Minggu, 13 April 2014

IBRANI 6:4-10 (2)

Oleh: Pdt. Budi Asali, M.Div




Ibr 6:4-10 - “(4) Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, (5) dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, (6) namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghinaNya di muka umum. (7) Sebab tanah yang menghisap air hujan yang sering turun ke atasnya, dan yang menghasilkan tumbuh-tumbuhan yang berguna bagi mereka yang mengerjakannya, menerima berkat dari Allah; (8) tetapi jikalau tanah itu menghasilkan semak duri dan rumput duri, tidaklah ia berguna dan sudah dekat pada kutuk, yang berakhir dengan pembakaran. (9) Tetapi, hai saudara-saudaraku yang kekasih, sekalipun kami berkata demikian tentang kamu, kami yakin, bahwa kamu memiliki sesuatu yang lebih baik, yang mengandung keselamatan. (10) Sebab Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan kasihmu yang kamu tunjukkan terhadap namaNya oleh pelayanan kamu kepada orang-orang kudus, yang masih kamu lakukan sampai sekarang”.

III) Macam-macam pandangan tentang orang-orang yang dibicarakan dalam 6:4-6.


1)   Bagian ini tidak mempersoalkan apakah mereka orang-orang kristen asli atau KTP.
Calvin’s Commentary (hal 378, Appendix U) menyinggung tentang pertanyaan apakah yang dibicarakan di sini adalah orang kristen sejati atau orang kristen KTP. Ia berkata: “The question is not suitable, for the Apostle only speaks of those who had enjoyed certain privileges, and as to whether they were real or merely professing Christians, he does not treat of” (= Pertanyaan ini tidak cocok, karena sang Rasul hanya berbicara tentang mereka yang telah menikmati hak-hak tertentu, dan mengenai apakah mereka adalah orang kristen sungguh-sungguh atau hanya mengaku sebagai orang-orang kristen, ia tidak membahasnya).
Catatan: ini bukan pandangan Calvin.

2)   Mereka adalah orang-orang kristen sejati.
R. C. Sproul (‘Chosen by God’, hal 184,185) mengatakan bahwa ia menganggap orang-orang ini betul-betul Kristen. Alasannya karena adanya istilah ‘tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian’ (ay 6).
Ay 6 (KJV): to renew them again unto repentance (= untuk memperbaharui mereka lagi pada pertobatan).
Ini ia anggap menunjukkan bahwa orang-orang itu dulunya sudah pernah betul-betul bertobat.

R. C. Sproul: Many Calvinists thereby find a solution to this passage by relating it to non-believers in the church who repudiate Christ. I am not entirely satisfied by that interpretation. I think this passage may well be describing true Christians. The most important phrase for me is ‘renew again to repentance.’ I know there is a false kind of repentance that the author elsewhere calls the repentance of Esau. But here he speaks of renewal. The new repentance, if it is renewed, must be like the old repentance. The renewed repentance of which he speaks is certainly the genuine kind. I assume therefore that the old was likewise genuine (= Banyak Calvinist dengan cara ini menemukan suatu solusi bagi text ini dengan menghubungkannya kepada orang-orang yang tidak percaya di dalam gereja, yang meninggalkan / menyangkal Kristus. Saya tidak sepenuhnya puas dengan penafsiran itu. Saya berpikir text ini bisa dengan baik / benar menggambarkan orang-orang Kristen yang sejati. Ungkapan yang terpenting bagi saya adalah ‘memperbaharui lagi pada pertobatan’. Saya tahu bahwa disana ada suatu jenis pertobatan yang palsu sehingga sang pengarang di tempat lain menyebutnya pertobatan Esau. Tetapi di sini ia berbicara tentang pembaharuan. Pertobatan yang baru, jika itu diperbaharui, harus seperti pertobatan yang lama. Pertobatan yang diperbaharui tentang mana ia berbicara pastilah jenis yang asli. Karena itu, saya menganggap bahwa yang lama juga sama aslinya) - ‘Chosen by God’, hal 184-185.
Catatan: saya kira yang ia maksud dengan pertobatan Esau adalah yang ada dalam Ibr 12:16-17 - “(16) Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan. (17) Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.
KJV: for he found no place of repentance, though he sought it carefully with tears (= karena ia tidak menemukan tempat pertobatan, sekalipun ia mencarinya dengan kesedihan dan dengan air mata).

Tetapi saya berpendapat bahwa kita bisa menafsirkan bahwa pembaharuan yang dulu itu hanya bersifat lahiriah, atau, orang-orang itu disebut sebagai ‘pernah bertobat’ karena dulu mereka mengaku sebagai orang Kristen, atau kelihatannya adalah orang Kristen.

Mereka yang menganggap bahwa orang-orang ini adalah orang-orang kristen yang sejati terbagi dalam dua golongan:

a)   Yang betul-betul menganggap bahwa orang-orang kristen sejati ini bisa murtad, menghujat Kristus dan akhirnya binasa. Ini jelas merupakan pandangan dari orang Arminian.
Adam Clarke, yang memang adalah seorang Arminian, menganggap ini sebagai orang kristen sejati, yang bukan hanya mundur tetapi murtad, dan menghujat Kristus, dan akhirnya binasa secara kekal.
Adam Clarke: “The design of these solemn words is evidently, First, to show the Hebrews that apostasy from the highest degrees of grace was possible; and that those who were highest in the favour of God might sin against him, lose it, and perish everlastingly” (= Tujuan dari kata-kata yang khidmat ini jelas adalah, Pertama, untuk menunjukkan kepada orang-orang Ibrani bahwa kemurtadan dari tingkat tertinggi dari kasih karunia adalah mungkin; dan mereka yang tertinggi dalam kebaikan / kemurahan Allah bisa berdosa terhadap Dia, kehilangan hal itu, dan binasa secara kekal) - hal 724.

