V)
Ajaran tentang Khong Hu Cu.
Dari VCD Pdt. Stephen Tong berjudul ‘falsafah Asia’, yaitu VCD no 7 dan no 10:
Ketika Pdt. Stephen Tong ditanya berkenaan dengan
selamat atau tidaknya Khong Hu Cu, Pdt. Stephen Tong mengatakan: “Kalau diselamatkan, bagaimana diselamatkan tanpa
mendengar Injil. Kalau tidak diselamatkan, kasihan ya, orang begini baik.”.
1) Kata-kata
bahwa ‘Khong Hu Cu itu baik’ bertentangan dengan:
a) Doktrin
Total Depravity (= Kebejatan Total)
yang merupakan ajaran Reformed.
Doktrin ini juga sering disebut dengan istilah Total
Inability (= Ketidak-mampuan Total).
Doktrin ini jelas menekankan bahwa manusia di luar
Kristus / yang belum beriman, tidak mungkin bisa berbuat baik sama sekali. Karena
itu, pada waktu Pdt. Stephen Tong mengatakan bahwa Khong Hu Cu, yang
jelas-jelas adalah orang di luar Kristus, adalah orang yang baik, maka Pdt.
Stephen Tong jelas mengajar bertentangan dengan doktrin Reformed ‘Total Depravity’ (= Kebejatan Total)
ini.
Calvin: “For our nature
is not only destitute and empty of good, but so fertile and fruitful of every
evil that it cannot be idle” [= Karena kita
bukan hanya miskin / melarat dan kosong dalam hal baik, tetapi begitu subur dan
banyak berbuah dalam setiap kejahatan sehingga kita tidak bisa malas /
menganggur (dalam
hal berbuat jahat)] - ‘Institutes of
the Christian Religion’, Book II, Chapter I, no 8.
Westminster Confession of Faith (chapter VI, no 4): “From this
original corruption, whereby we are utterly indisposed, disabled, and made
opposite to all good, and wholly inclined to all evil, do proceed all actual
transgressions.” (= Dari kerusakan orisinil ini, dengan
jalan mana kita adalah sama sekali sakit, cacat, dan dibuat bertentangan dengan
semua yang baik / kebaikan, dan sepenuhnya condong kepada semua kejahatan, keluar
semua pelanggaran-pelanggaran yang sungguh-sungguh.).
Bagaimana Pdt. Stephen Tong yang mengaku Reformed bisa
menganggap orang yang tidak percaya seperti Khong Hu Cu sebagai ‘baik’
merupakan sesuatu yang tidak bisa saya mengerti.
b) Banyak
ayat Kitab Suci.
Tetapi karena keterbatasan waktu saya hanya akan
memberi sedikit saja.
1. Ro
3:10-12 - “(10)
seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. (11) Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak
ada seorangpun yang mencari Allah. (12) Semua orang telah menyeleweng, mereka
semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak.”.
2. Ro
6:20 - “Sebab
waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran.”.
Memang, manusia bisa melakukan kebaikan-kebaikan
sosial / lahiriah, misalnya pada waktu melihat orang miskin / menderita lalu
menolongnya, bahkan tanpa pamrih. Tetapi apakah itu bisa disebut sebagai
perbuatan baik di hadapan Allah? Tidak! Mengapa? Karena dalam pandangan
Tuhan, supaya suatu perbuatan bisa disebut baik, maka harus dipenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:
a. Perbuatan
baik itu harus dilakukan karena cinta kepada Allah (Yoh 14:15).
Yoh 14:15 - “Jikalau
kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu.”.
b. Perbuatan
baik itu harus dilakukan untuk kemuliaan Allah (1Kor 10:31).
1Kor 10:31 - “Jika
engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang
lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.”.
Semua ini tidak mungkin bisa dilakukan oleh orang yang
ada di luar Kristus! Bdk. Ro 3:10,11,18 yang menunjukkan bahwa orang
berdosa itu semuanya tidak berakal budi, tidak mencari Allah dan tidak
mempunyai rasa takut kepada Allah.
Kalau syarat-syarat di atas ini tidak dipenuhi, maka
bisalah dikatakan bahwa pada waktu orang itu melakukan ‘perbuatan baik’, ia
melakukannya tanpa mempedulikan Allah! Bisakah ‘perbuatan baik’ seperti
itu disebut baik? Tentu tidak mungkin!
Penerapan:
·
Kalau saudara
percaya bahwa seseorang bisa selamat / masuk surga karena berbuat baik, maka
renungkan bagian ini, dan bertobatlah dari doktrin / kepercayaan sesat itu!
Manusia tidak bisa berbuat baik, dan karena itu membutuhkan Kristus sebagai
Juruselamatnya untuk bisa selamat / masuk surga!
· Masihkah saudara
percaya bahwa semua agama lain (yang mengandalkan perbuatan baik manusia) bisa
memberikan keselamatan?
2) Pdt. Stephen
Tong memang tidak mengatakan bahwa Khong Hu Cu selamat, tetapi Pdt. Stephen
Tong menunjukkan ketidak-pastian, dan bahkan membuka peluang bagi Khong Hu Cu
untuk masuk surga; dan menurut
saya ini sudahlah merupakan ajaran sesat.
Jangan kira suatu ajaran baru sesat kalau ajaran itu mengatakan
bahwa orang yang tidak percaya pasti masuk surga. Menurut saya, ajaran
yang tidak memastikan orang yang tidak percaya masuk neraka, sudah
termasuk ajaran sesat.
Sama saja, dalam persoalan keilahian Kristus. Apakah suatu
ajaran baru dianggap sesat kalau ajaran itu menegaskan bahwa Kristus
bukan Allah? Apakah ajaran itu tidak sesat kalau ‘hanya’ mengatakan bahwa
Kristus belum tentu adalah Allah?
Dalam persoalan Yesus sebagai satu-satunya jalan ke
surga, apakah suatu ajaran baru sesat kalau ajaran itu menegaskan bahwa
orang yang tidak percaya Yesus bisa masuk surga? Apakah ajaran itu tidak sesat
kalau ajaran itu berkata bahwa orang yang tidak percaya Yesus mungkin
selamat / masuk surga?
Dalam persoalan keselamatan Khong Hu Cu, orang Kristen
/ hamba Tuhan yang benar, harus dengan tegas mengatakan kalau Khong Hu Cu tidak
mungkin selamat, berdasarkan ayat-ayat ini: Yoh 14:6 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran
dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui
Aku.”.
Tetapi bukankah Khong Hu Cu hidup sebelum jaman
Kristus? Bukankah ia tak bisa mendengar Injil? Jawaban saya: orang dalam jaman
Perjanjian Lama bisa mendengar Injil.
Injil sudah ada begitu manusia jatuh ke dalam dosa.
Kej 3:15 - “Aku
akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu
dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan
meremukkan tumitnya.’”.
Ayat ini sering disebut dengan istilah PROTO
EVANGELIUM (= Injil yang pertama).
Lalu pada jaman Abraham muncul Injil lagi, yaitu dalam
Kej 12:1-3 - “(1) Berfirmanlah
TUHAN kepada Abram: ‘Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari
rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; (2) Aku akan membuat
engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu
masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. (3) Aku akan memberkati orang-orang
yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan
olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.’”.
Kej 12:3b jelas menunjuk kepada Yesus, dan karena itu
pada waktu Abraham percaya pada janji itu, ia dianggap percaya kepada Yesus,
dan ia dibenarkan.
Kej 15:5-6 - “(5)
Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: ‘Coba lihat ke langit,
hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.’ Maka firmanNya
kepadanya: ‘Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.’ (6) Lalu percayalah
Abram kepada TUHAN, maka TUHAN
memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.”.
Jadi, dalam jaman Perjanjian Lamapun, untuk bisa
selamat, orang harus percaya kepada Yesus, hanya saja kepada Yesus yang akan
datang. Sedangkan dalam jaman Perjanjian Baru, orang selamat dengan percaya
kepada Yesus yang sudah datang.
Memang pada jaman hukum Taurat, tidak banyak orang di
luar Israel
yang mendengar ‘Injil’ / hukum Taurat itu. Hanya orang-orang seperti Rahab,
Rut, Naaman, dsb, yang ada kontak dengan orang-orang Israel tertentu sehingga mengenal
hukum Taurat dan diselamatkan. Lalu bagaimana nasib orang-orang non Israel yang
sama sekali tak pernah mendengar Injil / hukum Taurat? Yang berlaku adalah ayat
di bawah ini:
Ro 2:12a - “Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum
Taurat akan binasa tanpa
hukum Taurat;”.
Khong Hu Cu hidup sekitar 500 tahun sebelum Kristus
(551 - 479 S.M. - Encyclopedia Britannica 2008), dan karena itu termasuk jaman
Perjanjian Lama. Pada jaman itu yang di Israel
mempunyai hukum Taurat, sedangkan yang di luar Israel disebut ‘tanpa hukum Taurat’.
Jadi, Khong Hu Cu jelas termasuk dalam kelompok ‘orang yang berdosa tanpa hukum Taurat’ ini! Dan ayat ini mengatakan SEMUA
orang seperti itu ‘BINASA’! Mau diapakanpun kata ‘binasa’ ini tak memungkinkan untuk menafsirkan bahwa Alkitab
membuka peluang bagi orang seperti itu untuk selamat / masuk surga.
Tetapi apa artinya ‘binasa
tanpa hukum Taurat’? Artinya mereka
tidak akan dihakimi berdasarkan hukum Taurat (karena mereka tak tahu hukum
Taurat). Lalu mereka dihakimi berdasarkan apa? Kelihatannya kontextnya
menunjukkan bahwa mereka akan dihakimi berdasarkan hukum hati nurani.
Ro 2:14-15 - “(14)
Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri
sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak
memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri. (15)
Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di
dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka
saling menuduh atau saling membela.”.
