 

4) Mengasihi Tuhan dan sesama manusia (Yoh 14:15  1Yoh 4:20).


Pemberitaan Injil adalah suatu bentuk pelayanan kepada Tuhan dan itu harus kita lakukan bukan dengan terpaksa, tetapi dengan dasar kasih.

Illustrasi: Ada kapal merapat ke pelabuhan, lalu memberikan sepotong papan sebagai jembatan antara kapal dengan daratan. Orang-orang lalu turun ke darat melalui papan itu, tetapi pada waktu berdesak-desakan, seorang bayi lepas dari pelukan ibunya dan jatuh ke air. Ibunya berteriak-teriak minta supaya ada yang menolong bayi itu. Orang-orang semua berkerumun melihat bayi itu masuk ke air. Lalu tiba-tiba seseorang dengan gagah berani terjun ke air dan menyelamatkan bayi itu. Setelah ia naik ke atas, ia dikerumuni orang banyak dan lalu ada seorang wartawan yang bertanya kepadanya: ‘Mengapa kamu mau menolong bayi itu?’. Menurut saudara mengapa? Orang itu memandang sekelilingnya dengan marah, dan ia membentak: ‘Siapa yang tadi mendorong saya?’. Jadi, orang ini bukan menolong bayi itu dengan kasih, tetapi dengan terpaksa!

Tanpa kasih, kita tidak akan sung­guh-sungguh, baik dalam memberitakan Injil maupun dalam mendoakan orang yang kita injili itu.
Juga perlu diingat bahwa pemberitaan Injil adalah perang frontal melawan setan, sehingga orang yang memberitakan Injil pasti diserang setan. Serangan ini bisa datang sebagai akibat langsung dari penginjilan, misalnya orang yang kita injili itu mengejek, atau bahwa membenci dan menganiaya kita. Tetapi serangan itu bisa juga tidak merupakan akibat langsung dari penginjilan itu. Misalnya usaha kita tahu-tahu bangkrut, kita menjadi sakit, dsb. Justru karena Pemberitaan Injil selalu menimbulkan serangan setan, maka kasih sangat dibutuhkan. Mengapa? Karena tanpa kasih, kita tidak akan mau berkorban, sehingga kita akan berhenti menginjil.

Kita juga harus menyadari bahwa wujud terutama dari kasih kita kepada sesama kita, adalah dengan memberikan keselamatan kepada mereka.

The will of Patrick Henry (surat wasiat Patrick Henry): “I have now disposed of all my property to my family; there is one thing more I wish I could give them, and that is the Christian religion. If they had this, and I had not given them one shilling, they would be rich; but if they had not that, and I have given them all the world, they would be poor” (= Sekarang aku telah memberikan semua milikku kepada keluargaku; ada satu hal lagi yang aku berharap bisa memberikannya kepada mereka, dan itu adalah agama Kristen. Jika mereka mempunyai ini, dan aku tidak memberikan mereka satu senpun, mereka adalah orang kaya; tetapi jika mereka tidak mempunyai ini, dan aku memberikan seluruh dunia kepada mereka, mereka adalah orang miskin) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 497.

 

5)  Sadar dan percaya sepenuhnya bahwa pertobatan adalah hasil pekerjaan Tuhan / Roh Kudus (Yoh 6:44,65  Kis 11:18  16:14).


Tuhan / Roh Kudus akan bekerja kalau:

a)   Kita banyak berdoa.
Tetapi kita tidak akan berdoa kalau kita merasa bahwa orang yang kita injili itu bisa bertobat karena kepand­aian kita dalam memberitakan Injil.

b)   Kita menggunakan Firman Tuhan pada waktu memberitakan Injil.

Ro 1:16 - “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani”.
Catatan: kata-kata yang saya garis-bawahi salah terjemahan. Seharusnya adalah ‘aku tidak malu karena Injil’. Tetapi yang saya tekankan adalah bagian yang saya cetak miring yang menunjukkan bahwa Injil merupakan kekuatan Allah yang menyelamatkan orang yang percaya.

Ef 6:17 - “dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah”.
Firman Allah disebut sebagai ‘pedang Roh’, karena itulah senjata yang Allah berikan kepada kita dalam peperangan rohani ini. Jadi, itulah yang harus kita gunakan dalam memberitakan Injil. Kalau kita berperang dengan cara yang Tuhan kehendaki, maka Ia pasti akan menyertai usaha kita, dan Roh Kudus akan bekerja dalam penginjilan yang kita lakukan.
Banyak orang Kristen ex Islam, yang kalau memberitakan Injil kepada orang Islam lalu menggunakan Al Quran. Menurut saya ini salah. Pertama karena orang Islam tidak akan mau menerima berita dari Al Quran yang ditafsirkan oleh orang Kristen. Kedua, karena bagi kita pedang Roh itu adalah Alkitab, bukan Al Quran. Jadi, kepada siapapun saudara memberitakan Injil, beritakan Injil / Firman Tuhan dari Alkitab!

Yer 23:29 - “Bukankah firmanKu seperti api, demikianlah firman TUHAN dan seperti palu yang menghancurkan bukit batu?”.
Firman Tuhan digambarkan sebagai palu, yang bisa menghancurkan batu yang keras. Kalau kita memberitakan Injil / Firman Tuhan, maka Tuhan akan memakai FirmanNya untuk menghancurkan kekerasan hati dari orang yang kita injili.

Banyak orang memberitakan Injil dengan langsung menyerang agama orang itu. Ini salah, karena pada umumnya hanya mengundang kemarahan. Disamping itu, Tuhan memanggil kita untuk memberitakan Injil / Firman Tuhan, bukan untuk menyerang agama lain. Tetapi harus diakui bahwa kadang-kadang, kita masuk dalam pembicaraan tentang hal-hal penting dimana Injil / kekristenan memang bertentangan frontal dengan ajaran agama lain itu. Misalnya tentang keilahian Kristus, atau tentang keselamatan karena iman saja, dan sebagainya. Maka dalam keadaan seperti itu, kita memang harus menjelaskan perbedaan itu, dan bisa terpaksa ‘menyerang’ agama lain.

c)   Kita taat pada Firman Tuhan.
2Tim 2:20-21 - “(20) Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia. (21) Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia.

Tetapi ada 3 hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan hal ini:

1.   Kita tidak harus suci murni dulu baru bisa memberitakan Injil dan dipakai oleh Tuhan. Tidak ada orang yang suci murni kecuali Yesus sendiri. Kalau Tuhan hanya mau memakai orang yang suci murni, Ia tidak bisa memakai siapapun juga kecuali malaikat dan Yesus sendiri. Jadi, kita harus melakukan dua hal ini pada saat yang sama, memberitakan Injil dan menyucikan kehidupan kita.

2.   Kadang-kadang Tuhan juga memakai orang yang berdosa secara luar biasa. Misalnya Yunus, yang memberontak terhadap Tuhan, bisa dipakai untuk mempertobatkan seluruh Niniwe! Tetapi hal seperti ini hanya merupakan suatu perkecualian. Rumus umumnya adalah: makin kita menyucikian diri, makin Tuhan memakai kita.

3.   Sukses dalam pandangan Tuhan seringkali berbeda dengan sukses dalam pandangan manusia. Pelayanan Yesaya kelihatannya gagal dalam pandangan manusia, dan demikian juga dengan pelayanan Stefanus, tetapi dalam pandangan Tuhan mereka jelas adalah orang-orang yang sukses dalam pelayanan. Karena itu, kalau dalam pelayanan pemberitaan Injil yang saudara lakukan tidak ada / tidak banyak orang yang bertobat, jangan terlalu cepat menilai bahwa Tuhan tidak bekerja / tidak memakai saudara.

 

6)  Mau belajar cara-cara memberitakan Injil yang baik dan cocok untuk dirinya dan selalu berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dalam memberitakan Injil.


Ada bermacam-macam cara untuk memberitakan Injil dan tidak setiap cara cocok untuk setiap orang. Saya berpendapat bahwa setiap orang Kristen sebaiknya mengikuti seadanya kader penginjilan yang ada, dan membaca semua buku yang mengajarkan tentang cara memberitakan Injil, lalu menggunakan yang cocok dengan kepribadian dan karunianya sendiri. Atau, ia bisa menggabungkan beberapa cara, lalu menggunakannya.

Contoh: banyak orang Kristen berhasil melakukan pemberitaan Injil dengan menggunakan metode EE (Evangelism Explosion), tetapi saya sendiri merasa cara itu tidak cocok untuk saya. Saya tidak beranggapan bahwa cara yang digunakan EE itu jelek. Saya hanya mengatakan bahwa caranya tidak cocok bagi saya. Mengapa? Salah satu alasan adalah: saya adalah orang yang senang berdebat dan mempunyai karunia berdebat, sedangkan cara yang digunakan oleh EE adalah tanpa perdebatan / menghindari perdebatan.

Juga, setelah saudara melakukan pemberitaan Injil, saudara sebaiknya merenungkannya kembali penginjilan itu, untuk memikirkan apa-apa yang bisa saudara perbaiki. Pikirkan apa yang tadi dikatakan oleh orang yang saudara injili itu, dan apa jawaban yang saudara berikan, dan bagaimana saudara bisa memberikan jawaban yang lebih baik. Dengan demikian saudara akan maju dalam kemampuan saudara. Sekalipun kita percaya bahwa pertobatan adalah pekerjaan Roh Kudus, itu tidak berarti bahwa saudara tidak perlu berusaha secara maximal.