Ibr 6:6 (KJV): If they shall fall away (= Jika mereka murtad).
Catatan: kata ‘if’ (= jika) pada awal ay 6 itu ada dalam KJV/RSV/NIV/NKJV, sedangkan NASB/ASV menterjemahkan ‘and then’ (= dan lalu). Kitab Suci Indonesia mentejemahkan ‘namun’.
Adam Clarke mengatakan (hal 725) bahwa kata ‘if’ (= jika) ini sebetulnya tidak ada, dan kata kerjanya ada dalam bentuk aorist (lampau). Kata ‘if’ (= jika) itu ditambahkan supaya ini tidak bertentangan dengan doktrin ‘Perseverance of the Saints’ (= Ketekunan orang-orang kudus). Tetapi saya berpendapat bahwa Adam Clarke dan orang-orang Arminian lainnya yang menekankan tidak adanya kata ‘if’ (= jika) ini terlalu melebih-lebihkan. Saya berpendapat bahwa ada atau tidak adanya kata ‘if’ (= jika) pada awal ay 6 ini tidak terlalu berpengaruh apa-apa terhadap arti dari kalimatnya. Bandingkan dengan kata-kata John Owen dalam ‘The Works of John Owen’, vol 11, hal 639-640, di bawah ini.
John Owen: To this Mr. Goodwin farther adds that weighty observation, that the word ‘if’ is not in the original; and thence takes occasion to fall foul upon the translators as having corrupted the passages, out of favor to the doctrine contended for. I wish they had never worse mistaken, nor showed more partiality in any other place. For, first, will Mr. Goodwin say that a proposition cannot be hypothetical, nor an expression conditional, unless the word ‘if’ be expressed? Were it worth the labor, instances might abundantly be given him in that language whereof we speak to the contrary. He that shall say to him as he is journeying, ‘Going the right hand way, you will meet with thieves,’ may be doubtless said to speak conditionally, no less than he that should expressly tell him, ‘If you go the way on the right hand, you shall meet with thieves.’ Secondly, what clear sense and significancy can be given the words without the supplement of the conditional conjunction, or some other term equipollent thereunto, Mr. Goodwin hath not declared. ‘For it is impossible for those who were once enlightened,’ etc., ‘and they falling away,’ as the words (‘verbum de verbo’) lie in the text, is scarce in English a congruous or significant expression; yea, kai< parapeso>ntav, in the syntax and coherence wherein it lies, is most properly and directly rendered, ‘If they fall away,’ as is also the force of the expression, Hebrews 10:26. Yea, thirdly, the corruption of the translation mentioned by Mr. Goodwin doth not in the least relieve him as to the delivery of the words from a sense hypothetical. ‘When they fall away’ (though his ‘when’ be no more in the text than the translators’ ‘if’), doth either include a supposition that they shall and must fall away certainly, and so requires the event of the thing whereof it is spoken, or it is expressive only of the condition whereon the event is suspended. If it be taken in the first sense, all believers must fall away; if in the latter, none may, notwithstanding any thing in this text (so learnedly restored to its true significancy), the words only pointing at the connection that is between apostasy and punishment. Notwithstanding, then, any thing here offered to the contrary, those who affirm that nothing can certainly be concluded from these places for the apostasy of any, be they who they will that are intended in them, because they are conditional assertions, manifesting only the connection between the sin and punishment expressed, need not be ashamed of nor recoil from their affirmation in the least - ‘The Works of John Owen’, vol 11, hal 639-640.

Ini merupakan pembelaan John Owen terhadap terjemahan yang menggunakan kata ‘if’ (= jika) di awal ay 6, tetapi saya tidak memberi terjemahan dari kata-kata Owen ini karena saya anggap tak terlalu penting. Saya menganggap bahwa sekalipun kata ‘jika’ itu tidak ada, ini tidak bertentangan dengan doktrin ‘Perseverance of the Saints’ (= Ketekunan orang-orang kudus) dari Calvinisme.

Pandangan bahwa orang kristen sejati bisa murtad dan binasa secara kekal ini bertentangan dengan banyak ayat Kitab Suci yang menunjukkan bahwa orang yang bisa murtad hanyalah orang kristen KTP, sedangkan orang kristen sejati pasti akan terus ikut Tuhan, seperti:
1.   Mat 24:24 - Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga”.
Kata-kata ‘sekiranya mungkin’ menunjukkan bahwa hal itu tidak mungkin terjadi!
2.   Yoh 8:31 - “Maka kataNya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: ‘Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu”.
Ini menunjukkan bahwa orang yang tidak tetap dalam firman (murtad), bukanlah benar-benar murid Kristus.
Adam Clarke (tentang Yoh 8:31): “It is not enough to receive God’s truth - we must retain and walk in it. And it is only when we receive the truth, love it, keep it, and walk in it, that we are the genuine disciples of Christ” (= Tidak cukup untuk menerima kebenaran Allah - kita harus mempertahankan dan berjalan di dalamnya. Dan hanya pada waktu kita menerima kebenaran, mengasihinya, memelihara / menyimpannya, dan berjalan di dalamnya, maka kita adalah murid-murid yang asli / sejati dari Kristus).
3.   1Yoh 2:18-19 - “(18) Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir. (19) Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita”.
Adam Clarke (tentang 1Yoh 2:19): “While, therefore, we acknowledge that they once belonged to us, we assert that they are not of us. ... They were not expelled from the Christian church; they were not sent out by us; but they separated from it and us. ... their separating from us manifested that they were not taught, as we were, by the Spirit of God. These false teachers probably drew many sincere souls away with them; and to this it is probable the apostle alludes when he says, they were not ALL of us. Some were; others were not” (= Karena itu, sementara kami mengakui bahwa mereka pernah termasuk pada kita / kami, kami menegaskan bahwa mereka bukanlah dari kami / kita. ... Mereka tidak dikeluarkan dari gereja Kristen; mereka tidak disuruh keluar oleh kami; tetapi mereka memisahkan diri dari gereja dan dari kami / kita. ... pemisahan mereka dari kami / kita menyatakan bahwa mereka tidak diajar, seperti kami, oleh Roh Allah. Guru-guru palsu ini mungkin menarik banyak jiwa-jiwa yang tulus bersama mereka; dan pada hal ini mungkin sang rasul menyatakan secara tak langsung ketika ia mengatakan, tidak SEMUA mereka berasal dari kita / kami. Sebagian ya, yang lain tidak).
4.  2Yoh 9 - “Setiap orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar dari situ, tidak memiliki Allah. Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia memiliki Bapa maupun Anak”.
Catatan: tentang Mat 24:24 Adam Clarke tak memberikan komentar apapun, dan tentang 2Yoh 9 komentarnya ada tetapi tidak penting. Tetapi komentarnya tentang Yoh 8:31 maupun 1Yoh 2:19 jelas menunjukkan bahwa iapun berpandangan bahwa orang yang murtad bukanlah Kristen sejati. Ini bertentangan dengan pandangannya tentang Ibr 6:4-6 maupun Ibr 10:26-29, karena tentang kedua text ini ia beranggapan bahwa itu adalah orang-orang kristen yang sejati yang lalu murtad dan terhilang!