Ro 2:14-15 ini jelas berbicara tentang hati
nurani. Tidak mungkin ada orang bisa hidup
sepenuhnya sesuai dengan hati nuraninya, termasuk Khong Hu Cu. Dan
jangan pernah berpikir bahwa kalau seseorang mentaati 90 % atau bahkan 99,99 %
dorongan / bisikan hati nuraninya, maka ia akan masuk surga. Lalu siapa yang
membayar hutang dosa yang 10 % atau bahkan 0,01 % itu? Ingat bahwa Allah itu
adil, dalam arti Ia pasti akan menghukum setiap dosa, bahkan yang sekecil
apapun.
Sebetulnya hal yang sama berlaku untuk orang yang
mempunyai hukum Taurat. Mereka harus taat secara sempurna (100 %), baru mereka
bisa selamat. Kalau tidak taat 100 %, mereka harus percaya kepada Yesus untuk
bisa selamat. Karena itulah maka kita mempercayai Yesus sebagai satu-satunya
jalan ke surga!
Jadi, hanya kalau seseorang mempunyai Penebus /
Juruselamat, maka ia tidak lagi harus membayar hutang dosanya. Tetapi untuk orang yang tidak mempunyai Penebus /
Juruselamat, dan Khong Hu Cu jelas termasuk di sini, ia harus membayar sendiri
semua hutang dosanya. Jadi, karena semua orang pasti melanggar hukum
hati nurani ini, maka tak ada orang yang bisa lulus dalam penghakiman
berdasarkan hati nurani itu. Karena itu, semua pasti binasa / masuk neraka.
Calvin (tentang Ro 2:12): “In the former part of this section he
assails the Gentiles; though no Moses was given them to publish and to ratify a
law from the Lord, he yet denies this omission to be a reason why they deserved
not the just sentence of death for their sins; as though he had said - that the
knowledge of a written law was not necessary for the just condemnation of a
sinner. See then what kind of advocacy they undertake, who through misplaced mercy, attempt, on the ground of ignorance, to exempt the nations who
have not the light of the gospel from the judgment of God.” (= Dalam bagian
yang terdahulu dari bagian ini ia menyerang orang-orang non Yahudi; sekalipun
tak ada Musa yang diberikan kepada mereka untuk mengumumkan dan mengesahkan
suatu hukum Taurat dari Tuhan, tetapi ia menyangkal penghilangan ini sebagai
suatu alasan mengapa mereka tidak layak mendapatkan hukuman mati untuk
dosa-dosa mereka; seakan-akan ia telah mengatakan - bahwa pengetahuan tentang
suatu hukum Taurat yang tertulis tidaklah perlu untuk penghukuman yang adil
dari seorang berdosa. Maka lihatlah jenis pembelaan
apa mereka usahakan, yang melalui belas kasihan yang salah
letak, berusaha, berdasarkan ketidaktahuan /
kebodohan, untuk mengecualikan bangsa-bangsa yang tidak mempunyai terang
dari injil dari penghakiman Allah.).
Dalam tafsirannya tentang Ro 2:14 Calvin menambahkan
bahwa orang-orang non Yahudi mempunyai hukum yang ditanamkan oleh Allah dalam
diri mereka, sehingga sekalipun mereka tidak mempunyai hukum Taurat (yang
tertulis), mereka bukannya sama sekali tidak mempunyai pengetahuan tentang apa
yang salah dan apa yang benar, atau sama sekali tak bisa membedakan kejahatan
dan kebaikan. Karena itu, ketidak-tahuan tentang hukum Taurat adalah alasan /
dalih yang sia-sia untuk membebaskan mereka dari hukuman Tuhan atas dosa-dosa
mereka.
Calvin (tentang Ro 2:14): “He now states
what proves the former clause; for he did not think it enough to condemn us by
mere assertion, and only to pronounce on us the just judgment of God; but he
proceeds to prove this by reasons, in order to excite us to a greater desire
for Christ, and to a greater love towards him. He indeed shows that ignorance
is in vain pretended as an excuse by the Gentiles, since they prove by their
own deeds that they have some rule of righteousness: for there is no nation so
lost to every thing human, that it does not keep within the limits of some
laws. Since then all nations, of themselves and without a monitor, are disposed
to make laws for themselves, it is beyond all question evident that they have
some notions of justice and rectitude, which the Greeks call preconceptions (PROLEPSEIS),
and which are implanted by nature in the hearts of men. They have then a law,
though they are without law: for though they have not a written law, they are
yet by no means wholly destitute of the knowledge of what is right and just; as
they could not otherwise distinguish between vice and virtue; the first of
which their restrain by punishment, and the latter they commend, and manifest
their approbation of it by honoring it with rewards. He sets nature in
opposition to a written law, meaning that the Gentiles had the natural light of
righteousness, which supplied the place of that law by which the Jews were
instructed, so that they were a law to themselves.”.
Catatan: ini
tidak saya terjemahkan, karena ringkasannya telah saya berikan di atas.
Kalau Firman Tuhan mengatakan demikian, Tuhan tidak bisa melakukan hal
yang lain. Ia harus bertindak / menghakimi sesuai dengan firman Tuhan. Ia tidak
mungkin melanggar firmanNya sendiri.
3) Pdt. Stephen
Tong berkata ‘keselamatan
Khong Hu Cu terserah Tuhan’.
Apakah kalau Alkitab / Firman Tuhan sudah mengatakan
secara jelas dalam hal itu, hal itu masih terserah Tuhan? Ini omong kosong.
Tuhan tidak bisa melakukan sesuatu yang bertentangan dengan Alkitab / firmanNya
sendiri. Dan Ro 2:12 sudah saya jelaskan di atas.
4) Dan lebih
dari itu, Pdt. Stephen Tong mengatakan bahwa kalau ia masuk surga, ia berharap
bertemu dengan Khong Hu Cu!
Mengharapkan untuk bertemu dengan Khong Hu Cu di surga, atau
mengharapkan supaya Khong Hu Cu diterima oleh Tuhan, kelihatannya merupakan
suatu sikap saleh yang penuh dengan kasih, tetapi sebetulnya sama dengan
mengatakan ‘saya berharap Firman Tuhan salah’,
dan ini jelas bukan kesalehan!
5) Pdt. Stephen
Tong juga berkata: “Saya berharap
orang seperti begini diterima oleh Tuhan”.
Kata-kata ini tidak bisa tidak memaksudkan ‘orang
sebaik ini’. Jadi, ini jelas mengarah pada doktrin sesat ‘salvation by works’ (= keselamatan oleh perbuatan baik).
Pdt. Stephen Tong memang secara sangat jelas
menunjukkan kekaguman yang luar biasa terhadap kesalehan Khong Hu Cu (yang ia
katakan bukan hanya mengajarkan, tetapi sungguh-sungguh melakukan, dan juga ia
katakan sebagai ‘sungguh-sungguh
jujur’, dsb), padahal ia juga
mengatakan bahwa dalam ajaran Khong Hu Cu hanya ada ajaran horizontal
(berhubungan dengan sesama manusia), dan sama sekali tidak ada ajaran vertikal
(berhubungan dengan Allah). Jadi, kalau dihubungkan dengan 10 hukum Tuhan, maka
hukum 5-10 ada dalam ajaran Khong Hu Cu, tetapi hukum 1-4 tidak ada.
6) Ia
menambahkan bahwa Khong Hu Cu masuk surga atau tidak, itu ditetapkan oleh
Tuhan.
Lagi-lagi menurut saya, ini merupakan pernyataan yang
aneh dan salah, dan tak sesuai dengan doktrin Reformed maupun Kitab Suci.
Mengapa?
a) Penetapan
Tuhan (predestinasi) dilakukan sejak dunia belum dijadikan.
Kalau pada saat itu Tuhan memang menetapkan bahwa
Khong Hu Cu masuk surga, Tuhan tidak mungkin tidak menentukan juga cara / jalan
dengan mana Khong Hu Cu bisa mendengar Injil (Firman Tuhan / Perjanjian Lama),
sehingga ia bisa percaya dan diselamatkan, sama seperti Naaman, Rut, Rahab, dsb.
Kalau Tuhan, dalam kenyataannya, tidak pernah memberi kesempatan bagi Khong Hu
Cu untuk mendengar Injil (Firman Tuhan / Perjanjian Lama) maka sudah jelas
bahwa Ia tidak menentukan supaya Khong Hu Cu diselamatkan.
b) Pdt. Stephen Tong tidak mengatakan pernyataan seperti ini
tentang orang-orang lain yang mati tanpa Kristus / tanpa mendengar Injil /
Firman Tuhan. Ia hanya mengatakan ini tentang Khong Hu Cu. Berarti,
secara implicit, ia berpendapat bahwa kesalehan Khong Hu Cu yang menjadi
alasan penentuan / penetapan Tuhan tersebut.
Tetapi kapan Tuhan melakukan penentuan itu? Pada saat
dunia belum dijadikan, bukan? Pada saat itu kesalehan Khong Hu Cu belum ada.
Jadi, bagaimana itu bisa dijadikan dasar untuk menetapkan dia untuk selamat?
Atau, Pdt. Stephen Tong menganggap, seperti pandangan
Arminian, bahwa Tuhan sudah melihat lebih dulu kesalehan Khong Hu Cu, dan
karena itu lalu menetapkannya supaya selamat / masuk surga? Kalau ini, jelas
bertentangan dengan doktrin Reformed yang mempercayai ‘Unconditional Election’ (= Pemilihan yang tidak
bersyarat).
Juga menyalahi text Kitab Suci, dalam Ro 9:10-13 - “(10) Tetapi bukan hanya itu saja. Lebih terang lagi
ialah Ribka yang mengandung dari satu orang, yaitu dari Ishak, bapa leluhur
kita. (11) Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan
yang baik atau yang jahat, - supaya rencana Allah tentang pemilihanNya
diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilanNya -
(12) dikatakan kepada Ribka: ‘Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda,’
(13) seperti ada tertulis: ‘Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.’”.