7)  Rindu Firman Tuhan dan selalu mengisi diri dengan Firman Tuhan (Yoh 15:1-8).


Pada saat saudara memberitakan Injil, saudara pasti mendapatkan pertanyaan-pertanyaan. Bagaimana saudara bisa menjawabnya kalau saudara mempunyai pengertian yang sangat sedikit tentang Firman Tuhan?
Juga pengisian diri dengan Firman Tuhan ini menyucikan dan mendekatkan kita kepada Tuhan sehingga kita bisa lebih berhasil dalam Pemberitaan Injil.
Karena itu seorang penginjil pribadi harus aktif ikut Pemahaman Alkitab (yang baik!), bahkan kalau bisa ikut sekolah theologia untuk awam seperti STRIS, dan juga membaca buku-buku rohani yang baik! Jangan belajar Firman Tuhan hanya terbatas dalam kalangan gereja saudara sendiri. Kalau gereja saudara bukan gereja yang terlalu baik dalam pengajaran Firman Tuhan, carilah Firman Tuhan di tempat lain.

8) Mempunyai teladan hidup yang baik (Fil 1:27).


Makin kita memberitakan Injil, makin hidup kita disorot oleh masyarakat. Kalau kita hidup dalam dosa, kita justru akan menjadi batu sandungan. Tetapi, kita juga tidak boleh menunggu sampai hidup kita suci dulu baru mau memberitakan Injil. Pemberitaan Injil dan usaha untuk hidup suci harus dilakukan bersama-sama.

Kadang-kadang pada waktu saudara memberitakan Injil, saudara diserang dosa-dosanya oleh orang yang sedang saudara injili itu. Ini khususnya sering terjadi pada waktu kita memberitakan Injil kepada anggota keluarga kita sendiri, atau orang-orang yang dekat sekali dengan kita, yang mengenal diri / kehidupan kita dengan baik. Itu tidak perlu membuat saudara dengan malu berhenti memberitakan Injil kepadanya. Juga saudara tidak perlu membantah tuduhan-tuduhan itu, kalau tuduhan-tuduhan itu memang benar. Saudara bisa tetap memberitakan Injil dengan menjawab sebagai berikut: “Aku memang adalah orang berdosa, tetapi aku mempunyai Juruselamat dosa yang sudah membayar semua hutang dosaku, dan karena itu aku pasti selamat / masuk surga. Tetapi bagaimana dengan kamu? Kamu juga adalah orang berdosa seperti aku, dan kalau kamu tidak mempunyai Juruselamat, maka kamu akan dihukum untuk dosa-dosamu di neraka selama-lamanya. Karena itu, percayalah kepada Tuhan Yesus, sebagai Tuhan dan Juruselamatmu!”.

9) Menyesuaikan diri dengan orang yang diinjili.


1Kor 9:19-23 - “(19) Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang. (20) Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat. (21) Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum Taurat. (22) Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka. (23) Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian dalamnya”.

Kita harus menyesuaikan diri supaya lebih bisa diterima oleh orang-orang yang kita injili, tetapi kita tidak boleh menyesuaikan diri dalam hal-hal yang berdosa (1Kor 9:21b - perhatikan bagian yang saya cetak dengan huruf besar).

Contoh yang benar:
  • pada waktu Hudson Taylor memberitakan Injil kepada orang-orang Cina, ia menguncir rambutnya seperti orang-orang Cina pada waktu itu.
  • kalau kita menginjili orang Islam, kita ikut tidak makan babi. Ini tidak berarti bahwa kita terus tidak makan babi. Hanya kalau kita makan bersama orang itu, sebaiknya kita tidak makan babi, supaya tidak menimbulkan kejijikan orang itu terhadap diri saudara.
  • kalau saudara menginjili orang yang miskin, jangan datang kepadanya dengan memamerkan perhiasan saudara dsb. Sebaliknya, kalau saudara menginjili orang yang kaya, jangan datang kepadanya dengan memakai pakaian yang sudah sobek / jelek. Saudara memang tidak perlu memakai pakaian yang mewah / mahal, tetapi setidaknya saudara bisa memakai pakaian yang rapi / bagus.

Contoh yang salah:
¨      menginjili seorang pelacur dengan melacur dengan dia.
¨      menginjili seorang pengguna ecstasy / narkoba dengan cara ikut menggunakan ecstasy / narkoba.

10) Menggunakan lidah hanya untuk kemuliaan Tuhan (Yak 3:1-12).


Yak 3:1-12 - “(1) Saudara-saudaraku, janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat. (2) Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya. (3) Kita mengenakan kekang pada mulut kuda, sehingga ia menuruti kehendak kita, dengan jalan demikian kita dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya. (4) Dan lihat saja kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi. (5) Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar. (6) Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka. (7) Semua jenis binatang liar, burung-burung, serta binatang-binatang menjalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan telah dijinakkan oleh sifat manusia, (8) tetapi tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan. (9) Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, (10) dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi. (11) Adakah sumber memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama? (12) Saudara-saudaraku, adakah pohon ara dapat menghasilkan buah zaitun dan adakah pokok anggur dapat menghasilkan buah ara? Demikian juga mata air asin tidak dapat mengeluarkan air tawar”.

Jadi, jangan menggunakan lidah sebentar untuk memberitakan Injil, lalu sebentar lagi untuk dusta, fitnah, gossip, caci maki, kata-kata cabul / kotor, dsb.

11) Bisa dimengerti oleh orang yang diinjili.


Untuk itu kita harus mempunyai karunia untuk menjelaskan dan juga kita harus menggunakan bahasa yang sederhana. Jangan menggunakan:

a)   Bahasa asing (apalagi Yunani / Ibrani) tanpa menterjemahkannya, kecuali saudara tahu orang itu memang mengertinya. Ingat bahwa tujuan saudara adalah memenangkan jiwanya untuk Tuhan, bukan memamerkan kepandaian saudara.

b)   Istilah-istilah theologia atau istilah-istilah Kristen yang tidak dimengerti oleh orang dunia / orang beragama lain, tanpa menjelaskannya (misalnya: domba / kambing, hidup kekal, iman, selamat, mati kekal, bertobat / pertobatan dsb).
Perlu diingat bahwa istilah-istilah tertentu mempunyai arti berbeda dalam kekristenan dan dalam agama-agama lain. Misalnya: kata ‘bertobat’ dalam agama-agama lain dianggap meninggalkan dosa, dan lalu hidup baik. Dalam kristen, sekalipun juga bisa mencakup arti itu, tetapi dalam kontex penginjilan lebih sering diartikan ‘datang / percaya kepada Kristus’. Contoh: Kis 2:38 - “Jawab Petrus kepada mereka: ‘Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus”. Jelas bahwa Petrus tidak menggunakan kata ‘bertobat’ di sini sebagai ‘tindakan meninggalkan dosa’ tetapi sebagai ‘tindakan datang kepada Yesus dan percaya kepadaNya sebagai Juruselamat dosa’.

12) Tekun / giat (Ro 12:11  1Kor 15:58).


Sama seperti dalam menjala ikan, menjala manusia / memberitakan Injil juga membutuhkan sifat giat dan tekun / tidak mudah putus asa.

Ro 12:11 - “Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan”.

1Kor 15:58 - “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia”.
Catatan: bagian yang saya coret itu seharusnya tidak ada.

Menyerah / putus asa bisa terjadi karena beberapa hal:

a)   Kita memang mempunyai sifat mudah menyerah / putus asa.
Ini tentu saja harus dilawan dan didoakan, bukannya terus dituruti.

b)   Kita merasa gagal dalam memberitakan Injil.
Atau tak ada yang bertobat, atau ada yang ‘bertobat’, tetapi lalu murtad lagi. Ingat bahwa saudara diperintahkan untuk memberitakan Injil, bukan untuk mempertobatkan orang itu. Kalau saudara sudah memberitakan Injil, saudara sebetulnya sudah berhasil. Pertobatan orang itu merupakan pekerjaan Tuhan sendiri!

c)   Doktrin-doktrin tertentu, yang sekalipun benar, tetapi bisa diterapkan secara salah. Yang paling umum adalah doktrin tentang predestinasi.
Saya setuju dengan predestinasi; saya percaya bahwa sebelum permulaan segala jaman, Allah sudah menetapkan orang-orang tertentu untuk diselamatkan, dan orang-orang lain untuk dibiarkan binasa (Ef 1:4,5,11 Ro 9:10-dst), dan rencana / ketetapan Allah ini pasti terjadi (Ayub 42:2  Kis 13:48).
Tetapi doktrin yang benar ini bisa membuat kita mudah menyerah dalam memberitakan Injil. Pada waktu kita memberitakan Injil dan orang yang kita injili itu menolak, kita lalu berpikir bahwa orang itu bukanlah orang yang Allah tentukan untuk selamat. Jadi, kita lalu merasa tidak ada gunanya terus memberitakan Injil kepadanya atau mendoakannya. Ini merupakan penerapan yang salah dari doktrin yang benar ini! Mengapa? Karena kita tidak tahu orang itu ditentukan selamat atau binasa, dan kita tidak punya hak untuk menebak-nebak hal itu. Kalaupun kita sudah memberitakan Injil 100 x kepadanya, dan ia belum bertobat, siapa tahu ia akan bertobat pada penginjilan ke 101? Jadi, sekalipun saudara mempercayai doktrin tentang predestinasi, tetaplah bertekun, baik dalam memberitakan Injil, maupun dalam mendoakan orang-orang yang saudara injili.