Adanya keempat text di atas menyebabkan kita tidak bisa / tidak boleh menafsirkan bahwa Ibr 6:4-6 berbicara tentang orang-orang kristen yang sejati yang lalu murtad dan akhirnya binasa.

b)   Yang menganggap bahwa orang-orang ini adalah orang-orang kristen yang sejati, tetapi pada saat yang sama menganggap bahwa bagian ini hanya merupakan suatu pengandaian, atau suatu ancaman, yang tidak bisa betul-betul terjadi. Ini adalah pandangan dari sebagian orang Reformed.

Barnes’ Notes: “it seems to me that it refers to true Christians; that the object is to keep them from apostasy; and that it teaches that, if they should apostatize, it would be impossible to renew them again, or to save them. ... It is not an affirmation that any had actually fallen away, or that, in fact, they would do it; but the statement is that on the supposition that they had fallen away, it would be impossible to renew them again” (= bagi saya kelihatannya ini menunjuk kepada orang-orang kristen yang sejati; dan bahwa tujuannya adalah untuk menjaga / mencegah mereka dari kemurtadan; dan bahwa ini mengajar bahwa, jika mereka murtad, adalah tidak mungkin untuk memperbaharui mereka lagi, atau untuk menyelamatkan mereka. ... Ini bukan suatu penegasan bahwa ada siapapun yang betul-betul murtad, atau bahwa mereka akan murtad; tetapi pernyataannya adalah bahwa seandainya mereka murtad, adalah tidak mungkin untuk memperbaharui mereka lagi) - hal 1265,1266.

R. C. Sproul juga termasuk dalam kelompok ini. Ia menganggap orang-orang ini sebagai orang-orang kristen yang sejati, tetapi kemurtadan yang dibicarakan dalam ay 6 itu tidak mungkin betul-betul terjadi.

R. C. Sproul: The key to Hebrews 6 is found in verse 9. ‘But, beloved, we are confident of better things concerning you, yes, things that accompany salvation, though we speak in this manner.’ Here the author himself notes that he is speaking in an unusual manner. His conclusion differs from those who find here a text for falling away. He concludes with a confidence of ‘better things’ from the beloved, ‘things that accompany salvation.’ Obviously falling away does not accompany salvation. The author does not say that any believer actually does fall away. In fact he says the opposite, that he is confident they will not fall away (= Kunci pada Ibr 6 ditemukan dalam ayat 9. ‘Tetapi, saudara-saudara yang kekasih, kami yakin tentang hal-hal yang lebih baik berkenaan dengan kamu, ya, hal-hal yang menyertai keselamatan, sekalipun kami berbicara dengan cara ini’. Di sini sang pengarang sendiri memberi catatan bahwa ia sedang berbicara dengan suatu cara yang tidak biasa. Kesimpulannya berbeda dari mereka yang mendapatkan di sini suatu text untuk murtad. Ia menyimpulkan dengan suatu keyakinan tentang ‘hal-hal yang lebih baik’ dari saudara-saudaranya yang kekasih, ‘hal-hal yang menyertai keselamatan’. Jelas bahwa kemurtadan tidak menyertai keselamatan. Sang pengarang tidak mengatakan bahwa orang percaya manapun betul-betul murtad. Dalam faktanya ia berkata sekaliknya, bahwa ia yakin mereka tidak akan murtad) - ‘Chosen by God’, hal 185-186.
Ibr 6:9 - Tetapi, hai saudara-saudaraku yang kekasih, sekalipun kami berkata demikian tentang kamu, kami yakin, bahwa kamu memiliki sesuatu yang lebih baik, yang mengandung keselamatan.
Catatan: Kata-kata ‘mengandung keselamatan’ salah terjemahan.
KJV/NIV/NASB: accompany salvation’ (= menyertai keselamatan).

3)   Mereka adalah orang-orang Kristen KTP.

David Dickson: “1. The natural man may be convinced that the church is a blessed society, and join himself unto it. 2. Yea, change his outward conversation, and cast off his pollutions which are in the world through lust, and take himself to be ruled outwardly by Christ’s discipline, and cal him Lord, Lord. 3. And be so blameless before men that he may look with his lamp like a wise virgin waiting for the wedding, and yet be a graceless fool inwardly” (= 1. Manusia duniawi bisa diyakinkan bahwa gereja adalah suatu masyarakat yang diberkati, dan menggabungkan dirinya dengannya. 2. Bahkan mengubah kehidupan lahiriahnya, dan membuang kekotorannya yang ada dalam dunia melalui nafsu, dan menyerahkan dirinya untuk diperintah / diatur secara lahiriah oleh disiplin Kristus, dan menyebutNya ‘Tuhan, Tuhan’. 3. Dan begitu tak bercacat di hadapan manusia sehingga ia terlihat dengan lampunya seperti seorang gadis yang bijaksana yang menunggu pernikahan, tetapi tetap merupakan seorang tolol tanpa kasih karunia secara batiniah) - hal 28.