7) Pdt. Stephen
Tong membuka peluang diberikannya wahyu khusus dan / atau anugerah khusus
kepada Khong Hu Cu untuk menyelamatkan dia.
a) Yang
perlu dipertanyakan adalah: mengapa gerangan Pdt. Stephen Tong membuka peluang
ini bagi Khong Hu Cu, padahal ia tidak mempunyai bukti apapun untuk hal ini? Apakah ia membuka peluang yang sama untuk orang-orang lain?
Kalau untuk Khong Hu Cu ia membuka peluang, tetapi untuk orang-orang lain
tidak, apa alasannya untuk membedakan Khong Hu Cu dari orang-orang lain? Karena
ia baik? Kalau demikian, lagi-lagi ini menjurus pada keselamatan karena
perbuatan baik, dan ini adalah ajaran sesat!
b) Mengenai
anugerah khusus / kasih karunia khusus, ini merupakan sesuatu yang kontradiksi
dengan kata-kata Pdt. Stephen Tong yang mengharapkan orang seperti begini
(yang sesaleh ini) diterima oleh Tuhan.
Mengapa saya katakan bertentangan? Karena ‘keselamatan karena kasih karunia’ memang bertentangan dengan ‘keselamatan karena perbuatan baik’. Kalau kita diselamatkan karena perbuatan baik, itu
jelas bukan karena kasih karunia. Dan sebaliknya, kalau kita diselamatkan
karena kasih karunia, maka jelas perbuatan baik kita sama sekali tidak punya
andil dalam keselamatan itu.
Ro 11:5-6 - “(5) Demikian juga pada waktu ini
ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia. (6) Tetapi jika hal
itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika
tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia.”.
8) Khong Hu Cu
dan Kornelius.
Pdt. Stephen Tong membandingkan Kornelius dengan Khong
Hu Cu. Ia mengutip Kis 10:35 (ia tidak menyebut ayatnya, tetapi yang ia
maksudkan pasti Kis 10:35, tidak ada yang lain), yang ia kutip secara
serampangan, dan mengatakan bahwa ada orang yang menganggap ayat itu merupakan dasar bahwa
orang seperti Khong Hu Cu bisa diselamatkan. Pdt.
Stephen Tong memang tak mempercayai hal itu, tetapi ia tetap menegaskan bahwa ayat itu menunjukkan bahwa sebelum
Kornelius diselamatkan, kebajikannya sudah diterima oleh Tuhan.
Secara implicit, ia memaksudkan bahwa sekalipun Khong Hu Cu tak percaya, bisa
saja kebaikannya / kebajikannya diterima oleh Tuhan.
Jawaban saya:
Kornelius sama sekali tak bisa disamakan dengan Khong
Hu Cu, karena:
a) Kornelius,
sekalipun ia adalah orang non Yahudi (dalam hal ini ia sama dengan Khong Hu
Cu), tetapi pasti sudah mendengar Firman Tuhan, khususnya Perjanjian Lama
(dalam hal ini ia berbeda dengan Khong Hu Cu).
b) Kornelius
pasti adalah orang beriman, biarpun imannya merupakan iman Perjanjian Lama
(percaya kepada Mesias yang akan datang); dan lagi-lagi dalam hal ini ia sangat
berbeda dengan Khong Hu Cu.
Berdasarkan apa saya yakin bahwa ia mempunyai iman
Perjanjian Lama?
1. Ia disebut
sebagai ‘orang yang benar’.
Kis 10:22 - “Jawab
mereka: ‘Kornelius, seorang perwira yang tulus
hati dan takut akan Allah, dan yang terkenal baik di antara seluruh
bangsa Yahudi, telah menerima penyataan Allah dengan perantaraan seorang
malaikat kudus, supaya ia mengundang engkau ke rumahnya dan mendengar apa yang
akan kaukatakan.’”.
Dalam ay 22 Kitab Suci Indonesia menyebutkan Kornelius
sebagai seorang perwira yang ‘tulus hati’. Ini terjemahan yang salah.
KJV: ‘a just man’ (=
seorang yang adil / benar).
RSV: ‘an upright ... man’
(= seorang ... yang lurus / jujur).
NIV/NASB: ‘a righteous ...
man’ (= seorang ... yang benar).
Kata Yunani yang dipakai adalah DIKAIOS, dan menurut
saya terjemahan ‘orang benar’ adalah yang terbaik.
Bdk. Ro 3:10 - “seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang
benar, seorangpun tidak.”.
Ia hanya bisa dikatakan sebagai ‘orang benar’
kalau ia mempunyai iman (bdk. Ro 5:1), dan ia tidak mungkin bisa mempunyai iman
Perjanjian Baru, karena ia belum pernah mendengar Injil Perjanjian Baru
sepenuhnya.
2. Juga
kalau dilihat dari Kis 10:4,31,35 jelas bahwa Kornelius berkenan di
hadapan Allah.
Kis 10:4,31,35 - “(4) Ia menatap
malaikat itu dan dengan takut ia berkata: ‘Ada apa, Tuhan?’ Jawab malaikat itu: ‘Semua doamu dan sedekahmu telah naik ke hadirat Allah dan
Allah mengingat engkau. ... (31) dan ia berkata: Kornelius, doamu telah didengarkan Allah dan sedekahmu telah diingatkan
di hadapanNya. ... (35) Setiap orang dari bangsa manapun yang takut
akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepadaNya.”.
Bdk. Ibr 11:6 - “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah.
Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan
bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.”.
Calvin (tentang Ibr
11:6): “The reason he
assigns why no one can please God without faith, is this, - because no one will
ever come to God, except he believes that God is, and is also convinced that he
is a remunerator to all who seek him. If access then to God is not opened,
but by faith, it follows, that all who are without it, are the objects
of God’s displeasure” (= Alasan yang ia berikan mengapa tak seorangpun
bisa memperkenan Allah tanpa iman, adalah ini, - karena tak seorangpun akan
pernah datang kepada Allah, kecuali ia percaya bahwa Allah ada, dan juga
diyakinkan bahwa Ia adalah seorang yang memberi pahala kepada semua orang yang
mencariNya. Jika jalan masuk kepada Allah tidak terbuka kecuali oleh iman,
maka akibatnya adalah bahwa semua orang yang tanpa iman merupakan obyek dari
ketidak-senangan Allah).
Lenski: “what makes any
man well-pleasing to God is faith; without it there is no possibility of
pleasing God”
(= apa yang membuat manusia manapun berkenan kepada Allah adalah iman; tanpa
itu tidak ada kemungkinan untuk memperkenan Allah) - hal 386.
Catatan: Lenski adalah orang Arminian!
John Owen: “faith is the
only way and means whereby any one may please God” (= iman adalah satu-satunya jalan dan cara dengan
mana seseorang bisa memperkenan Allah)
- ‘Hebrews’, vol 7, hal 37.
Supaya saudara tidak
menganggap bahwa yang dimaksud dengan ‘iman’ dalam Ibr 11:6 ini sekedar ‘suatu
kepercayaan bahwa Allah itu ada’, tetapi juga berhubungan dengan keselamatan,
perhatikan komentar-komentar di bawah ini!
Ibr 11:6 - “Tetapi tanpa
iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling
kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah
kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.”.
Calvin (tentang Ibr
11:6): “The second
clause is that we ought to be fully persuaded that God is not sought in vain;
and this persuasion includes the hope of salvation and eternal life, for no one
will be in a suitable state of heart to seek God except a sense of the divine
goodness be deeply felt, so as to look for salvation from him. We indeed flee
from God, or wholly disregard him, when there is no hope of salvation” (= Anak kalimat
yang kedua adalah bahwa kita harus diyakinkan sepenuhnya bahwa Allah tidak
dicari dengan sia-sia; dan keyakinan
ini mencakup pengharapan keselamatan dan hidup kekal, karena tak
seorangpun akan berada dalam keadaan hati yang cocok untuk mencari Allah
kecuali suatu perasaan tentang kebaikan ilahi dirasakan secara mendalam,
sehingga orang itu mencari
keselamatan dari Dia. Kita akan lari dari Allah, atau sepenuhnya
mengabaikanNya, pada saat tidak ada pengharapan keselamatan).
Calvin (tentang Ibr
11:6): “But many
shamefully pervert this clause; for they hence elicit the merits of works, and
the conceit about deserving. And they reason thus: ‘We please God by faith,
because we believe him to be a rewarder; then faith has respect to the merits
of works.’ This error cannot be better exposed, than by considering how God is
to be sought; while any one is wandering from the right way of seeking him,
he cannot be said to be engaged in the work. Now Scripture assigns this as
the right way, - that a man, prostrate in himself, and smitten with the
conviction that he deserves eternal death, and in self-despair, is to flee to
Christ as the only asylum for salvation. Nowhere certainly can we find that
we are to bring to God any merits of works to put us in a state of favor with
him. Then he who understands that this is the only right way of seeking
God, will be freed from every difficulty on the subject; for reward refers not
to the worthiness or value of works but to faith” (= Tetapi
banyak orang secara memalukan membengkokkan anak kalimat ini; karena mereka
mendapatkan jasa dari pekerjaan / perbuatan baik, dan kesombongan tentang
kelayakan. Dan mereka beralasan sebagai berikut: ‘Kita memperkenan Allah oleh
iman, karena kita mempercayaiNya sebagai seorang pemberi upah / pahala; maka
iman mempunyai rasa hormat pada jasa dari pekerjaan / perbuatan baik’.
Kesalahan ini tidak bisa dinyatakan dengan lebih jelas, dari pada dengan
mempertimbangkan bagaimana Allah harus dicari; sementara
seseorang sedang mengembara / menyimpang dari jalan yang benar untuk mencari
Dia, ia tidak bisa dikatakan terlibat dalam pekerjaan / perbuatan baik.