CARA MEMBERITAKAN INJIL


Pertama-tama kita perlu tahu bahwa tujuan Pemberitaan Injil adalah membawa orang kepada Kristus, bukan sekedar kepada gereja! Ingat bahwa manusia diselamatkan kalau ia percaya kepada Yesus Kristus, dan bukan kalau ia sekedar pergi ke gereja!

Charles Haddon Spurgeon: “What is it to win a soul? This may be instructively answered by describing what it is not. We do not regard it to be soul-winning to steal members out of churches already established, ... we aim rather at bringing souls to Christ. ... we do not consider soul-winning to be accomplished by hurriedly inscribing more names upon our church-roll, ... we may do more harm than good at this point. To introduce unconverted persons to the church, is to weaken and degrade it, and therefore an apparent gain may be a real loss” (= Apakah artinya memenangkan jiwa? Ini bisa dijawab secara mengajar dengan menggambarkan apakah yang tidak termasuk dalam memenangkan jiwa. Kami tidak menganggapnya sebagai memenangkan jiwa untuk mencuri anggota-anggota dari gereja-gereja yang sudah mapan, ... kami lebih bertujuan untuk membawa jiwa kepada Kristus. ... kami tidak menganggap bahwa pemenangan jiwa itu tercapai dengan cepat-cepat menuliskan lebih banyak nama dalam daftar gereja, ... kita bisa / mungkin lebih melakukan kerusakan dari pada kebaikan pada titik ini. Memasukkan orang-orang yang belum bertobat ke gereja, adalah melemahkan dan merusakkannya, dan karena itu sesuatu yang kelihatannya adalah keuntungan sebetulnya adalah suatu kerugian) - ‘The Soul Winner’, hal 15,16,17.

Dengan memegang teguh tujuan pemberitaan Injil ini, kita mulai memberitakan Injil.

Pemberitaan Injil biasanya dimulai dengan pembicaraan tentang hal-hal yang biasa, yang lalu dibelokkan menuju hal-hal yang bersifat rohani. Dan biasanya dalam pemberitaan Injil, kita membelokkan menuju pembicaraan tentang dosa, supaya bisa menyadarkan orang itu bahwa ia adalah orang berdosa, bahkan orang yang sangat berdosa.

Misalnya:

·         pada waktu berbicara tentang kejahatan tertentu, seperti pemerkosaan / pembunuhan dan sebagainya, kita bisa berkata: “Orang-orang yang melakukan hal itu memang berdosa, tetapi bagaimana dengan kita / saudara sendiri? Apakah kita / saudara bukan orang yang juga sangat berdosa? Kita / saudara mungkin tidak membunuh / memperkosa, tetapi bagaimana dengan dosa-dosa lain?”.

·         pada waktu berbicara tentang peperangan, bencana alam, atau hal-hal lain yang membuat manusia menderita, kita bisa berkata: “Dulu, pada waktu Allah pertama menciptakan segala sesuatu, tidak ada penderitaan. Tetapi sejak Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, penderitaan masuk ke dalam dunia (Kej 3). Tetapi mari kita tidak menyalahkan Adam dan Hawa saja. Bagaimana dengan diri kita sendiri? Tidakkah kita juga sangat banyak dosanya?”.

·         pada waktu berbicara tentang orang-orang tertentu yang sangat menderita hidupnya, kita bisa mengatakan: “Penderitaan orang itu memang hebat, tetapi itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan penderitaan di dalam neraka. Dan semua manusia adalah orang berdosa yang seharusnya masuk neraka. Coba pikirkan apakah saudara / kamu adalah orang berdosa atau tidak”.

·         pada waktu orang yang kita injili itu menceritakan tentang hatinya yang sumpek, gelisah, tidak damai, dsb, kita juga bisa mengatakan bahwa itu disebabkan karena adanya dosa.
Bdk. Yes 48:22 - “‘Tidak ada damai sejahtera bagi orang-orang fasik!’ firman TUHAN”.
Catatan: dalam Kitab Suci kalau dikatakan ‘orang fasik’, tidak harus diartikan orang yang sangat berdosa. Seringkali seadanya orang yang belum / tidak beriman disebut sebagai ‘orang fasik’.

·         pada waktu membicarakan tentang orang yang meninggal dunia, kita bisa mengatakan: “Sekarang giliran orang itu untuk menghadap Tuhan; akan ada saatnya dimana giliran kita tiba. Kalau giliranmu tiba malam ini, apakah kamu siap berhadapan dengan Allah sebagai Hakim (Ibr 9:27), mengingat kamu adalah orang yang berdosa?”.
Bdk. Ibr 9:27 - “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi”.

·         pada waktu berbicara tentang hal-hal yang kelihatannya menunjukkan Allah itu tidak adil, seperti adanya orang saleh yang menderita dan orang jahat yang hidup enak, kita bisa mengatakan: “Allah itu adil, tetapi keadilanNya yang sepenuhnya baru akan dinyatakan nanti dalam pengadilan akhir jaman. Pada saat itu Ia akan menghakimi setiap dosa dalam diri setiap orang, termasuk dalam dirimu. Kamu juga punya dosa, bukan?”.

·         pada waktu berbicara tentang orang yang buta, kita bisa berkata: “Buta memang tidak enak, tetapi ada kebutaan yang lebih buruk dari buta secara jasmani, yaitu buta secara rohani. Yaitu orang yang sekalipun berdosa, tetapi tidak menyadari dosa-dosanya. Bagaimana dengan kamu?”.

·         pada waktu berbicara tentang surga, kita bisa berkata: “Masuk surga itu enak, tetapi adanya dosa dalam diri kita bisa menghalangi kita untuk masuk surga. Kira-kira saudara termasuk orang berdosa atau tidak?”.

·         pada waktu berbicara tentang doa, kita bisa berkata: “Doa memang sesuatu yang bagus, tetapi karena Allah itu maha suci, dosa bisa menghalangi doa kita sampai kepadaNya. Apakah kamu bukan orang yang berdosa?”.

·         pada waktu berbicara tentang sukarnya mengerti Kitab Suci, saudara bisa berkata: “Mungkin sukarnya mengerti Kitab Suci itu disebabkan karena dosa-dosa kita membutakan kita. Bagaimana dengan kehidupan saudara, apakah banyak dosa?”.

·         pada waktu berbicara tentang orang yang dianggap saleh / baik, saudara bisa berkata: “Dalam dunia ini tidak ada orang yang baik, semuanya berdosa. Orang yang dianggap baik oleh manusia bisa dianggap jahat oleh Tuhan, karena Tuhan punya standard yang berbeda. Kalau orang yang kelihatan baik saja bisa dianggap jahat oleh Tuhan, apalagi orang yang dianggap jahat oleh manusia. Kalau saudara sendiri bagaimana?”.

Dari banyak contoh ini saya harap saudara bisa menyadari bahwa sebetulnya hampir setiap pembicaraan bisa kita arahkan menuju pembicaraan rohani / pembicaraan tentang dosa.

Setelah melalui pembicaraan seperti di atas ini, kita masuk dalam pembicaraan tentang dosa.

I) Tentang dosa.


1)   Ingat bahwa tujuan kita di sini bukanlah untuk menghakimi dia.
Untuk meng­hindari timbulnya kesan bahwa kita menghakimi dia, maka perlu kita tunjukkan kepada dia bahwa kita juga adalah orang yang berdosa sama seperti dia.

2)   Tujuan kita dalam bagian ini adalah menya­darkan orang yang kita injili itu bahwa dia adalah manusia yang berdosa. Kalau bisa, bahkan kita harus menyadarkan dia bahwa ia adalah orang yang sangat berdosa.

Jangan hanya membuatnya sadar bahwa manusia secara umum adalah orang berdosa. Ia harus sadar bahwa ia sendiri adalah manusia berdosa. Jadi, dalam memilih hukum-hukum yang menunjukkan dosa, pilihlah hukum-hukum yang memang bertentangan dengan kehidupannya (kalau saudara mengenal dia dan tahu tentang hidupnya).

Kesadaran akan dosa ini sangat penting, karena tanpa kesadaran akan dosa, ia tidak akan merasa butuh Yesus sebagai Juruselamat dosa. Sedangkan kesadaran bahwa ia adalah orang yang sangat berdosa merupakan sesuatu yang penting, karena tanpa hal ini, ia masih mungkin akan berusaha untuk masuk surga dengan kebaikannya sendiri.