John Owen juga menyimpulkan bahwa orang-orang ini bukanlah orang kristen sejati.
John Owen: “the persons here intended are not true and sincere believers, in the strict and proper sense of that name, at least they are not described here as such; so that from hence nothing can be concluded concerning them that are so, as to the possibility of their total and final apostasy” (= orang-orang yang dimaksudkan di sini bukanlah orang-orang percaya yang sejati dan sungguh-sungguh, dalam arti kata yang ketat dan tepat / benar dari sebutan itu, setidaknya mereka tidak digambarkan di sini seperti itu; sehingga dari sini tak ada apapun yang bisa disimpulkan berkenaan mereka yang adalah orang-orang kristen yang sejati, berkenaan dengan kemungkinan dari kemurtadan total dan akhir mereka) - ‘Hebrews’, vol 5, hal 84.

Owen memberikan beberapa argumentasi yang menunjukkan bahwa orang-orang yang dibicarakan di sini adalah orang-orang kristen KTP:

a)   Dalam 5 hal yang diberikan dalam Ibr 6:4-5 tak pernah dikatakan bahwa mereka itu beriman / percaya kepada Yesus, baik secara explicit maupun dengan istilah-istilah yang artinya sama. Mereka juga tidak digambarkan dengan kata-kata yang biasanya digunakan untuk orang kristen, seperti:
1.   Dipanggil sesuai dengan rencana / maksud Allah.
2.   Dilahir-barukan.
3.   Dibenarkan, dikuduskan.
4.   Dipersatukan dengan Kristus.
5.   Diadopsi menjadi anak Allah.

John Owen: “they are not said to be called according to God’s purpose; to be born again, not of man, nor of the will of flesh, but of God; nor to be justified, or sanctified, or united unto Christ, or to be the sons of God by adoption” (= mereka tak dikatakan dipanggil sesuai dengan rencana Allah; dilahir-barukan bukan dari manusia, bukan dari kehendak daging, tetapi dari Allah; ataupun dibenarkan, atau dikuduskan, atau dipersatukan dengan / kepada Kristus, atau menjadi anak-anak Allah oleh pengadopsian) - ‘Hebrews’, vol 5, hal 84.

b)   Dalam ayat-ayat selanjutnya orang-orang ini digambarkan sebagai tanah yang sekalipun menerima hujan tetapi hanya menghasilkan semak duri dan rumput duri.
Ibr 6:7-8 - “(7) Sebab tanah yang menghisap air hujan yang sering turun ke atasnya, dan yang menghasilkan tumbuh-tumbuhan yang berguna bagi mereka yang mengerjakannya, menerima berkat dari Allah; (8) tetapi jikalau tanah itu menghasilkan semak duri dan rumput duri, tidaklah ia berguna dan sudah dekat pada kutuk, yang berakhir dengan pembakaran.
‘Tanah’ itu bisa diibaratkan sebagai ‘manusia’, ‘air hujan’ diibaratkan sebagai ‘injil’. Jika seseorang bertobat / percaya Yesus dengan sungguh-sungguh, maka ia diibaratkan sebagai ‘tanah yang menghasilkan tumbuh-tumbuhan yang berguna’ (ay 7); sedangkan sebaliknya kalau seseorang tidak bertobat / percaya Yesus dengan sungguh-sungguh, maka ia diibaratkan sebagai ‘tanah yang menghasilkan semak duri dan rumput duri’ (ay 8a). Orang ini dikatakan ‘tidak berguna’ dan ‘sudah dekat pada kutuk, yang berakhir dengan pembakaran’ (ay 8b).

Ibr 6:8 ini mirip dengan tanah bersemak duri dalam perumpamaan Yesus tentang seorang penabur yang menabur di 4 golongan tanah (Mat 13:7,22), dan ini menunjukkan bahwa orang-orang yang dibicarakan dalam Ibr 6:4-6 itu hanyalah orang kristen KTP.

Calvin: “So they who destroy the seed of the Gospel either by their indifference or by corrupt affections, so as to manifest no sign of good progress in their life, clearly shew themselves to be reprobates, from whom no harvest can be expected” (= Demikianlah mereka yang menghancurkan benih Injil, baik oleh sikap acuh tak acuh ataupun oleh perasaan yang jahat, sehingga tidak menunjukkan tanda kemajuan yang baik dalam hidup mereka, jelas menunjukkan diri mereka sendiri sebagai orang-orang yang ditentukan untuk binasa, dari siapa tidak ada panen yang bisa diharapkan) - hal 141.

c)   Dalam ayat-ayat selanjutnya penulis surat Ibrani ini mengkontraskan mereka dengan orang-orang percaya.
Ibr 6:9-10 - “(9) Tetapi, hai saudara-saudaraku yang kekasih, sekalipun kami berkata demikian tentang kamu, kami yakin, bahwa kamu memiliki sesuatu yang lebih baik, yang mengandung keselamatan. (10) Sebab Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan kasihmu yang kamu tunjukkan terhadap namaNya oleh pelayanan kamu kepada orang-orang kudus, yang masih kamu lakukan sampai sekarang”.
Catatan: Kata-kata ‘mengandung keselamatan’ salah terjemahan.
KJV: accompany salvation’ (= menyertai keselamatan).