Kitab Suci memberikan ini sebagai jalan yang benar, - bahwa seseorang, yang
merendahkan dirinya sendiri, dan dipukul oleh suatu keyakinan bahwa ia layak
mendapatkan kematian kekal, dan dalam keputus-asaan tentang diri sendiri, harus
lari kepada Kristus sebagai satu-satunya perlindungan untuk keselamatan. Pasti kita tidak bisa menemukan dimanapun bahwa kita harus
membawa kepada Allah jasa pekerjaan / perbuatan baik apapun untuk meletakkan
kita dalam suatu keadaan disukai / disenangi oleh Dia. Maka ia yang
mengerti bahwa ini adalah satu-satunya jalan yang benar untuk mencari Allah,
akan dibebaskan dari setiap kesukaran tentang pokok ini; karena upah tidak
menunjuk pada kelayakan atau nilai dari pekerjaan / perbuatan baik tetapi pada
iman).
Kata-kata di atas ini pasti
bertentangan frontal dengan kata-kata Pdt. Stephen Tong yang mengatakan bahwa
sebelum Kornelius percaya, ‘kebajikannya sudah diterima oleh Tuhan’!
Calvin (tentang Ibr
11:6): “From these two
clauses, we may learn how, and why it is impossible for man to please God
without faith; God justly regards us all as objects of his displeasure, as
we are all by nature under his curse; and we have no remedy in our own power.
It is hence necessary that God should anticipate us by his grace; and
hence it comes, that we are brought to know that God is, and in such a way that
no corrupt superstition can seduce us, and also that we become assured of a
certain salvation from him” (= Dari dua anak kalimat ini, kita bisa belajar
bagaimana dan mengapa merupakan sesuatu yang mustahil bagi manusia untuk
memperkenan Allah tanpa iman; Allah dengan benar /
adil menganggap kita semua sebagai obyek dari ketidak-senanganNya, karena kita
semua secara alamiah ada di bawah kutukNya; dan kita tidak mempunyai obat dalam
kuasa kita sendiri. Karena itu merupakan
sesuatu yang perlu bahwa Allah mendahului kita dengan kasih karuniaNya;
dan lalu terjadilah, bahwa kita dibawa untuk mengetahui bahwa Allah ada,
dan dengan cara sedemikian rupa sehingga tak ada takhyul jahat apapun bisa
membujuk kita, dan juga sehingga kita yakin tentang suatu keselamatan
tertentu dari Dia).
Karena Kornelius
adalah orang beriman, biarpun dengan iman Perjanjian
Lama, tetapi ini tetap menyebabkan ia sudah bisa membuahkan perbuatan
baik dalam kehidupannya. Tetapi ini sama sekali berbeda dengan Khong Hu Cu,
yang memang sama sekali tidak beriman kepada Kristus, dan karena itu, baik
dirinya maupun kehidupannya, menurut Kitab Suci, tidak mungkin bisa memperkenan
Allah.
Kesimpulan saya tentang ajaran Pdt. Stephen Tong tentang Khong Hu Cu
adalah: membuka peluang untuk keselamatan Khong Hu Cu
adalah sama sekali salah, bahkan sesat.
Ini bukan saja bukan ajaran Reformed, tetapi bukan ajaran Kristen!
Kalau ada yang ingin mempelajari tulisan saya yang lebih
mendetail tentang Pdt. Stephen Tong dan Khong Hu Cu, silahkan
membaca dalam web kami. Ini alamat tentang tulisan ini:
Sekali lagi saya
bertanya: “Apakah Pdt. Stephen Tong adalah
seorang penyesat / nabi palsu?”. Saya
menjawab: “Tidak. Ajarannya dalam hal ini
memang sesat, tetapi Pdt. Stephen Tong bukan seorang penyesat / nabi palsu. Ia
adalah seorang hamba Tuhan sejati yang melakukan blunder. Saya yakin ia percaya kepada Yesus sebagai
satu-satunya jalan ke surga. Itu terlihat dari banyak khotbah-khotbahnya
yang lain. Lalu mengapa ia bisa melakukan blunder seperti ini? MUNGKIN karena
ia terlalu mengagumi / mengidolakan Khong Hu Cu, dan dari sini kita melihat
betapa berbahayanya tindakan mengidolakan seseorang, dan ini juga berlaku untuk
banyak orang yang mengidolakan Pdt. Stephen Tong!”.
VI)
Ajaran bahwa manusia Yesus tidak dicipta.
Saya menerima email dari seseorang, yang berbunyi
sebagai berikut:
Halo pak Budi, maap
mengganggu. Saya mempunyai pertanyaan mengenai Kristologi dan sepertinya berbau
Apollinarisme. Dibawah ini adalah sebuah pertanyaan yang dijawab oleh Pdt.
Stephen Tong. Saya kurang puas dengan jawaban pak Tong karena koq sepertinya
bertentangan ddengan pengakuan iman Nicea dan tidak tegas dalam menjawab.
Apalah pak Budi, bisa memberikan komentarnya? Terima kasih sebelumnya.
Question: Did the dual
nature, divine and human, of Christbegin with the incarnation into His infancy
and does it last forever? (Original: 耶稣的神人二性是从道成肉身包括婴儿期一直到永远吗?)
Answer: Jesus’s
humanity, in terms of His bodily needs and bodily human nature, began with His
incarnation, but would it it possible that Jesus’s humanity already existed
with Him from all eternity?
This is a big
theological question. If humankind was created in God’s image, and if
humankind’s humanity is created from the humanity that is a part within the
deity, then Jesus would have possessed from all eternity the humanity that is
archetypal of humankind, so “humanity” and “human body” are two different
things. Many theologians find their starting point in identifying Jesus’s
humanity with the human body. If that is the case, does a human being’s
humanity exist before he possesses a body? After we die [physically], do we
lose our humanity? We still possess the human nature after we die, right? If
you don’t, then you become a demonic ghost! We are still human after we die,
albeit a human soul that has departed from the body. So, is Jesus Christ’s
humanity necessarily bound to His bodily existence? My answer is, not
absolutely so. Then, I’ll leave you some room to think this through. (Original: 耶稣的人性从他肉身的需要跟肉身的人的本性,是他降生以后有的,但是耶稣的人性和他永恒中间有没有可能就有呢?这是很大的神学问题。假如说人是照着上帝的 形像造的,那假如人的人性是从神性里面的人性的部份造出来的话,那耶稣就有在永恒的人的模范的那个本性,所以「人性」跟「人的身体」是两件事情。很多的神 学家把人的身体就是耶稣人性的基础。那么,人性在人没有身体的时候还存在吗?我们死了以后还有没有人性呢?我们死了以后还有没有人性啊?没有人性了,那你 变成鬼了!我们死了以后还是人,不过是一个灵魂离开身体的人。所以,这样,耶稣基督的人性是不是一定跟他的肉身的存在结合在一起呢?我的答案是,不是绝对 的。那你们再思考,留一点空间给你们。Translation mine).
Terjemahan
saya:
Pertanyaan:
Apakah dua hakekat, ilahi dan manusiawi, dari Kristus mulai dengan inkarnasi ke
dalam ke-bayi-anNya dan apakah itu bertahan selama-lamanya?
Jawab (dari Pdt. Stephen Tong): “Kemanusiaan
Yesus, berkenaan dengan kebutuhan-kebutuhan tubuhNya dan hakekat manusia
jasmaniNya, mulai dengan inkarnasiNya, tetapi apakah
memungkinkan bahwa kemanusiaan Yesus telah ada dengan Dia dari kekekalan?
Ini merupakan suatu pertanyaan theologis yang besar. Jika umat manusia
diciptakan dalam gambar Allah, dan jika kemanusiaan dari umat manusia
diciptakan dari kemanusiaan
yang merupakan suatu bagian di dalam keallahan, maka Yesus sudah
mempunyai dari kekekalan kemanusiaan yang merupakan pola dari umat manusia,
maka ‘kemanusiaan’ dan ‘tubuh manusia’ adalah dua hal yang berbeda. Banyak ahli theologia
mendapatkan titik awal mereka dalam mengidentifikasi kemanusiaan Yesus dengan
tubuh manusia. Jika itu adalah kasusnya, apakah kemanusiaan dari seorang
manusia ada sebelum ia memiliki suatu tubuh? Setelah kita mati (secara
jasmani), apakah kita kehilangan kemanusiaan kita? Kita tetap memiliki hakekat
manusia setelah kita mati, benar? Jika kamu tidak memilikinya, maka kamu
menjadi seorang hantu! Kita tetap adalah manusia setelah kita mati, sekalipun
jiwa manusia telah meninggalkan / berpisah dari tubuh. Jadi, apakah kemanusiaan
Yesus Kristus harus terikat pada keberadaan tubuh / jasmaniNya? Jawaban saya,
tidak secara mutlak demikian. Jadi, saya memberi kamu tempat untuk
memikirkan hal ini dalam-dalam.”.
Tanggapan saya:
Bagian yang saya cetak dengan huruf besar betul-betul tidak
masuk akal! Dari mana Pdt. Stephen Tong bisa beranggapan bahwa ‘kemanusiaan adalah suatu bagian dalam keallahan’? Apa dasarnya? Hanya karena manusia diciptakan
menurut gambar dan rupa Allah, tak berarti bahwa ‘kemanusiaan
adalah suatu bagian dalam keallahan’.
Juga bahwa Pdt. Stephen Tong membedakan antara ‘manusia Yesus’ dengan ‘kemanusiaan
Yesus’, menurut saya merupakan omong
kosong.