3)   Ayat-ayat yang bisa kita pakai untuk menyadarkannya bahwa ia adalah orang yang berdosa.

a)         Untuk orang yang tidak mau menerima otoritas Kitab Suci kita.
Kalau saudara memberitakan Injil kepada orang yang menolak otoritas Kitab Suci kita, mungkin karena ia mempunyai agama lain dengan Kitab Sucinya sendiri, maka dalam penyadaran dosa ini mungkin lebih baik saudara tidak menggunakan hukum-hukum / larangan-larangan yang hanya ada dalam Kitab Suci Kristen, seperti jika ditampar pipi kanan harus memberikan yang kiri, harus mengasihi musuh, dsb. Penggunaan hukum-hukum yang hanya ada dalam Kitab Suci Kristen itu sangat mungkin mendapatkan jawaban: “Itu kan ajaran Kitab Sucimu, bukan Kitab Suciku”.
Jadi, sebaiknya saudara menggunakan hukum-hukum yang diakui baik dalam Kristen maupun dalam agama orang yang saudara injili itu. Misalnya jangan berdusta, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan membenci / dendam, dsb.
Tetapi jangan menggunakan hukum-hukum yang hanya ada dalam Kitab Suci orang itu, tetapi tidak ada dalam Kitab Suci Kristen! Dalam memberitakan Injil, kita harus menggunakan Firman Tuhan, yang adalah pedang Roh, dan itu adalah Kitab Suci kita sendiri!

b)         Untuk orang-orang dalam kalangan Kristen.

1.   Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa semua manusia adalah manusia berdosa (ini dosa secara umum):
·         Ro 3:10-12,23 - “(10) seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. (11) Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. (12) Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. ... (23) Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”.
·         Pkh 7:20 - “Sesungguhnya, di bumi tidak ada orang yang saleh: yang berbuat baik dan tak pernah berbuat dosa!”.

2.   Ayat-ayat yang bisa digunakan untuk menyadarkan dia dari dosa-dosa tertentu:
·         Kel 20:3-17 - 10 hukum Tuhan.
·         Mat 5:28 - “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya”.
·         Mat 5:44 - “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu”.

Bacakan ayat-ayat ini dan tekankan satu hal ini: tidak ada orang yang tidak pernah melanggar hukum-hukum ini!

Catatan: saudara tidak selalu harus mengajak orang itu untuk membaca ayatnya dari Kitab Suci. Saudara bisa mengutipnya luar kepala. Tetapi untuk ini tentu diperlukan usaha menghafalkan ayat-ayat Kitab Suci.

4)   Ayat-ayat yang bisa kita gunakan untuk menyadarkan dia bahwa ia adalah orang yang sangat berdosa:

a)   Mat 22:37-39 - “(37) Jawab Yesus kepadanya: ‘Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. (38) Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. (39) Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”.
Semua orang selalu berdosa dengan melanggar kedua hukum ini, khususnya hukum yang pertama, karena tidak mungkin ada orang yang bisa mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi. Jadi, bisa dikatakan bahwa kita berbuat dosa setiap saat. Dan hanya dengan meninjau satu hukum ini saja, dosa kita sudah bukan main banyaknya. Apalagi kalau kita meninjau semua hukum yang ada dalam Kitab Suci.

b)   Yes 64:6 - “Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin”.
Perhatikan bahwa Yesaya adalah seorang nabi, tetapi ia mengatakan ‘segala kesalehan kami seperti kain kotor’. Ia bukan mengatakan ‘segala dosa / kejahatan kami seperti kain kotor’. Ia juga bukan mengatakan sebagian kesalehan kami seperti kain kotor’. Ia mengatakan ‘segala kesalehan kami seperti kain kotor’.

c)   Kej 6:5 - “Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata.
Perhatikan kata-kata yang saya garis-bawahi itu. Ayat ini mengatakan segala (bukan sebagian) kecenderungan hatinya’, selalu (bukan kadang-kadang / sering) membuahkan kejahatan’, dan seakan-akan itu masih belum cukup, lalu masih menambahkan kata ‘semata-mata’.

d)   Ro 6:20 - “Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran.
Istilah ‘hamba dosa’ menunjuk kepada orang-orang yang belum dibebaskan dari dosa oleh Yesus Kristus. Jadi itu menunjuk kepada semua orang yang belum percaya kepada Yesus Kristus!
Kata-kata ‘bebas dari kebenaran’ menunjukkan bahwa orang itu sama sekali tidak bisa melakukan apapun yang betul-betul benar di hadapan Allah!

5)   Kebijaksanaan dalam menekankan atau tidak menekankan point tentang dosa ini.
Saudara harus mau menggunakan banyak waktu (kalau memungkinkan) untuk menekankan point tentang dosa ini, khususnya kalau saudara menghadapai orang yang relatif baik hidupnya, atau yang kurang menyadari dosanya, atau yang merasa bisa masuk surga berdasarkan kebaikan / ketaatannya sendiri.
Sebaliknya, point tentang dosa ini mungkin tidak terlalu perlu ditekankan kalau saudara menghadapi seseorang yang sangat bejat, dan betul-betul sudah menyadari hal itu. Misalnya pada waktu saudara memberitakan Injil kepada seorang pelacur. Orang seperti ini biasanya sudah sangat sadar akan dosanya.

II) Tentang hukuman dosa.


Kalau point tentang dosa dirasa sudah cukup, maka kita melanjutkan pembicaraan ke point selanjutnya, yaitu tentang ‘hukuman dosa’.
Kalimat penghubung / transisinya tidak sukar. Saudara dengan mudah mengatakan bahwa Allah itu adil, dan karena itu Ia pasti menghukum manusia berdosa.

Point ini perlu ditekankan, khususnya pada waktu menghadapi orang yang terlalu menyoroti / menekankan kasih Allah, tetapi melupakan / mengabaikan kesucian dan keadilan Allah, yang menyebabkan Allah itu membenci dosa dan pasti menghukum orang yang berbuat dosa.

Bdk. Nahum 1:3 - “TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah.

Wujud hukuman dosa:

1)   Penderitaan (Ke 3:6-8,16-19).
Ini bisa merupakan penderitaan fisik (kemiskinan, penyakit / rasa sakit, dsb) maupun penderitaan batin (gelisah, sumpek, takut, kuatir, problem keluarga, kematian keluarga / orang yang dicintai, kegagalan, dsb).

2)   Neraka / hukuman kekal.
Ini merupakan hukuman yang paling harus ditekankan. Jadi pada waktu membicarakan point tentang hukuman dosa, jangan hanya bicara tentang penderitaan fisik, hati yang gelisah, dan sebagainya. Yang terutama harus ditekankan adalah hukuman neraka!

Ayat-ayat yang bisa digunakan adalah:

Ro 6:23a - “Sebab upah dosa ialah maut.

Katakan bahwa ‘maut’ bukan hanya menunjuk pada kematian jasmani, tetapi pada kematian kedua, seperti yang dibicarakan dalam Wah 21:8.

Wah 21:8 - “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.’”.

Bdk. Mat 25:46 - “Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.’”.

Ceritakan juga bahwa hukuman di neraka bukan hanya hebat, tetapi juga berlangsung selama-lamanya.

Luk 16:19-31 - “(19) ‘Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. (20) Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, (21) dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya. (22) Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. (23) Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. (24) Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. (25) Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. (26) Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang. (27) Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, (28) sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. (29) Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. (30) Jawab orang itu: Tidak, bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. (31) Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.’”.
Catatan: bagian yang saya garis-bawahi menunjukkan bahwa neraka merupakan tempat penderitaan yang hebat. Bagian yang saya cetak miring (ay 26) menunjukkan bahwa sekali seseorang masuk neraka, maka untuk selama-lamanya ia akan ada di neraka. Cerita ini juga menunjukkan bahwa sekalipun orang kaya itu kelihatannya menyesal, ia tetap tidak diampuni!

Wah 14:11 - “Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya.’”.

Wah 20:10 - “dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya.

Jangan sungkan menceritakan ini, seakan-akan saudara menakut-nakuti dia! Memang banyak orang beranggapan bahwa dalam memberitakan Injil, kita tidak boleh berbicara tentang neraka. Itu menakut-nakuti, tidak kasih, dan sebagainya. Tetapi saya menentang pandangan seperti itu dengan satu alasan sederhana ini: ayat-ayat tentang neraka dalam Kitab Suci, sebagian besar diucapkan / diajarkan oleh Yesus sendiri! Apakah Dia tidak / kurang kasih?

Illustrasi: seorang dokter yang setelah memeriksa pasiennya, dan mendapati bahwa pasiennya menderita kanker, lalu menceritakan bahaya dari penyakit itu kepada pasiennya. Apakah ini tidak kasih? Kasih bukan hanya mengatakan yang enak-enak saja. Mengatakan yang enak-enak saja justru seringkali sebetulnya bukan kasih!

III) Salib Kristus.


Kalau saudara sudah membicarakan tentang dosa dan hukumannya, maka mungkin itu akan membuat orang yang saudara injili itu menjadi takut. Maka saudara bisa melanjutkan pembicaraan / penginjilan ke point selanjutnya. Kalimat yang bisa digunakan sebagai kalimat penghubung / transisi ke pembicaraan point selanjutnya adalah: “Jangan takut. Sekalipun saudara adalah orang yang sangat berdosa, dan seharusnya masuk neraka selama-lamanya, tetapi Allah itu kasih, dan Ia telah menyediakan jalan keluar, supaya saudara tidak perlu masuk neraka. Jalan itu adalah salib Kristus / Kristus yang tersalib”.