Bagian ini jelas mengkontraskan orang-orang percaya sejati dalam ayat ini dengan orang-orang kristen KTP dalam Ibr 6:4-6. Kontras ini ditekankan oleh kata ‘Tetapi’ pada awal dari ay 9. Owen membicarakan tentang 3 hal dalam ay 9-10 yang membedakan / mengkontraskan orang-orang dalam ay 9-10 ini dengan orang-orang kristen KTP dalam ay 4-6.

1.   Adanya hal-hal yang menyertai keselamatan (ay 9).
John Owen: Afterwards, when he comes to declare his hope and persuasion concerning these Hebrews, that they were not such as those whom he had before described, nor such as would so fall away unto perdition, he doth it upon three grounds, whereon they were differenced from them: as, - (1.) That they had such things as did ‘accompany salvation;’ that is, such as salvation is inseparable from. None of these things, therefore, had he ascribed unto those whom he describeth in this place; for if he had so done, they would not have been unto him an argument and evidence of a contrary end, that these should not fall away and perish as well as those. Wherefore he ascribes nothing to these here in the text that doth peculiarly ‘accompany salvation,’ verse 9 [= Belakangan, pada waktu ia menyatakan pengharapan dan kepercayaan / keyakinannya berkenaan dengan orang-orang Ibrani ini, bahwa mereka (ay 9-10) bukanlah seperti mereka (ay 4-6) yang telah ia gambarkan sebelumnya, ataupun seperti orang-orang yang murtad kepada kebinasaan, ia melakukan ini pada tiga dasar / alasan, di atas mana mereka (ay 9-10) dibedakan dari mereka (ay 4-6): seperti, - (1) Bahwa mereka (ay 9-10) mempunyai hal-hal yang ‘menyertai keselamatan’; yaitu, hal-hal yang tak terpisahkan dari keselamatan. Karena itu, tak ada dari hal-hal ini yang telah ia anggap merupakan milik dari mereka (ay 4-6) yang ia gambarkan di tempat ini: karena seandainya ia melakukan demikian, mereka (ay 4-6) akan menjadi baginya suatu argumentasi dan bukti dari suatu akhir yang bertentangan, bahwa orang-orang ini (ay 4-6) tidak akan murtad dan binasa sama seperti mereka (ay 9-10). Karena itu ia tidak menganggap apapun dari hal-hal dalam text ini merupakan milik dari orang-orang dalam text ini (ay 4-6), yang secara khusus ‘menyertai keselamatan’, ay 9] - ‘Hebrews’, vol 5, hal 72-73.

2.   Adanya ‘pekerjaan dan kasih’ (ay 10).
John Owen: (2.) He describes them by their ‘duties of obedience’ and fruits of faith. This was their ‘work and labor of love’ towards the name of God, verse 10. And hereby, also, doth he difference them from these in the text, concerning whom he supposeth that they may perish eternally, which these fruits of saving faith and sincere love cannot do” [= (2.) Ia menggambarkan mereka dengan ‘kewajiban-kewajiban ketaatan’ dan buah-buah dari iman mereka. Ini adalah ‘pekerjaan dan jerih payah kasih’ mereka bagi nama Allah, ay 10. Dan dengan ini, juga, ia membedakan mereka (ay 9-10) dari orang-orang dalam text ini (ay 4-6), berkenaan siapa ia menganggap bahwa mereka bisa binasa secara kekal, yang tak bisa dilakukan oleh buah-buah dari iman yang menyelamatkan dan kasih yang sungguh-sungguh] - ‘Hebrews’, vol 5, hal 73.

3.   Adanya pemeliharaan / penjagaan dari Allah yang tidak melupakan mereka (ay 10).
John Owen: (3.) He adds, that in the preservation of those there mentioned the faithfulness of God was concerned: ‘God is not unrighteous to forget.’ For they were such he intended as were interested in the covenant of grace, with respect whereunto alone there is any engagement on the faithfulness or righteousness of God to preserve men from apostasy and ruin; and there is so with an equal respect unto all who are so taken into the covenant. But of these in the text he supposeth no such thing; and thereupon doth not intimate that either the righteousness or faithfulness of God was any way engaged for their preservation, but rather the contrary [= (3.) Ia menambahkan, bahwa dalam pemeliharaan / penjagaan dari mereka yang disebutkan disana, kesetiaan Allah diperhatikan: ‘Allah bukannya tidak benar sehingga melupakan’ (ay 10a). Karena mereka adalah orang-orang yang ia maksudkan sebagai berminat pada perjanjian kasih karunia, dan hanya berkenaan dengan mereka saja ada perjanjian tentang kesetiaan dan kebenaran Allah untuk menjaga / memelihara orang-orang dari kemurtadan dan kehancuran; dan disana juga perjanjian dengan hubungan yang setara bagi semua orang yang dimasukkan ke dalam perjanjian. Tetapi tentang orang-orang dalam text ini (ay 4-6), ia tidak menganggap seperti itu; dan karena itu ia tidak mengisyaratkan bahwa kebenaran atau kesetiaan Allah dengan cara apapun dijanjikan untuk pemeliharaan / penjagaan mereka (ay 4-6), tetapi bahkan sebaliknya] - ‘Hebrews’, vol 5, hal 73.

David Dickson: “in these verses, the 4th, 5th, and 6th, he is speaking of professors in general, conditionally; but verses 9,10,&c. he is speaking to the true believers amongst these Hebrews particularly” (= dalam ayat-ayat ini, ay 4,5,6, ia sedang berbicara tentang orang-orang yang mengaku secara umum, secara bersyarat / tidak mutlak; tetapi ay 9,10,dst. ia berbicara kepada orang-orang percaya yang sejati di antara orang-orang Ibrani ini secara khusus) - hal  27.