Dan Pdt. Stephen Tong menganggap (sekalipun tidak
secara tegas) bahwa kemanusiaan Yesus itu kekal (sudah ada sebelum manusia
Yesus itu ada), berdasarkan suatu argumentasi yang sangat konyol! Pada waktu
seseorang mati, tentu saja ia tetap adalah manusia, karena sekalipun ada
perpisahan antara tubuh dan jiwa / rohnya, tetapi jiwa / rohnya tetap ada
(tidak musnah). Tetapi sebelum orang itu ada dalam kandungan, jiwa /
rohnya tidak / belum ada, dan demikian juga dengan tubuhnya! Jadi seluruh manusia
atau kemanusiaan (saya tak membedakan 2 hal ini) tidak mempunyai existensi /
keberadaan sebelum manusia itu mulai ada dalam kandungan!
Saya pernah membahas hal ini dalam 3 x khotbah, tetapi
terlalu panjang untuk diberikan semua di sini. Di sini saya tidak membahas
dasar yang dipakai oleh orang-orang tertentu untuk mengatakan bahwa manusia
Yesus itu kekal. Saya hanya membahas dasar yang saya gunakan untuk menunjukkan
bahwa manusia Yesus itu tidak kekal, itupun tidak semuanya.
A) Dasar Alkitab
yang menunjukkan bahwa manusia Yesus itu tidak kekal.
1) Yesus
adalah anak / keturunan Adam.
Luk 3:23-38 - “(23)
Ketika Yesus memulai pekerjaanNya, Ia berumur kira-kira tiga puluh tahun
dan menurut anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf, anak Eli, (24) anak Matat,
anak Lewi, anak Malkhi, anak Yanai, anak Yusuf, (25) anak Matica, anak Amos,
anak Nahum, anak Hesli, anak Nagai, (26) anak Maat, anak Matica, anak Simei,
anak Yosekh, anak Yoda, (27) anak Yohanan, anak Resa, anak Zerubabel, anak
Sealtiel, anak Neri, (28) anak Malkhi, anak Adi, anak Kosam, anak Elmadam, anak
Er, (29) anak Yesua, anak Eliezer, anak Yorim, anak Matat, anak Lewi, (30) anak
Simeon, anak Yehuda, anak Yusuf, anak Yonam, anak Elyakim, (31) anak Melea,
anak Mina, anak Matata, anak Natan, anak Daud, (32) anak Isai, anak Obed, anak
Boas, anak Salmon, anak Nahason, (33) anak Aminadab, anak Admin, anak Arni,
anak Hezron, anak Peres, anak Yehuda, (34) anak Yakub, anak Ishak, anak
Abraham, anak Terah, anak Nahor, (35) anak Serug, anak Rehu, anak Peleg, anak
Eber, anak Salmon, (36) anak Kenan, anak Arpakhsad, anak Sem, anak Nuh, anak
Lamekh, (37) anak Metusalah, anak Henokh, anak Yared, anak Mahalaleel, anak
Kenan, (38) anak Enos, anak Set, anak Adam, anak Allah.”.
John Calvin: “Also, the
commonly accepted understanding of ‘Son of Adam’ ought to be beyond
controversy. ... For even though he was not immediately begotten of a mortal
father, his origin derived from Adam.” (=
Juga, pengertian yang diterima pada umumnya tentang ‘Anak Adam’ harus
berada di luar jangkauan kontroversi. ... Karena sekalipun Ia tidak langsung
diperanakkan dari seorang ayah yang fana, asal usulNya
didapatkan dari Adam) - ‘Institutes
of the Christian Religion’, Book II, Chapter 13, no 2.
Adam saja tidak kekal (tetapi mempunyai titik awal),
lalu bagaimana mungkin manusia Yesus itu kekal?
2) Yesus
disebut ‘Adam yang kedua’.
Calvin mengatakan tentang seseorang yang bernama
Osiander, yang menyatakan bahwa Kristus sebagai manusia sudah diketahui lebih
dulu dalam pikiran Allah, dan Ia adalah ‘pattern’
/ ‘pola’ dari pembentukan manusia.
Calvin menjawab bahwa Paulus mengatakan bahwa Kristus
adalah ‘Adam kedua’ (1Kor 15:47).
1Kor 15:47 - “Manusia
pertama (=
Adam) berasal dari debu tanah dan
bersifat jasmani, manusia kedua (= Yesus) berasal dari sorga.”.
Kalau Kristus (sebagai manusia!) sudah ada sebelum
Adam / sebelum penciptaan, maka Ia harus disebut ‘Adam
/ manusia pertama’, dan Adamnya tidak
bisa disebut sebagai ‘Adam / manusia
pertama’.
John Calvin: “For why will Osiander shudder at what Scripture teaches so
clearly, that Christ was made like us in all respects except sin (Hebrews
4:15)? For this reason, Luke also does not hesitate to reckon him as a
descendant of Adam (Luke 3:38). I should also
like to know why Paul calls Christ the ‘Second Adam’ (1 Corinthians 15:47),
unless the human condition was ordained for him in order that he might lift
Adam’s descendants out of ruin. For if Christ
came before creation, then he ought to be called the ‘first Adam.’ Osiander
blithely declares that because Christ as man had been foreknown in the mind of
God, he was the pattern to which men were formed. But Paul, calling Christ the ‘Second Adam,’ sets the Fall, from which
arose the necessity of restoring nature to its former condition, between man’s
first origin and the restoration that we obtain through Christ. It follows,
then, that it was for this same cause that the Son of God was born to become
man.” - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book
II, Chapter 12, no 7.
Catatan: Ini
tidak saya terjemahkan, karena intinya sudah saya berikan di atas.
3) Yesus disebut benih / keturunan dari
Hawa / dilahirkan oleh Hawa / perempuan.
Kej 3:15 - “Aku
akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu
dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan
meremukkan tumitnya.’”.
4) Yesus
dilahirkan oleh Maria, dan dikatakan sebagai ‘buah
rahim’ Maria.
a) Gal 4:4
- “Tetapi setelah genap waktunya, maka
Allah mengutus AnakNya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk
kepada hukum Taurat.”.
KJV: ‘made
of a woman’ (= dibuat dari seorang perempuan).
RSV: ‘born
of woman’ (= dilahirkan dari perempuan).
NIV/NASB: ‘born
of a woman’ (= dilahirkan dari seorang perempuan).
Kedua terjemahan (‘made’
maupun ‘born’) memungkinkan (Bible
Works 7).
b) Luk 1:41-42
- “(41) Dan ketika Elisabet
mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun
penuh dengan Roh Kudus, (42) lalu berseru dengan suara nyaring:
‘Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.”.
Catatan:
perhatikan bahwa Elisabet mengucapkan kata-kata dalam ay 42 itu dalam
keadaan dipenuhi Roh Kudus (ay 41), dan karena itu kata-katanya pasti benar!
John Calvin: “Now, if he
had not truly been begotten of the seed of David, what will be the point of
this expression that he is ‘the fruit of her womb’ (Luke 1:42)?” [= Sekarang,
seandainya Ia tidak sungguh-sungguh dilahirkan / diperanakkan dari benih /
keturunan Daud, apa tujuan dari ungkapan ini bahwa Ia adalah ‘buah rahimnya’
(Luk 1:42)?] - ‘Institutes of
the Christian Religion’, Book II, Chapter 13, no 3.
‘Westminster Confession of
Faith’ pasal 8 ayat 2 berbunyi:
“The Son of God, the second person in the
Trinity, being very and eternal God, of one substance and equal with the
Father, did, when the fulness of time was come, take upon Him man’s nature,
with all the essential properties, and common infirmities thereof, yet without
sin; being conceived by the power of the Holy Ghost, in the womb of the virgin
Mary, of her substance. So that two whole, perfect, and distinct natures,
the Godhead and the manhood, were inseparably joined together in one person,
without conversion, composition, or confusion. Which person is very God, and
very man, yet one Christ, the only Mediator between God and man.” (= Anak Allah, pribadi kedua dalam
Tritunggal, yang adalah Allah yang sungguh-sungguh dan kekal, dari satu zat dan
setara dengan Bapa, pada waktu kegenapan waktunya sudah tiba, memang
mengambil kepada diriNya hakekat manusia, dengan semua sifat-sifat hakiki, dan
kelemahan-kelemahan umum darinya, tetapi tanpa dosa; dikandung oleh kuasa Roh
Kudus, dalam rahim / kandungan dari perawan Maria, dari zatnya / zat Maria.
Maka / jadi, kedua hakekat yang penuh / utuh, sempurna, dan berbeda, keAllahan
dan kemanusiaan, digabungkan bersama-sama secara tak terpisahkan dalam satu
pribadi, tanpa perubahan / penukaran, percampuran, atau kekacauan /
percampuran. Pribadi mana adalah sungguh-sungguh Allah, dan sungguh-sungguh
manusia, tetapi satu Kristus, satu-satunya Pengantara antara Allah dan manusia.).
Bahwa manusia Yesus / hakekat manusia Yesus itu berasal
dari Maria, juga menunjukkan bahwa manusia
Yesus / hakekat manusia Yesus itu adalah makhluk ciptaan, dan jelas tidak
kekal, atau mulai ada dalam waktu.
5) Yoh
1:14 mengatakan bahwa ‘Firman itu telah
menjadi manusia’.
Yoh 1:1,14 - “(1)
Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu
adalah Allah. ... (14) Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di
antara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang
diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan
kebenaran.”.
KJV: ‘And the
Word was made flesh’ (= Dan Firman itu telah dibuat daging).
RSV/NASB: ‘And
the Word became flesh’ (= Dan Firman itu menjadi daging).
NIV: ‘The Word
became flesh’ (= Firman itu menjadi daging).
Calvin: “Christ, when he
became man, did not cease to be what he formerly was, and that no change took
place in that eternal essence of God which was clothed with ‘flesh.’ In short,
the Son of God began to be man in such a manner that he still continues
to be that eternal Speech who had no beginning” (= Kristus,
pada waktu Ia menjadi manusia, tidak berhenti menjadi apa adanya Ia dahulu /
sebelumnya, dan bahwa tidak ada perubahan terjadi dalam hakekat Allah itu, yang
dipakaiani dengan ‘daging’. Singkatnya, Anak Allah mulai menjadi manusia
dengan cara sedemikian rupa sehingga Ia tetap adalah Ucapan / Firman yang
kekal, yang tidak mempunyai permulaan)
- hal 46.