1)   Salib Kristus ada / terjadi, karena adanya kasih Allah.
Jadi, penekanan di sini adalah kasih Allah. Kalau pada point II di atas penekanannya adalah pada keadilan Allah, maka pada point III ini penekanannya adalah kasih Allah. Karena Allah adil maka Ia harus menghukum dosa (point II), tetapi karena Ia kasih, Ia ingin manusia terbebas dari hukuman itu. Karena itu Ia sendiri menjadi manusia (Yesus Kristus) dan mati di salib untuk menebus dosa umat manusia.

2)   Penjelasan tentang kata / istilah ‘penebusan / menebus’.
Harus diingat bahwa kata ini merupakan suatu kata yang abstrak. Orang Kristen saja banyak yang tidak mengertinya, apalagi orang kafir. Karena itu kata ini harus kita jelaskan.
Pada waktu menjelaskan tentang penebusan yang Kristus lakukan bagi kita melalui penderitaan dan kematianNya di kayu salib, harus kita jelaskan bahwa ‘menebus’ berarti bahwa Ia menggantikan kita dalam memikul hukuman dosa kita. Kita yang berdosa, dan seharusnya kita yang dihukum, tetapi Kristus telah menebus dosa kita, artinya, Kristus telah menerima hukuman kita itu untuk menggantikan kita. Ini seperti seseorang yang berhutang, tetapi orang lain yang membayarnya.
Karena adanya pemikulan / pembayaran hukuman dosa oleh Kristus ini maka kita yang berdosa bisa bebas dari hukuman dosa kita (Ro 8:1). Sama seperti kalau seseorang telah membayar hutang kita, maka tentu si pemilik uang tidak bisa menagih kita lagi.

3)   Pentingnya menggunakan illustrasi dalam bagian ini.
Illustrasi yang baik bisa membuat pelajaran ini dimengerti dengan makin jelas, dan membuatnya makin diingat oleh orang yang kita injili.
Ada banyak illustrasi dalam persoalan ini, dan saudara bisa mengumpulkan illustrasi-illustrasi dari khotbah-khotbah penginjilan yang saudara dengar. Di sini saya memberikan satu contoh saja.

Contoh illustrasi yang bisa kita gunakan:

Ada dua saudara kembar yang wajahnya persis, yang satu jadi hakim, yang lain jadi penjahat. Suatu hari penjahat itu membunuh dan tertangkap, lalu diadili oleh saudara kembarnya sendiri. Hakim mengadili dan setelah mengetahui bahwa saudara kembarnya memang bersalah, ia menjatuhkan hukuman mati, karena sebagai hakim ia harus adil. Tetapi karena ia mengasihi saudara kembarnya itu, maka pada malam sebelum hukuman mati itu dilaksanakan, hakim itu mendatangi saudaranya di penjara, dan mengajaknya untuk bertukar tempat. Besoknya sang hakim menjalani hukuman mati yang ia sendiri jatuhkan, sementara saudara kembarnya bebas.
Hakim itu seperti Allah sendiri. Ia melihat manusia berdosa, dan Ia harus adil, sehingga Ia harus menjatuhkan hukuman. Tetapi karena Ia mengasihi manusia berdosa itu, maka Ia lalu menjadi manusia dalam diri Tuhan Yesus Kristus, dan menerima hukuman yang Ia sendiri berikan, pada waktu Ia menderita dan mati di kayu salib. Ini menyebabkan orang-orang yang percaya kepada Kristus bebas dari hukuman.

4)   Ayat-ayat yang bisa digunakan.

Yes 53:4-6 - “(4) Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. (5) Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. (6) Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian”.

Mat 26:28 - “Sebab inilah darahKu, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa”.

Mark 10:45 - “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.’”.

Ro 5:8 - “Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa”.

Gal 3:13 - “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!’”.

Kol 1:20 - “dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diriNya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus”.

1Pet 1:18-19 - “(18) Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, (19) melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat”.

1Pet 2:24-25 - “(24) Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuhNya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilurNya kamu telah sembuh. (25) Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu”.
Catatan: Banyak orang menerapkan kata ‘sembuh’ dalam 1Pet 2:24 ini secara salah pada kesembuhan jasmani. Sebetulnya kata ini menunjuk pada kesembuhan rohani, bukan kesembuhan jasmani. Ini terlihat dari kontextnya (baca ay 25nya).

Saudara tentu saja tidak perlu menggunakan semua ayat-ayat di atas. Saudara bisa memilih satu atau dua saja, lalu menghafalkannya, dan menggunakannya pada waktu saudara memberitakan Injil.

IV) Percaya / menerima Kristus sebagai Juruselamat.


Sebagai kalimat penghubung / transisi, kita bisa mengatakan: “Tidak cukup bagi saudara untuk hanya mendengar atau mengerti tentang Yesus, saudara harus juga percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara”.

1)   Ayat-ayat yang bisa digunakan.

Yoh 1:12 - “Tetapi semua orang yang menerimaNya diberiNya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya”.

Yoh 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”.

Kis 16:31 - “Jawab mereka: ‘Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.’”.
Catatan: hati-hati dengan ayat ini. Ayat ini tidak berarti bahwa kalau satu orang percaya semua keluarganya ikut selamat. Juga tidak berarti bahwa semua keluarganya dijanjikan akan selamat. Ayat ini berarti: kamu harus percaya kepada Tuhan Yesus, dan kamu akan selamat. Seisi rumahmu juga harus percaya kepada Tuhan Yesus, dan mereka juga akan selamat.

Wah 3:20 - “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suaraKu dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku”.

Jangan terlalu membedakan antara ‘percaya kepada Yesus’, ‘datang kepada Yesus’, dan ‘menerima Yesus’. Istilah-istilah ini sebetulnya sama saja. ‘Membukakan pintu bagi Yesus’ atau ‘menerima Yesus’ sama dengan ‘percaya kepada Yesus’.

2)   Apa / siapa yang harus dipercaya?

a)         Ia harus percaya ajaran Kitab Suci tentang Yesus.
Kitab Suci sering menggunakan istilah bahasa Yunani PISTEUO HOTI yang berarti ‘believe that’ (= percaya bahwa).
Contoh:
·         Yoh 20:31 - “tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam namaNya”.
·         Ro 10:9 - “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan”.
·         1Yoh 5:1 - “Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga Dia yang lahir dari padaNya”.

Sebetulnya ia harus percaya segala sesuatu yang dikatakan Kitab Suci tentang Tuhan Yesus, tetapi ada hal-hal yang harus ditonjolkan, yaitu:

1.   Ia harus percaya bahwa Yesus adalah Allah / Tuhan sendiri dalam arti yang setinggi-tingginya (Yoh 1:1  Yoh 20:28  Ro 9:5  Tit 2:13  Ibr 1:8).
Bagian yang saya garisbawahi itu perlu ditekankan mengingat adanya ajaran Saksi Yehuwa, dan juga ajaran orang-orang seperti Bambang Noorsena dan Jusuf Rony, yang mengatakan bahwa:
·         Yesus adalah Allah, tetapi lebih rendah dari Bapa / Yehovah / Yahweh.
·         Yesus bukan ‘Tuhan’, tetapi hanya ‘tuan’.

2.   Yesus telah menjadi manusia (Yoh 1:14).
Ada 2 hal yang perlu dijelaskan:

a.   Ini Ia lakukan karena sebagai Allah Ia tidak bisa menderita ataupun mati. Tetapi setelah Ia menjadi manusia, maka Ia bisa menderita dan mati untuk dosa umat manusia. Tetapi setelah Ia menjadi manusia, tidak berarti bahwa Ia kehilangan keilahianNya! Setelah inkarnasi dan seterusnya Yesus adalah 100 % Allah dan 100 % manusia.

b.   Ia harus menjadi manusia, karena Ia ingin menebus manusia. Seandainya Ia ingin menebus malaikat, maka Ia harus menjadi malaikat.
Bdk. Ibr 2:14-17 - “(14) Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; (15) dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. (16) Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani. (17) Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa”.

3.   Yesus hidup suci.
2Kor 5:21 - Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah”.
Ibr 4:15 - “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.
Ini merupakan sesuatu yang penting, karena tanpa kesucian ini Yesus tidak bisa memikul hukuman dosa kita, tetapi harus menderita dan mati untuk dosaNya sendiri.

4.   Yesus menderita dan disalibkan sampai mati untuk menebus semua dosa umat manusia.
Yeh 36:25 - “Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu”.
Kol 2:13 - “Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita”.
Tit 2:14 - “yang telah menyerahkan diriNya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diriNya suatu umat, kepunyaanNya sendiri, yang rajin berbuat baik”.
1Yoh 1:7,9 - “(7) Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, AnakNya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa. ... (9) Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan”.

‘Semua dosa’ berarti mencakup dosa asal, dosa yang lalu, dosa sekarang, dan dosa yang akan datang terus sampai kita mati, tanpa kecuali! Ini mencakup dosa besar maupun kecil, dosa aktif maupun dosa pasif, dosa sengaja / sadar maupun dosa yang tidak disengaja / disadari. Bahwa penebusan Yesus mencakup semua dosa kita tanpa kecuali, perlu ditekankan, karena tanpa mengerti dan percaya hal ini, ia tidak akan pernah yakin akan keselamatannya.