Calvin menganggap (hal 141) bahwa kalau tadi penulis surat Ibrani ini berbicara seperti petir yang menyambar, maka sekarang ia mengurangi kekerasan kata-katanya dengan menambahkan bagian ini, supaya mereka tidak menganggap bahwa dalam Ibr 6:4-6 tadi ia berbicara tentang mereka.

d)   Seluruh kontext membedakan orang-orang dalam ay 4-6 dengan orang-orang lain dalam kontext ini.
Ibr 5:11-6:10 - “(5:11) Tentang hal itu banyak yang harus kami katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan, karena kamu telah lamban dalam hal mendengarkan. (5:12) Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. (5:13) Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. (5:14) Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat. (6:1) Sebab itu marilah kita tinggalkan asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus dan beralih kepada perkembangannya yang penuh. Janganlah kita meletakkan lagi dasar pertobatan dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, dan dasar kepercayaan kepada Allah, (6:2) yaitu ajaran tentang pelbagai pembaptisan, penumpangan tangan, kebangkitan orang-orang mati dan hukuman kekal. (6:3) Dan itulah yang akan kita perbuat, jika Allah mengizinkannya. (6:4) Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, (6:5) dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, (6:6) namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghinaNya di muka umum. (6:7) Sebab tanah yang menghisap air hujan yang sering turun ke atasnya, dan yang menghasilkan tumbuh-tumbuhan yang berguna bagi mereka yang mengerjakannya, menerima berkat dari Allah; (6:8) tetapi jikalau tanah itu menghasilkan semak duri dan rumput duri, tidaklah ia berguna dan sudah dekat pada kutuk, yang berakhir dengan pembakaran. (6:9) Tetapi, hai saudara-saudaraku yang kekasih, sekalipun kami berkata demikian tentang kamu, kami yakin, bahwa kamu memiliki sesuatu yang lebih baik, yang mengandung keselamatan. (6:10) Sebab Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan kasihmu yang kamu tunjukkan terhadap namaNya oleh pelayanan kamu kepada orang-orang kudus, yang masih kamu lakukan sampai sekarang.
Catatan: perhatikan kontras antara kata ‘mereka’ dalam Ibr 6:4-6, dengan kata ‘kamu’ atau ‘kita’ dalam Ibr 5:11-6:3 maupun dalam Ibr 6:9-10. Kata-kata ‘saudara-saudaraku yang kekasih’ (ay 9) seharusnya adalah ‘beloved’ (= yang kekasih). Ini juga jelas menunjuk kepada orang kristen yang sejati.
Dalam Ibr 6:7-8 muncul kata-kata ganti orang ‘nya’, ‘mereka’, ‘ia’, tetapi ini adalah persoalan lain, karena ay 7-8 ini merupakan suatu perumpamaan yang diberikan oleh penulis surat Ibrani, sehingga boleh dikatakan terpisah / berbeda dengan seluruh kontext.

Kalau orang-orang dalam Ibr 6:4-6 ini memang adalah orang-orang kristen KTP, maka ada beberapa pertanyaan yang timbul:

1.   Mengapa setelah mereka murtad dikatakan bahwa mereka tidak mungkin diperbaharui?
Calvin: some take ‘impossible’ in the sense of rare or difficult, which is wholly different from its meaning (= beberapa orang menganggap ‘tidak mungkin’ dalam arti ‘jarang’ atau ‘sukar’, yang sama sekali berbeda dengan arti kata itu).
Saya setuju dengan Calvin. Jadi bagian ini tetap mengatakan bahwa orang yang murtad itu tidak mungkin diperbaharui. Mengapa tidak mungkin?
Karena yang dimaksud dengan ‘murtad’ di sini adalah meninggalkan kekristenan secara total, dan kembali kepada Yudaisme (masuk agama lain), dan melakukan penyangkalan / penghinaan terhadap Kristus. Singkatnya mereka melakukan dosa menghujat Roh Kudus.

David Dickson mengatakan (hal 27) bahwa ini tidak membicarakan orang kristen yang tidak mengerti apa-apa yang lalu murtad, tetapi orang kristen yang sudah mengerti (tentang injil) dan merasakan kuasa dari kebenaran, tetapi yang lalu murtad. Juga kemurtadan ini bukan disebabkan karena takut, tetapi suatu tindakan sengaja / sukarela.

David Dickson: “This is that sin against the Holy Ghost which he here speaketh of” (= Ini adalah dosa menghujat Roh Kudus yang di sini ia bicarakan) - hal 27.

Calvin: “For he falls away who forsakes the word of God, who extinguishes its light, who deprives himself of the taste of the heavenly gift, who relinquishes the participation of the Spirit. Now this is wholly to renounce God. We now see whom he excluded from the hope of pardon, even the apostates who alienated themselves from the Gospel of Christ, which they had previously embraced, and from the grace of God; and this happens to no one but to him who sins against the Holy Spirit (= Karena ia dianggap murtad, yaitu ia yang meninggalkan firman Allah, yang memadamkan terangnya, yang menghilangkan dirinya sendiri dari kecapan karunia surgawi, yang melepaskan partisipasi Roh. Jadi ini adalah meninggalkan / menyangkal Allah sepenuhnya. Sekarang kita melihat siapa yang ia keluarkan dari pengharapan tentang pengampunan, yaitu orang-orang yang murtad, yang menjauhkan diri mereka sendiri dari Injil Kristus, yang sebelumnya telah mereka mengerti / terima, dan dari kasih karunia Allah; dan ini tidak terjadi pada siapapun kecuali pada dia yang berdosa terhadap / menentang Roh Kudus) - hal 136.