Seandainya manusia Yesus itu kekal, Calvin
tidak mungkin mengatakan ‘began to be man’ / ‘mulai menjadi manusia’, dan juga kata ‘menjadi’ dalam Yoh 1:14 tidak bisa ada. Dan
perlu diperhatikan bahwa kata ‘menjadi’ itu dalam bahasa Yunani ada dalam aorist tense (= past tense), yang menunjuk pada tindakan sesaat di masa lampau.
Penggunaan ini mustahil kalau manusia Yesus itu kekal. Bandingkan dengan
penyataan bahwa Yesus itu adalah Allah dalam Yoh 1:1 dimana digunakan imperfect tense.
Gresham Machen: “the imperfect refers to continuous
action in past time, while the aorist is the simple past tense. ... in present
time this distinction between the simple assertion of the act and the assertion
of continued (or repeated) action is not made in Greek (LUO, therefore, means
either ‘I loose’ or ‘I am loosing’. But in past time the distinction is very
carefully made; the Greek language shows no tendency whatever to confuse the
aorist with the imperfect” [= imperfect tense menunjuk
pada tindakan terus menerus di masa lampau, sedangkan aorist tense adalah
simple past tense / past tense biasa. ... dalam waktu present
pembedaan antara pernyataan biasa dari tindakan ini dan pernyataan dari
tindakan yang terus menerus (atau diulangi) tidak dibuat dalam bahasa Yunani
(karena itu, LUO, berarti atau ‘saya kehilangan’ atau ‘saya sedang kehilangan’.
Tetapi pada masa lampau / past,
pembedaan itu dibuat dengan hati-hati / seksama; bahasa Yunani tidak
menunjukkan kecenderungan apapun untuk mencampur-adukkan aorist tense dengan
imperfect tense] - ‘New Testament Greek For Beginners’, hal 81-82.
Barnes’ Notes (tentang Yoh
1:1): “‘In the
beginning.’ ... The meaning is: that the ‘Word’ had an existence before the
world was created. This is not spoken of the MAN Jesus, but of that which
‘became’ a man, or was incarnate, John 1:14.” [= ‘Pada mulanya’. ... Artinya adalah: bahwa
‘Firman’ mempunyai suatu keberadaan sebelum dunia / alam semesta diciptakan. Ini tidak dibicarakan tentang manusia Yesus, tetapi tentang itu yang ‘menjadi’
seorang manusia, atau berinkarnasi, Yoh 1:14.].
Adam Clarke (tentang Yoh
1:14): “‘The only begotten of the
Father.’ That is, the only person born of a woman, whose human nature never
came by the ordinary way of generation; it being a
mere creation in the womb of the virgin, by the energy of the Holy
Spirit.” (= ‘Satu-satunya
yang diperanakkan dari Bapa’. Artinya, satu-satunya pribadi yang dilahirkan
dari seorang perempuan, yang hakekat manusiaNya tidak pernah datang dari cara
kelahiran biasa; itu adalah suatu ciptaan belaka /
hanya suatu ciptaan, dalam kandungan dari sang perawan, oleh
kekuatan dari Roh Kudus.).
Catatan: jadi, bukan hanya orang-orang Reformed yang
menganggap manusia Yesus sebagai ciptaan / tidak kekal. Adam Clarke adalah
seorang Arminian, tetapi ia juga mempunyai pandangan itu. Saya menganggap bahwa doktrin bahwa ‘manusia Yesus tidak
kekal’, bukanlah sekedar merupakan pandangan Reformed, tetapi merupakan
pandangan Kristen!
Kekekalan dari Kristus memang ditekankan dalam Yoh 1:1,
tetapi itu menunjuk pada keilahianNya. Sedangkan Yoh 1:14 mengatakan bahwa
Dia ‘telah menjadi’ manusia. Ini tidak bisa tidak, terjadi
bukan dalam kekekalan, tetapi dalam waktu!
B) Beberapa
tambahan penting yang menunjukkan bahwa manusia Yesus tidak kekal, tetapi
diciptakan dalam waktu.
1) Perhatikan
beberapa kutipan pendukung di bawah ini, baik dari penulis Reformed maupun
bukan Reformed, yang menyatakan bahwa manusia Yesus tidak kekal dan merupakan
ciptaan!
John Owen: “The framing, forming, and
miraculous conception of the body of Christ in the womb of the blessed Virgin
was the peculiar and especial work of the Holy Ghost. ... The act of the
Holy Ghost in this matter was a creating act; not, indeed, like the first
creating act, which produced the matter and substance of all things out of
nothing, causing that to be which was not before, neither in matter, nor form,
nor passive disposition; but like those subsequent acts of creation, whereby,
out of matter before made and prepared, things were made that which before they
were not, and which of themselves they had no active disposition unto nor
concurrence in. So man was created or formed of the dust of the earth, and
woman of a rib taken from man. There was a previous matter unto their creation,
but such as gave no assistance nor had any active disposition to the production
of that particular kind of creature whereinto they were formed by the creating
power of God. Such was this act of the Holy Ghost in forming the body of our
Lord Jesus Christ; for although it was effected by an act of infinite
creating power, yet it was formed or made of the substance of the blessed
Virgin” [=
Penyusunan, pembentukan, dan pembuahan yang bersifat mujijat dari tubuh Kristus
di dalam kandungan Perawan yang diberkati merupakan pekerjaan yang khas dan
khusus dari Roh Kudus. ... Tindakan
Roh Kudus dalam persoalan ini merupakan tindakan penciptaan; memang tidak seperti tindakan
penciptaan pertama, yang menghasilkan bahan dan zat dari segala sesuatu dari
tidak ada, menyebabkannya ada padahal tadinya tidak ada, baik dalam bahannya,
bentuknya, maupun penyusunan / kecondongan pasif (?); tetapi seperti
tindakan-tindakan penciptaan yang berikutnya, dengan mana, dari bahan yang
sudah dibuat dan dipersiapkan sebelumnya, benda-benda / hal-hal yang sebelumnya
tidak ada dibuat / dicipta, dan yang dari dirinya sendiri mereka tidak
mempunyai kecondongan aktif kepada hal itu maupun persetujuan. Demikianlah
manusia / orang laki-laki diciptakan atau dibentuk dari debu tanah, dan
perempuan dari tulang rusuk laki-laki. Disana sudah ada bahan untuk penciptaan
mereka, tetapi sedemikian rupa sehingga tidak memberikan bantuan atau mempunyai
kecondongan aktif pada produksi dari jenis ciptaan tertentu ke dalam mana
mereka dibentuk oleh kuasa penciptaan Allah. Demikian jugalah tindakan Roh Kudus dalam membentuk tubuh dari Tuhan
Yesus Kristus; karena sekalipun itu dihasilkan oleh tindakan dari kuasa
penciptaan yang tak terbatas, tetapi itu dibentuk atau dibuat dari zat dari
sang Perawan yang diberkati] - ‘The
Works of John Owen’, vol 3, ‘The Holy
Spirit’, hal 162,163-164.
John Owen: “the creating act of
the Holy Ghost, in forming the body of our Lord Jesus Christ in the womb, ...
the conception of Christ in the womb, being the effect of a creating act,
was not accomplished successively and in process of time, but was perfected in
an instant;” (= tindakan penciptaan dari Roh Kudus, dalam membentuk tubuh dari Tuhan kita
Yesus Kristus dalam kandungan, ... pembuahan Kristus dalam kandungan, yang merupakan hasil dari
tindakan penciptaan,
tidak dicapai secara berturutan dan dalam proses waktu, tetapi disempurnakan
dalam sesaat;) - ‘The Works of John Owen’, vol 3, ‘The Holy Spirit’, hal 165.
Herman Bavinck:
·
“Even though Christ has assumed a
human nature which is finite and limited and which began in time, as
person, as Self, Christ does not in Scripture stand on the side of the creature
but on the side of God” (=
Sekalipun Kristus telah mengambil suatu hakekat manusia yang terbatas dan
yang dimulai
dalam waktu,
tetapi sebagai Pribadi, sebagai Diri / Ego, dalam Kitab Suci Kristus tidak
berdiri di pihak makhluk ciptaan tetapi di pihak Allah) - ‘Our
Reasonable Faith’, hal 317.
·
“The relationship is that of Creator and
creature, and the creature from the nature of his being can never become
Creator, nor have the significance and worth for us human beings of the
Creator” (=
Hubungan itu adalah hubungan Pencipta dan makhluk ciptaan,
dan makhluk ciptaan sesuai dengan hakekat / keadaan alamiah keberadaanNya tidak
pernah bisa menjadi Pencipta, atau mempunyai arti dan nilai dari sang Pencipta
bagi kita manusia) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 323.
·
“That human nature did not exist
beforehand. ... But in the incarnation, also, Scripture holds to the
goodness of creation and to the Divine origin of matter” (= Hakekat manusia itu tidak ada sebelumnya. ... Tetapi juga dalam inkarnasi, Kitab
Suci berpegang pada kebaikan
penciptaan dan
pada asal usul Ilahi dari zat / bahan) - ‘Our Reasonable Faith’,
hal 325.
·
“Just as the human nature of Christ
did not exist before the conception in Mary, so it did not exist for
sometime before, nor some time after, in a state of separation from Christ” (= Sebagaimana hakekat manusia Kristus itu
tidak ada sebelum pembuahan di dalam Maria, begitu juga hakekat manusia itu tidak ada sebelumnya, ataupun
setelahnya, dalam keadaan terpisah dari Kristus) - ‘Our
Reasonable Faith’, hal 326.