Ada beberapa keberatan tentang ajaran ini:

a.   Ajaran ini akan menyebabkan orang itu nanti sengaja berbuat dosa.
Jawaban saya:
Semua ajaran yang benar bisa ditanggapi secara salah. Itu tidak berarti bahwa kita tidak boleh mengajarkan ajaran yang benar itu. Lebih-lebih, itu tidak berarti bahwa kita boleh mengubah ajaran yang benar itu.
Kita bisa memberikan ajaran tambahan, supaya orang yang kita injili itu tidak memberikan tanggapan yang salah. Misalnya dengan mengatakan bahwa kalau kita terus sengaja berbuat dosa, maka Tuhan akan menghajar kita (Ibr 12:5b-12). Tetapi kalau setelah kita memberitahunya seperti itu ia tetap memberikan tanggapan yang salah, itu adalah urusannya dengan Allah sendiri.

b.   Bagaimana mungkin Yesus bisa mati untuk dosa-dosa saya yang akan datang? Bukankah semua itu belum terjadi?
Jawaban saya:
·         Yesus mati sekitar 2000 tahun yang lalu, dan pada saat itu semua dosa saya, bahkan dosa-dosa yang lalu, belum terjadi. Kalau Ia bisa mati untuk dosa-dosa saya yang lalu, mengapa Ia tidak bisa mati untuk dosa-dosa saya yang akan datang? Semua sama-sama belum terjadi pada saat Yesus mati.
·         Sekalipun dosa-dosa itu belum terjadi pada saat Yesus mati, Allah yang maha tahu itu sudah mengetahui tentang semua dosa-dosa itu, dan sudah menimpakan hukuman dari semua dosa itu pada diri Yesus.

5.   Yesus bangkit secara jasmani dari antara orang mati.

Ro 10:9 - “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan”.

Ada sesuatu yang perlu ditekankan dalam hal ini. Para Saksi Yehuwa mempercayai bahwa Yesus bangkit secara rohani. IIni kepercayaan yang sesat. Kita harus percaya bahwa Yesus bangkit secara jasmani, bukan secara rohani. Artinya, tubuh lamaNyalah yang dipersatukan kembali dengan roh / jiwaNya, sehingga Ia hidup kembali. Ini terbukti dari:
·         kubur yang kosong setelah kebangkitan Yesus.
·         setelah kebangkitanNya, Ia mengijinkan Tomas meraba bekas paku dan tombak di tangan dan tubuhNya (Yoh 20:27).
·         setelah kebangkitanNya, Ia menunjukkan kaki dan tanganNya kepada para muridNya, mengijinkan mereka merabaNya, dan Ia makan ikan di depan mereka. Ia juga secara explicit mengatakan bahwa Ia bukan hantu / roh.
Luk 24:36-43 - “(36) Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: ‘Damai sejahtera bagi kamu!’ (37) Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu. (38) Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: ‘Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? (39) Lihatlah tanganKu dan kakiKu: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaKu.’ (40) Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kakiNya kepada mereka. (41) Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: ‘Adakah padamu makanan di sini?’ (42) Lalu mereka memberikan kepadaNya sepotong ikan goreng. (43) Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka”.
Catatan: kata ‘hantu’ salah terjemahan. Kata Yunaninya adalah PNEUMA, dan karena itu seharusnya diterjemahkan ‘roh’.

6.   Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga (Yoh 14:6  Kis 4:12  1Yoh 5:11,12).
Ini sudah saya tekankan dalam pelajaran di depan, dan karena itu tidak saya ulangi lagi di sini.

b)   Ia harus percaya kepada Yesus.
Kitab Suci sering menggunakan kata bahasa Yunani PISTEUO (= believe / percaya), yang diikuti dengan kata depan EN / EIS / EPI (= in / kepada).
Misalnya:
·         Yoh 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”.
·         Yoh 3:36 - “Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.’”.
·         Kis 10:43 - “Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepadaNya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena namaNya.’”.
·         Kis 16:31 - “Jawab mereka: ‘Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.’”.

Jadi, jelas bahwa orang yang betul-betul beriman, tidak hanya percaya segala sesuatu tentang Yesus [point a)], tetapi juga harus percaya kepada Yesus [point b)]!
Untuk melihat perbedaan 2 hal ini, saya memberikan illustrasi sebagai berikut: saudara tahu dan percaya banyak hal tentang saya. Misalnya bahwa saya adalah seorang pendeta, mempunyai 1 istri, 1 anak, saya lahir pada tahun 1954, dsb. Tetapi kalau suatu kali saya datang kepada saudara dan mau meminjam uang sebesar Rp 100 juta dari saudara tanpa bon / bukti apapun, apakah saudara mau meminjamkannya? Kalau ya, itu berarti saudara percaya kepada saya. Kalau tidak itu berarti saudara hanya percaya tentang saya.

3)   Kita diselamatkan oleh / karena ‘iman saja’, bukan oleh / karena ‘perbuatan baik’ atau ‘iman dan perbuatan baik’.
Salah satu semboyan reformasi adalah SOLA FIDE, yang artinya ‘only faith’ (= hanya iman). Ini merupakan sesuatu yang harus sangat ditekankan dalam memberitakan Injil! Kita harus menekankan bahwa perbuatan baik sama sekali tidak mempunyai andil untuk menyelamatkan kita / membawa kita ke surga.

Cynddylan Jones mengomentari Ef 2:8-9 sebagai berikut: “You might as well try to cross the Atlantic in a paper boat as to get to heaven by your own good works” (= Kamu bisa mencoba menyeberangi Lautan Atlantik dalam sebuah perahu kertas sama seperti kamu mau ke surga dengan perbuatan-perbuatan baikmu sendiri).

Martin Luther: “The most damnable and pernicious heresy that has ever plagued the mind of men was the idea that somehow he could make himself good enough to deserve to live with an all-holy God” (= Ajaran sesat yang paling terkutuk dan jahat / merusak yang pernah menggoda pikiran manusia adalah gagasan bahwa entah bagaimana ia bisa membuat dirinya sendiri cukup baik sehingga layak untuk hidup dengan Allah yang mahasuci) - Dr. D. James Kennedy, ‘Evangelism Explosion’, hal 31-32.

Archbishop William Temple mengucapkan kata-kata yang dikutip oleh John Stott sebagai berikut: “All is of God. The only thing of my very own which I contribute to my redemption is the sin from which I need to be redeemed” (= Semua dari Allah. Satu-satunya hal dari diriku sendiri yang aku sumbangkan pada penebusanku adalah dosa dari mana aku perlu ditebus) - ‘The Preacher’s Portrait’, hal 44-45.

a)         Perbuatan baik tidak bisa menyelamatkan kita. Mengapa?

1.   Karena manusia di luar Kristus itu sama sekali tidak bisa berbuat baik.
Kita lahir sebagai orang yang berdosa, dan karena itu kita mempunyai kecenderungan untuk berbuat dosa. Ini bisa terlihat dari ayat-ayat di bawah ini:
·         Kej 6:5 - “Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala (bukan ‘sebagian’ tetapi ‘segala’) kecenderungan hatinya selalu (bukan ‘kadang-kadang’ / ‘sering’ tetapi ‘selalu’) membuahkan kejahatan semata-mata.
·         Kej 8:21b - “Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya.
·         Ro 6:20 - “Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran.
·         Ro 8:7-8 - “(7) Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. (8) Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah.
·         Tit 1:15 - “Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan bagi orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka najis”.

Ini menunjukkan bahwa segala sesuatu yang dilakukan orang yang tidak beriman adalah dosa. Jadi, tindakan-tindakan yang kelihatannya baik sekalipun (seperti menolong orang miskin, dsb) tetap dianggap dosa. Mengapa?

a.   Karena tindakan itu tidak dilakukan berdasarkan kasih kepada Allah / Yesus.
Yoh 14:15 - “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu”.

b.         Karena tindakan itu tidak dilakukan untuk memuliakan Allah.
1Kor 10:31 - “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah”.

Suatu ‘ketaatan / perbuatan baik’, yang dilakukan oleh orang yang tidak percaya kepada Yesus, dan dilakukan bukan karena hati yang mengasihi Tuhan, dan dilakukan bukan untuk kemuliaan Allah, pada dasarnya adalah ‘ketaatan / perbuatan baik’ yang dilakukan tanpa mempedulikan Allah. Sekarang pikirkan sendiri, bisakah perbuatan demikian disebut baik?