John Owen: it is a total renunciation of all the constituent principles and doctrines of Christianity. Such was the sin of them who forsook the gospel and returned to Judaism; this was accompanied by the open and public renunciation of the gospel. This is the ‘falling away,’ - a voluntary resolved relinquishment of and apostacy from the gospel, the faith, rule, and obedience thereof, which cannot be done without casting the highest reproach and contumely upon the Person of Christ Himself (= ini merupakan suatu tindakan meninggalkan secara total terhadap semua prinsip-prinsip dan doktrin-doktrin pokok dari kekristenan. Demikianlah dosa dari mereka yang meninggalkan Injil dan kembali kepada Yudaisme; ini disertai dengan penyangkalan secara terbuka dan di depan umum terhadap Injil. Ini adalah ‘murtad’, suatu tindakan melepaskan yang telah diputuskan secara sukarela dan kemurtadan dari Injil, iman, pemerintahan, dan ketaatan terhadapnya, yang tidak bisa dilakukan tanpa membuat / memberikan celaan dan penghinaan tertinggi kepada Pribadi Kristus sendiri) - ‘Hebrews, abridged’, hal 98.

Tentang Ibr 6:6b - “sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghinaNya di muka umum”, Owen berkata bahwa mereka tidak sungguh-sungguh berbuat demikian, dan mereka tidak bisa betul-betul menyalibkan Yesus untuk kedua-kalinya, tetapi mereka melakukannya secara moral, karena dengan kemurtadan mereka dan kembalinya mereka ke Yudaisme, mereka menunjukkan bahwa mereka menyetujui orang-orang Yahudi dalam menyalibkan Yesus sebagai seorang penjahat. Ini merupakan penghinaan terbesar bagi Kristus, dan merupakan dosa yang jauh lebih besar dari pada dosa orang-orang yang betul-betul menyalibkan Yesus.

John Owen: “They do it not really, they cannot do so; but they do it themselves morally. By their apostacy they showed that they approved of the Jews in crucifying Him as a malefactor. ... no man living can attempt a higher dishonour against Jesus Christ than this. The sin of those who forsake Christ and the gospel, after their conviction of its truth and profession of it, is on many accounts far greater than that of those who actually crucified Him” (= Mereka bukan sungguh-sungguh melakukan hal itu, mereka tidak bisa melakukan hal itu; tetapi mereka melakukannya sendiri secara moral. Oleh kemurtadan mereka, mereka menunjukkan bahwa mereka menyetujui / merestui orang-orang Yahudi dalam menyalibkan Dia sebagai seorang penjahat. ... tak ada orang hidup yang bisa mengusahakan suatu penghinaan yang lebih tinggi terhadap Yesus Kristus dari pada ini. Dosa dari mereka yang meninggalkan Kristus dan injil, setelah keyakinan mereka akan kebenarannya dan pengakuan tentangnya, berdasarkan banyak perhitungan, adalah jauh lebih besar dari pada dosa mereka, yang betul-betul menyalibkanNya) - ‘Hebrews, abridged’, hal 98.

Calvin: “But when any one rises up again after falling, we may here conclude that he had not been guilty of defection, however grievously he may have sinned” (= Tetapi pada waktu siapapun bangkit lagi setelah jatuh, kita bisa di sini menyimpulkan bahwa ia tidak bersalah dalam hal meninggalkan / murtad, betapapun menyedihkannya ia telah berdosa) - hal 139.

2.   Mengapa bagian ini diceritakan kepada orang-orang kristen yang sejati, yang toh tidak akan bisa melakukan dosa seperti itu?

Calvin: “If any one asks why the Apostle makes mention here of such apostasy while he is addressing believers, who were far off from a perfidy so heinous; to this I answer, that the danger was pointed out by him in time, that they might be on their guard” (= Jika ada yang bertanya mengapa sang Rasul menyebutkan di sini kemurtadan seperti itu pada waktu ia sedang berbicara kepada orang-orang percaya, yang jauh dari kedurhakaan / pengkhianatan yang begitu mengerikan; saya menjawab, bahwa bahaya itu ditunjukkan olehnya pada waktunya, supaya mereka bisa berjaga-jaga) - hal 136.

R. C. Sproul: But if no one falls away, why even bother to warn people against it? It seems frivolous to exhort people to avoid the impossible. Here is where we must understand the relationship of perseverance to preservation. Perseverance is both a grace and a duty. We are to strive with all our might in our spiritual walk. Humanly speaking, it is possible to fall away. Yet as we strive we are to look to God who is preserving us. It is impossible that he should fail to keep us. Consider again the analogy of the child walking with his father. It is possible that the child will let go. If the father is God, it is not possible that he will let go. Even given the promise of the Father not to let go, it is still the duty of the child to hold on tightly. Thus the author of Hebrews warns believers against falling away. ... Finally, with respect to perseverance and preservation, we must look to the promise of God in the Old Testament. Through the prophet Jeremiah, God promises to make a new covenant with his people, a covenant that is everlasting. He says: ‘And I will make an everlasting covenant with them, that I will not turn away from doing them good; but I will put My fear in their hearts so that they will not depart from Me.’ (Jeremiah 32:40). [= Tetapi jika tak seorangpun murtad, mengapa bersusah-susah untuk memperingati orang-orang terhadapnya? Kelihatannya tolol untuk memperingati orang-orang untuk menghindari sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Di sinilah kita harus mengerti hubungan dari ketekunan (perseverance) dengan pemeliharaan / penjagaan (preservation). Ketekunan (perseverance) adalah suatu kasih karunia dan suatu kewajiban. Kita harus berjuang dengan seluruh kekuatan kita dalam perjalanan rohani kita. Berbicara secara manusia, adalah mungkin untuk murtad. Tetapi pada waktu kita berjuang kita harus memandang kepada Allah yang memelihara / menjaga (preserving) kita. Adalah tidak mungkin bahwa Ia gagal untuk menjaga kita. Pertimbangkan lagi analogi dari anak yang berjalan dengan ayahnya. Adalah mungkin bahwa anak itu akan melepaskan. Jika ayah itu adalah Allah, adalah tidak mungkin bahwa Ia akan melepaskan. Sekalipun diberi janji dari Bapa untuk tidak dilepaskan, tetap merupakan kewajiban dari anak untuk berpegang dengan kuat. Karena itu pengarang dari surat Ibrani memperingati orang-orang percaya terhadap kemurtadan. ... Akhirnya berkenaan dengan ketekunan (perseverance) dan pemeliharaan / penjagaan (preservation), kita harus melihat pada janji Allah dalam Perjanjian Lama. Melalui nabi Yeremia, Allah berjanji untuk membuat suatu perjanjian baru dengan umatNya, suatu perjanjian yang kekal. Ia berkata: ‘Dan Aku akan membuat suatu perjanjian kekal dengan mereka, bahwa Aku tidak akan berbalik dari melakukan yang baik bagi mereka; tetapi Aku akan menaruh rasa takutKu dalam hati mereka sehingga mereka tidak akan meninggalkan Aku’ (Yer 32:40)] - ‘Chosen by God’, hal 186-187.
Yer 32:40 - “Aku akan mengikat perjanjian kekal dengan mereka, bahwa Aku tidak akan membelakangi mereka, melainkan akan berbuat baik kepada mereka; Aku akan menaruh takut kepadaKu ke dalam hati mereka, supaya mereka jangan menjauh dari padaKu.

Catatan: hebatnya, berkenaan dengan Yer 32:40 ini, Adam Clarke sama sekali tidak memberikan komentar apapun! Orang Arminian sering menutup mata terhadap, atau mengabaikan, ayat-ayat yang jelas-jelas bertentangan dengan pandangannya!

Mungkin ini bisa disamakan dengan Kis 27, yang pada ay 22b,24b,25b,34b menjamin keselamatan seisi kapal, tetapi pada ay 26,31,34a mengancam bahwa mereka tidak akan selamat, kalau tidak melakukan hal-hal tertentu. Ay 26,31,34a itu dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa sekalipun keselamatan mereka dijamin, mereka tetap mempunyai tanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.
Kis 27:20-34 - “(20) Setelah beberapa hari lamanya baik matahari maupun bintang-bintang tidak kelihatan, dan angin badai yang dahsyat terus-menerus mengancam kami, akhirnya putuslah segala harapan kami untuk dapat menyelamatkan diri kami. (21) Dan karena mereka beberapa lamanya tidak makan, berdirilah Paulus di tengah-tengah mereka dan berkata: ‘Saudara-saudara, jika sekiranya nasihatku dituruti, supaya kita jangan berlayar dari Kreta, kita pasti terpelihara dari kesukaran dan kerugian ini! (22) Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati, sebab tidak seorangpun di antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini. (23) Karena tadi malam seorang malaikat dari Allah, yaitu dari Allah yang aku sembah sebagai milikNya, berdiri di sisiku, (24) dan ia berkata: Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya oleh karunia Allah, maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau. (25) Sebab itu tabahkanlah hatimu, saudara-saudara! Karena aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku. (26) Namun kita harus mendamparkan kapal ini di salah satu pulau.’ (27) Malam yang keempat belas sudah tiba dan kami masih tetap terombang-ambing di laut Adria. Tetapi kira-kira tengah malam anak-anak kapal merasa, bahwa mereka telah dekat daratan. (28) Lalu mereka mengulurkan batu duga, dan ternyata air di situ dua puluh depa dalamnya. Setelah maju sedikit mereka menduga lagi dan ternyata lima belas depa. (29) Dan karena takut, bahwa kami akan terkandas di salah satu batu karang, mereka membuang empat sauh di buritan, dan kami sangat berharap mudah-mudahan hari lekas siang. (30) Akan tetapi anak-anak kapal berusaha untuk melarikan diri dari kapal. Mereka menurunkan sekoci, dan berbuat seolah-olah mereka hendak melabuhkan beberapa sauh di haluan. (31) Karena itu Paulus berkata kepada perwira dan prajurit-prajuritnya: ‘Jika mereka tidak tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat.’ (32) Lalu prajurit-prajurit itu memotong tali sekoci dan membiarkannya hanyut. (33) Ketika hari menjelang siang, Paulus mengajak semua orang untuk makan, katanya: ‘Sudah empat belas hari lamanya kamu menanti-nanti saja, menahan lapar dan tidak makan apa-apa. (34) Karena itu aku menasihati kamu, supaya kamu makan dahulu. Hal itu perlu untuk keselamatanmu. Tidak seorangpun di antara kamu akan kehilangan sehelaipun dari rambut kepalanya.’”.
Catatan:
1.  Bagian yang saya beri garis bawah tunggal menunjukkan jaminan keselamatan, sedangkan bagian yang saya beri garis bawah ganda menunjukkan bahwa mereka tetap bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik!
2.   Memang keselamatan yang dibicarakan dalam Kis 27 ini adalah keselamatan jasmani, tetapi dalam hal jaminan keselamatan dan ancamannya, sama / analog dengan keselamatan rohani.

Kesimpulan / penutup.


Untuk saudara-saudara yang adalah orang kristen yang sejati, selalulah waspada terhadap penyesatan dari setan. Khususnya berusahalah untuk selalu bisa menjadi pendengar yang baik, yang dengan berlalunya waktu, maju dalam kemampuan mendengar Firman Tuhan.

Sedangkan untuk saudara-saudara yang belum sungguh-sungguh percaya, ingat bahwa kemurtadan seperti itu bisa menimpa saudara. Hati-hati dengan kemurtadan seperti itu, karena kalau itu terjadi, tidak ada kemungkinan saudara akan diampuni lagi. Dan sekalipun saudara tidak sampai melakukan kemurtadan seperti itu, kalau saudara tetap tinggal sebagai orang kristen KTP, saudara tetap akan mendapatkan hukuman kekal. Karena itu percayalah kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara.


-AMIN-



Tidak ada komentar:

Posting Komentar