·
“In short, to one and the same subject,
one and the same person, Divine and human attributes and works, eternity and time,
omnipresence and limitation, creative omnipotence and creaturely weakness
are ascribed” (=
Singkatnya, subyek yang satu dan yang sama, pribadi yang satu dan yang sama,
dianggap mempunyai sifat-sifat dasar dan pekerjaan-pekerjaan Ilahi dan manusia,
kekekalan dan waktu / terbatas waktu, kemaha-adaan dan keterbatasan,
kemaha-kuasaan yang bersifat mencipta dan kelemahan makhluk ciptaan) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 326.
Dan dalam tafsirannya tentang Mikha 5:1, Calvin
berkata sebagai berikut:
“the Prophet could not properly nor wisely mention the human
nature of Christ with the divine, with reference to eternity. The Word of God, we know, was eternal; and we know, that
when the fulness of time came, as Paul says, Christ put on our nature, (Gal.
4:4.) Hence the beginning of Christ as to the flesh was not so old, if his
existence be spoken of: to set them together then would have been absurd” [= sang
Nabi tidak bisa secara tepat / benar ataupun secara bijaksana menyebutkan
hakekat manusia dari Kristus dengan hakekat ilahiNya, berkenaan dengan
kekekalan. Firman Allah, kita tahu, adalah kekal; dan kita tahu, bahwa pada
saat kegenapan waktunya datang, seperti Paulus katakan, Kristus memakai /
mengenakan hakekat kita, (Gal 4:4). Karena itu permulaan
dari Kristus berkenaan dengan daging tidaklah begitu tua,
jika keberadaanNya dibicarakan: maka, membuat
mereka bersama-sama akan merupakan sesuatu yang menggelikan].
Gal 4:4 - “Tetapi setelah
genap waktunya, maka Allah mengutus AnakNya, yang lahir dari seorang
perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.”.
Herschel H. Hobbs mengutip Robert G. Lee: “As in eternity he leaned upon the bosom of his
Father without a mother, so in time he leaned upon the bosom of his mother
without a father” (= Sebagaimana dalam kekekalan Ia bersandar pada dada BapaNya
tanpa seorang ibu, demikian juga dalam waktu
Ia bersandar pada dada ibuNya tanpa seorang bapa) - hal 21.
Philip Schaff: “The Son, as man,
is produced; as God, he is unproduced or uncreated; he is begotten from
eternity of the unbegotten Father. To this Athanasius refers the passage
concerning the Only-begotten who is in the bosom of the Father” [= Anak, sebagai
manusia, dihasilkan / diciptakan; sebagai Allah, Ia tidak
dihasilkan atau tidak diciptakan; Ia diperanakkan dari kekekalan dari Bapa yang
tidak diperanakkan. Untuk ini Athanasius menunjuk pada text tentang
Satu-satunya yang diperanakkan, yang ada di dada Bapa (Yoh
1:18)] - ‘History
of the Christian Church’, vol III, hal 658.
Catatan: Schaff adalah seorang ahli sejarah, dan dia jelas bukan
Reformed.
2) Sekarang
perhatikan beberapa Pengakuan-pengakuan Iman kuno tentang hal ini.
a) Pengakuan
Iman Nicea - Konstantinople - Toledo: “I believe in one
God the Father Almighty, maker of heaven and earth, and of all things visible
and invisible; and in one Lord Jesus Christ, the only begotten Son of God,
begotten of his Father before all worlds; God of God, Light of Light, very God
of very God, begotten not made, being of one substance with the Father;
by whom all things were made; Who for us men and for our salvation came down
from heaven, and was incarnate by the Holy Ghost of the Virgin Mary, and was
made man; He was crucified, also for us, under Pontius Pilate. He suffered and
was buried; and the third day he rose again according to the Scriptures; and
ascended into heaven, and sitteth on the right hand of the Father. And he shall
come again with glory to judge both the quick and the dead; whose kingdom shall
have no end. And I believe in the Holy Ghost, the Lord and Giver of life, who
proceedeth from the Father and the Son, who, with the Father and the Son
together is worshipped and glorified, who spake by the prophets. And I believe
one Catholic and Apostolic
Church, I acknowledge one
baptism for the remission of sins; and I look for the resurrection of the dead,
and the life of the world to come. Amen.” (= Aku percaya kepada satu Allah Bapa Yang Mahakuasa,
pencipta langit dan bumi, dan segala yang kelihatan dan yang tidak kelihatan.
Dan kepada satu Tuhan Yesus Kristus, satu-satunya Anak Allah yang diperanakkan,
diperanakkan dari Bapa sebelum alam semesta, Allah dari Allah, terang dari
terang, Allah yang sejati dari Allah yang sejati, diperanakkan, bukan
dicipta, sehakekat dengan sang Bapa, oleh siapa segala sesuatu dicipta;
yang untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita telah turun dari sorga, dan
diinkarnasikan oleh Roh Kudus dari anak dara Maria, dan dijadikan manusia; Ia
telah disalibkan, juga bagi kita, di bawah pemerintahan Pontius Pilatus. Ia
menderita dan dikuburkan; dan pada hari ketiga Ia bangkit kembali, sesuai
dengan Kitab Suci, dan naik ke sorga; dan duduk di sebelah kanan Bapa. dan Ia
akan datang kembali dengan kemuliaan untuk menghakimi orang yang hidup dan yang
mati; yang kerajaanNya takkan berakhir. Dan aku percaya kepada Roh Kudus, Tuhan
dan pemberi kehidupan, yang keluar dari bapa dan anak, yang bersama-sama dengan
Bapa dan Anak disembah dan dimuliakan, yang telah berfirman dengan perantaraan
para nabi. Dan aku percaya satu gereja yang am dan rasuli, Aku mengakui satu
baptisan untuk pengampunan dosa, dan aku menantikan kebangkitan orang mati, dan
kehidupan di dunia yang akan datang. Amin.).
Perlu diingat bahwa kata-kata ‘begotten, not
made’ (=
‘diperanakkan, bukan dicipta’) dalam
Pengakuan Iman Nicea - Konstantinople, tidak menunjuk kepada kemanusiaan /
hakekat manusia Yesus, tetapi menunjuk kepada keilahianNya.
b) Pengakuan Iman Chalcedon: “We, then, following the
holy Fathers, all with one consent, teach men to confess, one and the same Son,
our Lord Jesus Christ; the same perfect in Godhead and also perfect in Manhood;
truly God, and truly Man, of a reasonable soul and body; consubstantial with
the Father according to the Godhead, and consubstantial with us according to
the Manhood; in all things like unto us without sin; begotten before all
ages of the Father according to the Godhead, and in these latter days, for us
and for our salvation, born of Mary the Virgin Mother of God according to the
Manhood. He is one and the same Christ, Son, Lord, Only begotten, existing
in two natures without mixture, without change, without division, without
separation; the diversity of the two natures not being at all destroyed by
their union, but the peculiar properties of each nature being preserved, and
concurring to one person and one subsistence, not parted or divided into two
persons, but one and the same Son, and Only-begotten, God The Word, the Lord
Jesus Christ; as the prophets from the beginning have declared concerning Him,
and as the Lord Jesus Christ Himself hath taught us, and as the Creed of the
holy fathers has delivered to us” (= Maka, kami semua, mengikuti Bapa-bapa kudus, dengan suara bulat,
mengajar manusia untuk mengaku, Anak yang satu dan yang sama, Tuhan kita Yesus
Kristus, sempurna dalam keilahian dan juga sempurna dalam kemanusiaan,
sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia, dengan jiwa yang bisa
berpikir dan tubuh; menurut
keilahianNya mempunyai zat / hakekat yang sama dengan Sang Bapa, dan menurut kemanusiaanNya
mempunyai zat / hakekat yang sama dengan kita, dalam segala hal sama seperti
kita tetapi tanpa dosa; menurut keilahianNya
diperanakkan sebelum segala jaman dari Bapa, dan menurut kemanusiaanNya dilahirkan dari Maria, sang Perawan, Bunda
Allah dalam hari-hari akhir ini. Ia adalah Kristus, Anak, Tuhan yang satu dan yang sama,
satu-satunya yang diperanakkan, mempunyai keberadaan dalam 2 hakekat, tanpa
percampuran, tanpa perubahan, tanpa perpecahan, tanpa perpisahan; perbedaan
dari dua hakekat itu sama sekali tidak dihancurkan oleh persatuan mereka,
tetapi sifat-sifat dasar yang khas dari setiap hakekat dipertahankan dan
bersatu menjadi satu pribadi dan satu keberadaan / makhluk, tidak berpisah atau
terbagi menjadi dua pribadi, tetapi Anak yang satu dan yang sama, dan
satu-satunya yang diperanakkan, Allah Firman, Tuhan Yesus Kristus; seperti
nabi-nabi dari semula telah menyatakan tentang Dia, dan seperti Tuhan Yesus
Kristus sendiri telah mengajar kita, dan seperti pengakuan iman bapa-bapa kudus
telah menyampaikan kepada kita).
c) Pengakuan Iman Athanasius: “1. Whosoever wishes to
be saved, it is above all necessary for him to hold the Catholic faith. 2. Which, unless each one shall preserve
perfect and inviolate, he shall certainly perish forever. 3. But the Catholic faith is this, that
we worship one God in trinity, and trinity in unity. 4. Neither confounding the persons, nor
separating the substance. 5. For
the person of the Father is one, of the Son another, and of the Holy Ghost
another. 6. But of the Father, of
the Son, and of the Holy Ghost there is one divinity, equal glory and
co-eternal majesty. 7. What the
Father is, the same is the Son, and the Holy Ghost. 8. The Father is uncreated, the Son
uncreated, the Holy Ghost uncreated.
9. The Father is immense, the Son immense, the Holy Ghost
immense. 10. The Father is eternal,
the Son eternal, the Holy Ghost eternal.
11. And yet there are not three eternals, but one eternal. 12. So there are not three (beings)
uncreated, nor three immense, but one uncreated, and one immense. 13. In like manner the Father is
omnipotent, the Son is omnipotent, the Holy Ghost is omnipotent. 14. And yet there are not three
omnipotents, but one omnipotent.