2.   Firman Tuhan memberikan gambaran yang menjijikkan tentang kehidupan manusia di hadapan Allah.

a.         Kesalehan manusia digambarkan seperti kain kotor.
Yes 64:6a - “Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor.
Perhatikan bahwa Yesaya bukan mengatakan ‘segala dosa kami seperti kain kotor’. Ia mengatakan ‘segala kesalehan kami seperti kain kotor’. Ia juga tidak mengatakan sebagian kesalehan kami seperti kain kotor’. Ia mengatakan segala kesalehan kami seperti kain kotor’.
Jadi, sebetulnya semua kesalehan orang percayapun seperti kain kotor di hadapan Allah!

b.         Dosa / kejahatan manusia digambarkan seperti cemar kain.
Sekarang, kalau ‘segala kesalehan’ kita digambarkan seperti ‘kain kotor’ di hadapan Allah, bagaimana dengan ‘dosa’ kita? Perhatikan ayat di bawah ini.
Yeh 36:17 - “‘Hai anak manusia, waktu kaum Israel tinggal di tanah mereka, mereka menajiskannya dengan tingkah laku mereka; kelakuan mereka sama seperti cemar kain di hadapanKu”.
Dosa / kejahatan kita digambarkan seperti ‘cemar kain’. Apakah ‘cemar kain’ itu? NIV menterjemahkannya: a woman’s monthly uncleanness’ (= kenajisan bulanan dari seorang perempuan).
Bandingkan juga dengan Im 15:20,24 - “(20) Segala sesuatu yang ditidurinya selama ia cemar kain menjadi najis. Dan segala sesuatu yang didudukinya menjadi najis juga. ... (24) Jikalau seorang laki-laki tidur dengan perempuan itu, dan ia kena cemar kain perempuan itu, maka ia menjadi najis selama tujuh hari, dan setiap tempat tidur yang ditidurinya menjadi najis juga”.
Untuk kata ‘cemar kain’ yang pertama (ay 20) NIV menterjemahkan her period’ (= masa datang bulannya), sedangkan untuk kata ‘cemar kain’ yang kedua (ay 24) NIV menterjemahkan ‘her monthly flow’ (= aliran bulanannya).
Jadi kelihatannya yang dimaksudkan dengan ‘cemar kain’ itu adalah cairan darah yang dikeluarkan seorang perempuan pada saat datang bulan.

Dengan demikian Kitab Suci menggambarkan segala kesalehan kita seperti kain kotor, dan menggambarkan dosa / kejahatan kita seperti cairan yang dikeluarkan oleh seorang perempuan pada saat mengalami datang bulan! Merupakan suatu kegilaan kalau kita berpikir bahwa dengan hal-hal menjijikkan itu kita bisa layak untuk masuk surga!

Siapapun yang menganggap dirinya suci atau lumayan baik, dan bisa mengusahakan kesucian / kekudusan dengan kekuatannya sendiri, apalagi bisa layak masuk surga dengan perbuatan baiknya sendiri, harus merenungkan bagian ini!

Keberatan: tetapi mengapa dalam Kitab Suci kadang-kadang diceritakan tentang orang yang saleh, tak bercacat, seperti Nuh, Ayub, Zakharia, dsb?

Jawab: Itu harus diartikan hanya dalam perbandingan dengan orang-orang lain di sekitar mereka. Tetapi kalau kehidupan mereka dibandingkan dengan Firman Tuhan / Kitab Suci, maka jelas mereka tetap penuh dengan dosa.

3.   Seandainya ia bisa berbuat baik, perbuatan baik itu tidak bisa menghapuskan dosa.
Bahwa dosa tidak bisa ditebus dengan perbuatan baik, dinyatakan oleh Gal 2:16,21 yang berbunyi: “Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus ... sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus”.

Illustrasi: Seseorang ditangkap polisi karena melanggar peraturan lalu lintas dan 1 minggu setelahnya harus menghadap ke pengadilan. Dalam waktu satu minggu itu ia lalu banyak berbuat baik untuk menebus dosanya. Ia menolong tetangga, memberi uang kepada pengemis, dsb. Pada waktu persidangan, ia membawa semua orang kepada siapa ia sudah melakukan kebaikan itu sebagai saksi. Pada waktu hakim bertanya: ‘Benarkah saudara melanggar peraturan lalu lintas?’, ia lalu menjawab: ‘Benar pak hakim, tetapi saya sudah banyak berbuat baik untuk menebus dosa saya. Ini saksi-saksinya’. Sekarang pikirkan sendiri, kalau hakim itu waras, apakah hakim itu akan membebaskan orang itu? Jawabnya jelas adalah ‘tidak’! Jadi terlihat bahwa dalam hukum duniapun kebaikan tidak bisa menutup / menebus / menghapus dosa! Demikian juga dengan dalam hukum Tuhan / Kitab Suci!

b)   Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa keselamatan itu hanya karena iman adalah:
·         Ro 3:24 - “dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus”.
Perhatikan kata ‘dengan cuma-cuma’ di sini. Kalau perbuatan baik punya andil dalam membawa kita ke surga, tidak mungkin ada kata ‘dengan cuma-cuma’ di sini.
Bandingkan dengan Yes 55:1-2 - “(1) Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran! (2) Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat”.
John Henry Jowett (tentang Yes 55:1-7): “The refreshing waters are offered to ‘everyone’ that is thirsty. ... And the waters may be ours ‘without money and without price.’ ... No, we are asked to pay nothing, and for the simple reason that we ‘have nothing wherewith to pay.’ The reviving grace is given to us ‘freely,’ and all that we have to present is our thirst. And yet we spend and spend, we labour and labour, but we buy no bread of contentment, and the waters of satisfaction are far away. The satisfying bread cannot be bought; it can only be begged” (= Air yang menyegarkan ditawarkan kepada ‘setiap orang’ yang haus. ... Dan air itu bisa menjadi milik kita ‘tanpa uang dan tanpa harga / pembayaran’. ... Tidak, kita tidak diminta untuk membayar apa-apa, dan itu disebabkan karena alasan yang sederhana yaitu bahwa kita ‘tidak mempunyai apapun dengan mana kita bisa membayar’. Kasih karunia yang menghidupkan diberikan kepada kita ‘dengan cuma-cuma’, dan semua yang harus kita berikan adalah kehausan kita. Tetapi kita terus menghabiskan uang dan kita terus berjerih payah, tetapi kita tidak membeli roti kepuasan, dan air kepuasan berada jauh dari kita. Roti yang memuaskan tidak bisa dibeli; itu hanya bisa diminta / diterima melalui pengemisan) - ‘Springs of Living Water’, August 6.
·         Ro 3:27-28 - “(27) Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan apa? Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman! (28) Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat”.
·         Gal 2:16,21 - “(16) Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: ‘tidak ada seorangpun yang dibenarkan’ oleh karena melakukan hukum Taurat. ... (21) Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus”.
·         Ef 2:8-9 - “(8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”.
·         Fil 3:8-9 - “(8) Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, (9) dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.
·         Ro 9:30-10:3 - “(9:30) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar kebenaran, telah beroleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman. (9:31) Tetapi: bahwa Israel, sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu. (9:32) Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan. Mereka tersandung pada batu sandungan, (9:33) seperti ada tertulis: ‘Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu sentuhan dan sebuah batu sandungan, dan siapa yang percaya kepadaNya, tidak akan dipermalukan.’ (10:1) Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan. (10:2) Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar. (10:3) Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah”.
·         Kis 15:1-11 - “(1) Beberapa orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan kepada saudara-saudara di situ: ‘Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan.’ (2) Tetapi Paulus dan Barnabas dengan keras melawan dan membantah pendapat mereka itu. Akhirnya ditetapkan, supaya Paulus dan Barnabas serta beberapa orang lain dari jemaat itu pergi kepada rasul-rasul dan penatua-penatua di Yerusalem untuk membicarakan soal itu. (3) Mereka diantarkan oleh jemaat sampai ke luar kota, lalu mereka berjalan melalui Fenisia dan Samaria, dan di tempat-tempat itu mereka menceriterakan tentang pertobatan orang-orang yang tidak mengenal Allah. Hal itu sangat menggembirakan hati saudara-saudara di situ. (4) Setibanya di Yerusalem mereka disambut oleh jemaat dan oleh rasul-rasul dan penatua-penatua, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan mereka. (5) Tetapi beberapa orang dari golongan Farisi, yang telah menjadi percaya, datang dan berkata: ‘Orang-orang bukan Yahudi harus disunat dan diwajibkan untuk menuruti hukum Musa.’ (6) Maka bersidanglah rasul-rasul dan penatua-penatua untuk membicarakan soal itu. (7) Sesudah beberapa waktu lamanya berlangsung pertukaran pikiran mengenai soal itu, berdirilah Petrus dan berkata kepada mereka: ‘Hai saudara-saudara, kamu tahu, bahwa telah sejak semula Allah memilih aku dari antara kamu, supaya dengan perantaraan mulutku bangsa-bangsa lain mendengar berita Injil dan menjadi percaya. (8) Dan Allah, yang mengenal hati manusia, telah menyatakan kehendakNya untuk menerima mereka, sebab Ia mengaruniakan Roh Kudus juga kepada mereka sama seperti kepada kita, (9) dan Ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka, sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh iman. (10) Kalau demikian, mengapa kamu mau mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu kuk, yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri? (11) Sebaliknya, kita percaya, bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga.’”.
Bdk. ay 11b dengan Ro 11:5-6 - “(5) Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia. (6) Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia.
Jelas terlihat bahwa Sidang Gereja Yerusalem membenarkan Paulus dan Barnabas yang mengajarkan keselamatan hanya oleh iman saja, dan menyalahkan orang-orang kristen Yahudi, yang menekankan bahwa untuk selamat, mereka juga harus mentaati hukum Taurat (ay 1).
·         Luk 23:42-43 - “(42) Lalu ia berkata: ‘Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.’ (43) Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’”.
Penjahat yang boleh dikatakan tak punya perbuatan baik sama sekali ini, dan bahkan tak pernah ke gereja, belum dibaptis, dsb, ternyata dijamin keselamatannya oleh Yesus, hanya karena ia percaya kepada Yesus.

c)   Penjelasan tentang ayat-ayat yang seolah-olah menunjukkan bahwa kita diselamatkan oleh / karena perbuatan baik.