15. Thus the Father is God, The Son is God, the Holy Ghost is God. 16. And yet there are not three Gods,
but one God. 17. Thus The Father is
Lord, the Son is Lord, the Holy Ghost is Lord.
18. And yet there are not three Lords, but one Lord. 19. Because as we are thus compelled by
Christian verity to confess each person severally to be God and Lord; so we are
prohibited by the Catholic religion from saying that there are three Gods or
Lords. 20. The Father was made from
none, nor created, nor begotten.
21. The Son is from the Father alone, neither made, nor created,
but begotten. 22. The Holy Ghost is
from the Father and the Son, neither made, nor created, nor begotten, but
proceeding. 23. Therefore there is
one Father, not three fathers, one Son, not three sons, one Holy Ghost, not
three Holy Ghosts. 24. And in this
trinity no one is first or last, no one is greater or less. 25. But all the three co-eternal persons
are co-equal among themselves; so that through all, as is above said, both
unity in trinity, and trinity in unity is to be worship. 26. Therefore, he who wishes to be saved
must think thus concerning the trinity.
27. But it is necessary to eternal salvation that he should also
faithfully believe the incarnation of our Lord Jesus Christ. 28. It is, therefore, true faith that we
believe and confess that our Lord Jesus Christ is both God and man. 29. He is God, generated from
eternity from the substance of the Father; man, born in time from the substance of his mother. 30. Perfect God, perfect man, subsisting
of a rational soul and human flesh.
31. Equal to the Father in respect to his divinity, less than the
Father in respect to his humanity.
32. Who, although he is God and man, is not two but one
Christ. 33. But one, not from the
conversion of his divinity into flesh, but from the assumption of his humanity
into God. 34. One not at all from
confusion of substance, but from unity of person. 35. For as a rational soul and flesh is
one man, so God and man is one Christ.
36. Who suffered for our salvation, descended into hell, the third
day rose from the dead.
37. Ascended to heaven, sitteth at the right hand of God the Father
omnipotent, whence he shall come to judge the living and the dead. 38. At whose coming all men shall rise
again with their bodies, and shall render an account for their own works. 39. And they who have done well shall go
into life eternal; they who have done evil into eternal fire. 40. This is the Catholic faith, which,
unless a man shall faithfully and firmly believe, he can not be saved.” (= 1. Barangiapa yang ingin
diselamatkan, adalah perlu baginya di atas segala-galanya untuk memegang /
mempercayai iman Katolik / universal / am.
2. Yang, kecuali setiap orang memelihara / mempertahankannya secara
sempurna dan tidak diganggu gugat, ia pasti akan binasa selama-lamanya. 3. Tetapi iman Katolik / universal / am
adalah ini, bahwa kami menyembah satu Allah dalam tritunggal, dan tritunggal
dalam kesatuan. 4. Tidak ada
kekacauan / percampuran pribadi-pribadi ataupun pemisahan zat. 5. Karena pribadi dari Bapa adalah satu,
dari Anak adalah pribadi yang lain, dan dari Roh Kudus adalah pribadi yang
lain. 6. Tetapi dari Bapa, dari
Anak, dan dari Roh Kudus ada satu keilahian, kemuliaan yang sama / setara dan
keagungan yang sama kekalnya.
7. Apa adanya Bapa itu, demikian juga dengan Anak, dan juga Roh
Kudus. 8. Bapa tidak diciptakan,
Anak tidak diciptakan, Roh Kudus tidak diciptakan. 9. Bapa itu maha besar, Anak itu maha
besar, Roh Kudus itu maha besar.
10. Bapa itu kekal, Anak itu kekal, Roh Kudus itu kekal. 11. Tetapi tidak ada tiga yang kekal,
tetapi satu yang kekal.
12. Demikian juga tidak ada tiga (makhluk) yang tidak dicipta, juga
tidak tiga yang maha besar, tetapi satu yang tidak dicipta, dan satu yang maha
besar. 13. Dengan cara yang sama
Bapa adalah maha kuasa, Anak adalah maha kuasa, Roh Kudus adalah maha kuasa. 14. Tetapi tidak ada tiga yang maha
kuasa, tetapi satu yang maha kuasa.
15. Demikian juga Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah, Roh Kudus
adalah Allah. 16. Tetapi tidak ada
tiga Allah, tetapi satu Allah.
17. Demikian pula Bapa adalah Tuhan, Anak adalah Tuhan, dan Roh
Kudus adalah Tuhan. 18. Tetapi
tidak ada tiga Tuhan, tetapi satu Tuhan.
19. Karena sebagaimana kami didorong seperti itu oleh kebenaran
Kristen untuk mengakui setiap pribadi secara terpisah / individuil sebagai
Allah dan Tuhan; demikian pula kami dilarang oleh agama Katolik / universal /
am untuk mengatakan bahwa ada tiga Allah atau Tuhan. 20. Bapa tidak dibuat dari apapun, tidak
diciptakan, tidak diperanakkan.
21. Anak itu dari Bapa saja, tidak dibuat, tidak dicipta, tetapi
diperanakkan. 22. Roh Kudus itu
dari Bapa dan Anak, tidak dibuat, tidak dicipta, tidak diperanakkan, tetapi
keluar. 23. Karena itu ada satu
Bapa, bukan tiga bapa, satu Anak, bukan tiga anak, satu Roh Kudus, bukan tiga
Roh Kudus. 24. Dan dalam tritunggal
ini tidak ada yang pertama atau terakhir, tidak ada yang lebih besar atau lebih
kecil. 25. Tetapi ketiga pribadi
yang sama-sama kekal dan setara di antara mereka sendiri; sehingga mereka semua
secara keseluruhan, seperti dikatakan di atas, baik kesatuan dalam tritunggal,
maupun tritunggal dalam kesatuan, harus disembah. 26. Karena itu, ia yang ingin
diselamatkan harus berpikir demikian tentang tritunggal. 27. Tetapi adalah perlu untuk
keselamatan kekal bahwa ia juga percaya dengan setia / benar inkarnasi dari
Tuhan kita Yesus Kristus.
28. Karena itu adalah iman yang benar bahwa kita percaya dan
mengaku bahwa Tuhan kita Yesus Kristus adalah Allah dan manusia. 29. Ia adalah Allah, diperanakkan dari kekekalan dari zat Sang Bapa; manusia, dilahirkan dalam
waktu dari zat ibuNya. 30. Allah yang sempurna, manusia yang
sempurna, terdiri dari jiwa yang rasionil dan daging manusia. 31. Setara dengan Sang Bapa dalam hal
keilahianNya, lebih rendah dari Sang Bapa dalam hal kemanusiaanNya. 32. Yang, sekalipun adalah Allah dan
manusia, bukanlah dua tetapi satu Kristus.
33. Tetapi satu, bukan dari perubahan dari keilahianNya menjadi
daging, tetapi dari penerimaan / pengambilan dari kemanusiaanNya kepada / ke
dalam Allah. 34. Satu, sama sekali
bukan karena percampuran zat, tetapi dari kesatuan pribadi. 35. Karena sebagaimana jiwa yang
rasionil dan daging adalah satu manusia, demikian juga Allah dan manusia adalah
satu Kristus. 36. Yang menderita
untuk keselamatan kita, turun ke neraka, hari yang ketiga bangkit dari antara
orang mati. 37. Naik ke surga,
duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang mahakuasa, darimana Ia akan datang untuk
menghakimi orang yang hidup dan yang mati.
38. Pada kedatangan siapa semua manusia akan bangkit kembali dengan
tubuhnya, dan akan mempertanggungjawabkan pekerjaan / perbuatan mereka
sendiri. 39. Dan mereka yang telah
berbuat baik akan pergi ke dalam kehidupan kekal; mereka yang telah berbuat
jahat ke dalam api yang kekal.
40. Inilah iman Katolik / universal / am, yang, kecuali seseorang
percaya dengan setia dan teguh, ia tidak bisa diselamatkan) - A. A. Hodge, ‘Outlines of Theology’, hal 117-118.
Kesimpulan tentang bagian ini.
Yesus sebagai Allah memang jelas kekal, tetapi manusia Yesus tidak kekal,
mulai ada dalam waktu, dan Ia memang diciptakan! Siapapun yang mempunyai kepercayaan yang
berbeda dengan ini, harus memperhatikan kata-kata Herschel H. Hobbs di bawah
ini:
Herschel H. Hobbs: “It is just as great a heresy to deny His humanity as to deny His
deity” (=
Menyangkal kemanusiaanNya adalah sama sesatnya dengan menyangkal keilahianNya) - hal 21.
Kalau ada yang ingin mempelajari tulisan saya yang lebih
mendetail tentang hal ini, silahkan membaca dalam web kami. Ini alamat tentang
tulisan ini:
Kesimpulan
dari seluruh pembahasan ajaran Pdt. Stephen Tong:
Menurut
saya, ajaran Pdt. Stephen Tong tentang hal ini (kekekalan manusia Yesus) adalah
yang paling parah dari semua. Kalau pada saat Pdt. Stephen Tong mengutip Al-Quran, karena
kesalahan fatalnya hanya terletak pada satu kalimat, itu mungkin bisa karena
salah ucap. Kalau ajarannya
tentang Khong Hu Cu, mungkin pengidolaannya terhadap Khong Hu Cu menyebabkan kesalahan
/ kesesatan itu, dan pada saat-saat lain Ia tidak mengajarkan seperti itu.
Tetapi
ajaran Pdt. Stephen Tong tentang kekekalan manusia Yesus, menurut saya memang
muncul dari pandangan yang betul-betul salah dalam dirinya. Karena itu, saya
menganggap ini sebagai kesalahan / kesesatan yang paling parah dari ajaran Pdt.
Stephen Tong yang saya ketahui.
-AMIN-