Yeh 18:24 - “Jikalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan kecurangan seperti segala kekejian yang dilakukan oleh orang fasik - apakah ia akan hidup? Segala kebenaran yang dilakukannya tidak akan diingat-ingat lagi. Ia harus mati karena ia berobah setia dan karena dosa yang dilakukannya”. Bdk. Yeh 3:20a  Yeh 18:26  Yeh 33:13  Yeh 33:18.

Mat 7:21 - “Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga.

Mat 25:31-46 - “(31) ‘Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaanNya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaanNya. (32) Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapanNya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, (33) dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kananNya dan kambing-kambing di sebelah kiriNya. (34) Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kananNya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh BapaKu, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. (35) Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; (36) ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. (37) Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? (38) Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? (39) Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? (40) Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. (41) Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiriNya: Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. (42) Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; (43) ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. (44) Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? (45) Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. (46) Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.’”.
Kelihatannya domba-domba itu masuk surga karena berbuat baik, sedangkan kambing-kambing masuk neraka karena melakukan dosa pasif.

Yoh 5:28-29 - “(28) Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suaraNya, (29) dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum”.

Ro 2:4-8 - “(4) Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahanNya, kesabaranNya dan kelapangan hatiNya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan? (5) Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan. (6) Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, (7) yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, (8) tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman.

Dalam menghadapi ayat-ayat seperti ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:

1.   Kita tidak boleh menafsirkan ayat Kitab Suci sehingga bertentangan satu dengan yang lainnya. Kita sudah melihat banyak ayat Kitab Suci yang menunjukkan bahwa keselamatan itu hanya karena iman, dan sama sekali bukan karena perbuatan baik. Jadi ayat-ayat di sini tidak boleh ditafsirkan seakan-akan Kitab Suci mengajarkan doktrin sesat ‘salvation by works’ (= keselamatan karena perbuatan baik).

2.   Di atas kita juga sudah melihat bahwa orang di luar Kristus sama sekali tidak bisa berbuat baik. Jadi, bagaimana mungkin ia bisa selamat dengan berbuat baik? Juga sudah kita lihat bahwa seandainya ia bisa berbuat baik, maka perbuatan baiknya itu tidak bisa menghapuskan dosa-dosanya, sehingga ia tetap tidak mungkin bisa diselanmatkan oleh perbuatan baiknya.

3.   Hanya orang kristen yang sejati yang bisa berbuat baik (Itupun dengan pertolongan Roh Kudus, dan karena Allah menilai dengan murah hati).
Jadi, ayat-ayat di atas, yang menyatakan bahwa orang-orang yang berbuat baik masuk surga, sebetulnya menyatakan bahwa orang yang beriman saja yang masuk surga. Ayat-ayat itu tidak mungkin menggambarkan orang yang tidak beriman, karena orang yang tidak beriman sama sekali tdak bisa berbuat baik.

4.   Alasan mengapa ayat-ayat Kitab Suci tertentu seolah-olah menunjukkan keselamatan karena perbuatan baik.
Orang yang sungguh-sungguh beriman pasti akan berbuat baik. Iman mereka tidak terlihat, tetapi perbuatan baik mereka bisa terlihat. Karena itu, pada ayat-ayat tertentu Kitab Suci menunjukkan bahwa orang-orang yang berbuat baik akan masuk surga.

d)   Penjelasan tentang text sukar Yak 2:14-26.
Karena panjangnya dan sukarnya pembahasan tentang text ini, maka pembahasannya saya letakkan secara terpisah dalam bagian APENDIX di belakang.

Dalam memberitakan Injil, hati-hatilah untuk tidak mengganti doktrin ‘salvation by faith’ (= keselamatan oleh iman) dengan doktrin sesat ‘salvation by works’ (= keselamatan oleh perbuatan baik).
Ini sering terjadi kalau orang yang diinjili itu berkata: lho kok enak dosa dihapus begitu saja? Kalau berdosa lagi bagaimana?, dsb. Sang penginjil, karena takut orang itu lalu berbuat dosa seenaknya sendiri, bisa ‘terpaksa menjawab’ bahwa orang itu harus taat juga, kalau tidak, ia tidak akan masuk surga. Dengan demikian sang penginjil, secara sadar atau tidak, mengajarkan doktrin sesat ‘salvation by works’ (= keselamatan oleh perbuatan baik). Hal seperti ini tidak pernah boleh dilakukan! Siapapun yang melakukannya, ia menjadi nabi palsu / pengajar sesat! Keselamatan memang hanya oleh / karena iman, bukan oleh / karena iman dan perbuatan baik!
Kalau orang itu menanggapi ajaran Injil yang benar dengan cara berbuat dosa seenaknya sendiri, itu adalah tanggung jawabnya sendiri.

4)   Kalau ia mau percaya / menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat, maka kita ajak dia berdoa untuk mengundang Tuhan Yesus / menyatakan iman kepada Yesus.

Sebelum kita melanjutkan dengan langkah berikutnya, kita perlu memeriksa imannya dengan menanyakan tentang keyakinan keselamatannya.

Sesuatu yang sangat perlu ditekankan di sini adalah pertanyaan ini: apakah ia percaya bahwa sekitar 2000 tahun yang lalu Yesus menderita dan mati untuk memikul hukuman dari semua dosa-dosanya, hukuman yang seharusnya untuk dia? Kalau ia percaya hal itu, ia harus yakin masuk surga, karena semua dosa / hutangnya sudah dibayar. Dosa mana lagi yang menyebabkan ia harus masuk neraka? Kalau ia tidak / belum yakin akan keselamatannya, itu menunjukkan bahwa imannya belum beres!

Ayat-ayat yang bisa digunakan:
·         Ro 8:1 - “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.
·         1Yoh 5:11-13 - “(11) Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam AnakNya. (12) Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup. (13) Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal”.

Catatan: tentang ‘keyakinan keselamatan’ akan saya jelaskan secara lebih terperinci di belakang (pada bab tentang ‘IMAN’, No V (Iman dan keyakinan keselamatan).

V) Pertobatan dari dosa / menerima Yesus sebagai Tuhan.


Sejak pemberitaan Injil pada Natal yang pertama Yesus diberitakan sebagai Juruselamat dan sebagai Tuhan. Bdk. Luk 2:11 - “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud”.
Jadi jelas bahwa pemberitaan tentang Yesus sebagai Tuhan adalah sesuatu yang penting. Kalau kita menerima Yesus sebagai Tuhan, itu berarti kita menjadi hambaNya, dan karena itu kita harus mentaati segala perintahNya.
Bdk. Luk 6:46 - “‘Mengapa kamu berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?”.

Ini berarti bahwa orang itu harus bertobat dari segala dosanya, baik dosa aktif (melakukan apa yang dilarang), maupun dosa pasif (tidak melakukan apa yang diperintahkan).

Pertobatan dari dosa merupakan bukti iman yang sejati (Yak 2:17,26). Mengapa demikian? Karena:
1)   Orang yang percaya kepada Yesus, pasti menerima Roh Kudus.
Ef 1:13 - “Di dalam Dia kamu juga - karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu - di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu.
2)   Dan Roh Kudus itu akan mengeluarkan buah Roh, yang menyebabkan hidup orang itu akan dikuduskan / disucikan (Gal 5:22-23).
Karena itu, kalau ada orang yang mengatakan bahwa dirinya adalah orang percaya, tetapi hidupnya tidak berubah ke arah yang positif sama sekali, maka itu menunjukkan bahwa ia tidak mempunyai Roh Kudus. Dan kalau ia tidak mem­punyai Roh Kudus, itu berarti ia belum percaya.

Tetapi ingat satu hal penting ini: Sekalipun iman yang sejati pasti diikuti oleh adanya ketaatan / perbuatan baik / pengudusan, tetapi yang menyebabkan kita diselamatkan adalah imannya, dan sama sekali bukan perbuatan baiknya.

William Hendriksen: “Good works have never saved anybody. Yet without them no one has a right to claim that he is a Christian” (= Perbuatan baik tidak pernah menyelamatkan siapapun. Tetapi tanpa perbuatan baik tidak seorangpun mempunyai hak untuk mengclaim bahwa ia adalah orang Kristen) - ‘Romans’, hal 114.

Illustrasi:
sakit --> obat --> sembuh --> olah raga / bekerja
dosa --> iman --> selamat --> taat / berbuat baik

Apa yang menyebabkan sembuh? Tentu saja obat, bukan olah raga / bekerja. Olah raga / bekerja hanya merupakan bukti bahwa orang itu sudah sembuh. Karena itu, kalau seseorang berkata bahwa ia sudah minum obat dan sudah sembuh, tetapi ia tetap tidak bisa berolah raga / bekerja, maka pasti ada yang salah dengan obatnya.
Demikian juga dengan orang berdosa. Ia selamat karena iman, bukan karena perbuatan baik. Tetapi kalau seseorang berkata bahwa ia sudah beriman dan sudah selamat, tetapi dalam hidupnya sama sekali tidak ada perbuatan baik / ketaatan, maka pasti ada yang salah dengan imannya.

Juga kalau kita melihat pada garis waktu, maka akan terlihat dengan jelas bahwa imanlah, dan bukannya perbuatan baik, yang menyebabkan kita diselamatkan.
                                           






Luk 19:9 - Kata Yesus kepadanya: ‘Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham.”.



-o0o-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar