Oleh: Pdt. Budi Asali, M.Div
Pendahuluan.
1) Pdt.
Stephen Tong adalah orang yang sangat terkenal, sangat berkharisma, yang
menyebabkan banyak orang mengaminkan apapun yang dia katakan, tanpa mengecek
benar atau tidaknya ajarannya. Karena itu, pada saat Pdt. Stephen Tong
memberikan ajaran yang salah / sesat, ini sangat membahayakan. Saya hanya ingin
memberikan ajaran alternatif terhadap ajaran-ajaran Pdt. Stephen Tong yang saya
anggap salah / sesat. Orang mau memilih yang mana, itu urusan mereka dengan
Tuhan.
2) Pdt.
Stephen Tong mengaku diri, dan dikenal sebagai, tokoh Reformed, padahal banyak
ajaran Pdt. Stephen Tong yang tidak Reformed. Dan ini menyebabkan orang yang
menerima apapun yang Pdt. Stephen Tong katakan, akan salah paham tentang ajaran
Reformed yang sebenarnya, dan juga menyebabkan, pada waktu saya mengajarkan
ajaran Reformed yang sesungguhnya, malah dicap sebagai Hyper-Calvinist! Ini
khususnya berkenaan dengan ajaran bahwa Allah menentukan segala sesuatu (yang
memang merupakan ajaran Reformed).
Ajaran-ajaran
Pdt. Stephen Tong yang saya bahas adalah:
I)
Pencabutan kependetaan.
“Pertanyaan: sinode GRII sudah mencabut kependetaan
Bp. Nico dan Bp. Effendi namun mereka akan meneguhkan penggembalaan mereka
kembali di dalam gereja baru mereka di dalam waktu dekat. Bahkan Bp. Rajali
akan ditahbiskan menjadi pendeta missi oleh mereka. Upacara peneguhan dan
pentahbisan ini akan dipimpin oleh Pdt. Peter Wongso. Bagaimana tanggapan Pdt.
Stephen Tong?
Jawaban: Terserah! Itu adalah kebebasan mereka. GRII
adalah gereja yang mendidik, gereja yang mengajar, gereja yang mengundang,
gereja yang mentahbiskan kedua pendeta tersebut. Tetapi telah terjadi
pemberontakan dan penyangkalan terhadap konstitusi GRII. Di Sidney warta gereja
dari awal pakai nama GRII dan sampai sekarang tetap melanjutkan nomor warta
mingguan, tapi mengatakan bahwa dari permulaan tidak ada hubungan dengan GRII.
Ketika 5 orang dari sinode diutus kesana, saya mengatakan tidak perlu berdebat
dan bertengkar, tanyakan saja 4 pertanyaan. Apakah Bp. Effendi dulu murid Pdt.
Stephen Tong? Apakah dulu dia diundang dan diajar dalam sekolah theologia dan
akhirnya engkau diundang menjadi pendeta di GRII? Apakah Bp. Effendi
ditahbiskan menjadi pendeta oleh GRII? Apakah Bp. Effendi dikirim oleh GRII ke Sidney menjadi hamba Tuhan
disitu? Tetapi pertanyaan ini tidak dijawab. Malah ia mengatakan bahwa dari
permulaan tidak ada hubungan dengan pusat. Ini kalimat yang berlawanan dengan
fakta. Maka sinode mengambil keputusan mencabut kependetaannya. Silahkan dia
menjadi pendeta di luar GRII, itu kebebasan dia. Tapi dia tidak mungkin lagi
diundang berkhotbah di semua GRII, karena kependetaannya dalam GRII sudah
dicabut. Kita jelas sekali dalam melakukan semua ini, semua teratur, logis dan
sesuai dengan kehendak Tuhan. Pdt. Peter Wongso yang mentahbiskan karena harus
senior yang diakui otoritasnya. Apakah Pdt. Peter Wongso mempunyai pendirian
theologia Reformed? Tidak. Beliau seorang injili yang mengatakan doktrin
predestinasi tidak usah dipercaya. Pertanyaan saya, gereja baru yang dinamakan
apa oleh Bp. Effendi? Kalau masih pakai nama Reformed Evangelical, mengapa
orang yang tidak bertheologia Reformed yang menahbiskan dia? Ini semua sudah
bukan tanggung jawab saya. Sekarang saya mengatakan betul-betul setelah
pemberontakan itu terjadi, mereka tidak ada lagi hubungan dengan gereja pusat.” - Ringkasan Khotbah GRII Jakarta.
Tanggapan
saya:
Ini sebetulnya merupakan suatu praktek, bukan ajaran.
Tetapi semua praktek, pasti didasarkan pada ajaran / kepercayaan. Karena itu,
saya tetap membahasnya.
1) Hanya Pdt.
Effendi yang dinyatakan kesalahannya, dan itupun hanya dikatakan sebagai
‘pemberontakan’. Ini sama sekali tidak jelas. Sedangkan untuk Pdt. Nico tak
disebutkan sama sekali apa kesalahannya. Demikian juga dengan Ev. Rajali.
2) Sebetulnya kalau ada seseorang dalam gereja
melakukan kesalahan, maka prosedur yang harus dilakukan ada dalam Alkitab,
yaitu dalam Mat 18:15-17 - “(15) ‘Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah
empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali.
(16) Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi,
supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak
disangsikan. (17) Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya
kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia
sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.”.
Kalau dari kutipan di
atas, saya tidak melihat dilakukannya prosedur ini, tetapi Pdt. Stephen Tong
mengatakan bahwa apa yang ia lakukan sudah ‘sesuai
dengan kehendak Tuhan’.
3) Saya percaya suatu gereja berhak memecat
seorang pendeta kalau memang salah, tetapi saya tidak percaya bahwa suatu
gereja berhak mencabut kependetaan
dari seorang pendeta sekalipun pendeta itu ditahbiskan di dalam gereja itu.
Gereja hanya alat Tuhan dalam mentahbiskan, sedang pentahbisan itu adalah
dari Tuhan sendiri. Jadi, kalau sebuah gereja memecat seorang pendeta, maka
sekalipun keluar dari gereja itu, maka pendeta itu tetap adalah seorang
pendeta!
Bahkan Yudas Iskariot
tidak pernah dicabut kerasulannya, kecuali oleh kematiannya.
Kis 1:20 - “‘Sebab ada
tertulis dalam kitab Mazmur: Biarlah perkemahannya menjadi sunyi, dan biarlah
tidak ada penghuni di dalamnya: dan: Biarlah jabatannya diambil orang lain.”.
Maz 109:8 - “Biarlah
umurnya berkurang, biarlah jabatannya diambil orang lain.”.
Kalau memang gereja berhak mencabut kependetaan, maka logikanya /
konsekwensinya, gereja juga berhak mencabut baptisan terhadap seseorang
sehingga orang itu dinyatakan sebagai kafir / belum dibaptis. Ini jelas konyol
/ tak masuk akal!
4) Tentang Pdt. Peter Wongso, saya mendapatkan
informasi yang bisa dipercaya, bahwa beliau sudah membuang doktrin
Arminianismenya, dan memeluk Calvinisme. Bahkan Pdt. Peter Wongso menarik buku-bukunya,
yang berhaluan Arminianisme dari peredaran, dan memberitahu murid-muridnya
kalau ajarannya yang dulu itu salah. Kelihatannya Pdt. Stephen Tong tidak tahu
tentang hal ini, sehingga ia tetap menganggap Pdt. Peter Wongso sebagai seorang
Arminian.
Dan seandainya Pdt.
Peter Wongso memang tetap adalah seorang Arminian, lalu apa salahnya seorang
Reformed ditahbiskan menjadi pendeta oleh seorang pendeta Arminian? Pdt.
Stephen Tong sendiri mengakui Pdt. Peter Wongso sebagai ‘seorang injili’! Lalu mengapa tidak boleh mentahbiskan orang Reformed menjadi pendeta?
Catatan: saya sendiri ditahbiskan menjadi
pendeta oleh Pdt. Suciono, yang saya kira bukan orang Reformed, dan saya tak
bermasalah sama sekali dengan hal itu.
Apakah Pdt. Stephen
Tong mau mendirikan tembok-tembok pemisah dalam gereja, yang sebetulnya sudah
dihancurkan oleh kematian Kristus?
Ef 2:11-18 - “(11) Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu - sebagai
orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat
oleh mereka yang menamakan dirinya ‘sunat’, yaitu sunat lahiriah yang
dikerjakan oleh tangan manusia, - (12) bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus,
tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam
ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam
dunia. (13) Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu ‘jauh’,
sudah menjadi ‘dekat’ oleh darah Kristus. (14) Karena Dialah damai sejahtera
kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok
pemisah, yaitu perseteruan, (15) sebab dengan matiNya sebagai manusia Ia telah
membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk
menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diriNya, dan dengan itu
mengadakan damai sejahtera, (16) dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam
satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib
itu. (17) Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang ‘jauh’
dan damai sejahtera kepada mereka yang ‘dekat’, (18) karena oleh Dia kita kedua
pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa.”.
Gal 3:28 - “Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak
ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu
semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.”.
1Kor 12:13 - “Sebab dalam satu Roh
kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani,
baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita
semua diberi minum dari satu Roh.”.
Kol 3:11 - “dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang
Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit,
budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala
sesuatu.”.
Apa gunanya Pdt.
Stephen Tong mempercayai, menggunakan dan mengucapkan 12 Pengakuan Iman Rasuli,
yang salah satu kalimatnya berbunyi ‘Gereja yang
kudus dan Am, Persekutuan orang kudus’,
kalau ternyata prakteknya berbeda total dengan pengakuan Imannya?
5) Siapa yang mentahbiskan Stephen Tong menjadi
pendeta?
Semua ini membuat saya
bertanya-tanya: “Siapa gerangan
pendeta yang mentahbiskan Stephen Tong sendiri”? Mengingat itu pasti sudah lama sekali, dan pada saat
itu rasanya Reformed belum ngetrend di Indonesia, maka rasanya sukar bisa
saya bayangkan bahwa ia ditahbiskan oleh seorang pendeta Reformed. Saya lalu
mencari informasi tentang hal itu.
Setelah saya
bertanya-tanya kepada beberapa teman (salah satunya adalah seorang pendeta yang
dulunya menjadi pendeta di GKKK), maka saya mendapat informasi yang sangat
mengejutkan saya!
Ada 2 sumber yang berbeda, yang mengatakan hal yang sama,
yaitu bahwa yang mentahbiskan Stephen Tong menjadi pendeta JUGA ADALAH Pdt. Peter Wongso!!!!
Memang Pdt. Stephen
Tong adalah lulusan SAAT (Seminari Alkitab Asia Tenggara), dan pada waktu mudanya
ada di lingkungan SAAT dan GKKK (Gereja Kristen Kalam Kudus). Jadi, memang
sangat logis kalau yang mentahbiskan dia menjadi pendeta adalah Pdt. Peter
Wongso (rektor SAAT pada waktu itu)!
Catatan:
a) SAAT pada saat itu namanya masih MAAT
(Madrasah Alkitab Asia Tenggara).
b) Stephen Tong ditahbiskan menjadi
pendeta tahun 1982, sebelum itu ia hanya berstatus Ev.
c) Foto pentahbisan Stephen Tong menjadi
pendeta oleh Pdt. Peter Wongso terlampir.
d) Foto Pdt. Peter Wongso bisa
dilihat di: http://gosipnya.blogspot.com/2012/06/gereja-kristen-kalam-kudus.html
Ini menjadi suatu kekonyolan yang luar biasa, karena Pdt. Stephen Tong
mengkritik Pdt. Effendi, Pdt. Nico, Pdt. Rajali, karena mereka ditahbiskan oleh
Pdt. Peter Wongso, padahal Pdt. Stephen Tong sendiri juga ditahbiskan oleh
orang yang sama! BAGUS SEKALI!!! Apakah Pdt. Stephen Tong lupa bahwa yang
mentahbiskan dia adalah orang yang sama dengan yang mentahbiskan 3 orang yang
ia bicarakan????
Dan kalau 3 orang ini
ditahbiskan oleh Pdt. Peter Wongso yang sudah berubah pandangan menjadi
Reformed, maka Pdt. Stephen Tong ditahbiskan oleh Pdt. Peter Wongso, pada saat
Pdt. Peter Wongso jelas-jelas masih Arminian!!!
II)
Penggunaan kata ‘ELOHIM’ untuk membuktikan doktrin Allah Tritunggal.
Dalam membahas tentang kata ELOHIM ini, Pdt. Stephen
Tong dalam seminar dan bukunya berkata bahwa dalam bahasa Ibrani ada bentuk singular (= tunggal), bentuk dual (= ganda / dobel), dan bentuk plural (= jamak). Dan ia lalu berkata,
bahwa penggunaan bentuk singular
berarti kita membicarakan hanya satu, bentuk dual berarti kita membicarakan dua, sedangkan bentuk plural berarti kita membicarakan tiga
atau lebih. Istilah ELOHIM tidak ada dalam bentuk singular, tidak di dalam bentuk dual,
tetapi ada dalam bentuk plural, dan
ini menunjukkan tiga atau lebih (dalam hal ini tentu ia memilih tiga, bukan
lebih dari tiga) - Stephen Tong, ‘Allah Tritunggal’, hal 28.
Catatan: ajaran ini juga saya dengar sendiri secara langsung
di Surabaya
(kira-kira tahun 1988).
Pembahasan ini boleh jadi menarik, tetapi sangat
salah! Mengapa? Karena penjelasan ini tidak sesuai dengan gramatika bahasa
Ibrani. Perlu diketahui bahwa dalam bahasa Ibrani:
1) Tidak ada satu
kata bendapun yang mempunyai bentuk singular,
dual dan plural.
Kalau kata benda mempunyai bentuk singular dan dual, maka
kata itu tidak mempunyai bentuk plural,
dan kalau kata benda itu mempunyai bentuk singular
dan plural, maka kata itu tidak
mempunyai bentuk dual.
2) Bentuk dual adalah bentuk plural dari kata benda yang biasanya ada dalam bentuk ganda /
dobel, seperti tangan, kaki, telinga, dada, mata, dsb. Karena itu, kalau kita
ingin mengatakan ‘tiga tangan’, maka kita tetap menggunakan bentuk dual, bukan bentuk plural, karena kata ‘tangan’ tidak mempunyai bentuk plural! Karena itu kalau digunakan
bentuk dual, belum tentu jumlahnya dua!
Menahem Mansoor:
“Dual
Number. There
is another kind of plural, known as the dual
number, for the double members of the body (eyes, hands, feet, and ears)
and for other objects found in pairs.” [= Bentuk Dual.
Disana ada suatu jenis yang lain dari bentuk jamak, dikenal sebagai
bentuk dual, untuk anggota-anggota ganda dari tubuh (mata, tangan, kaki dan
telinga) dan untuk obyek-obyek lain yang didapati dalam pasangan.] - ‘Biblical
Hebrew Step By Step’, vol 1, hal 55.
Menahem Mansoor:
“In addition, there is another kind of plural in Hebrew, known
as the dual number, for the paired organs of the body such as hands, ears,
eyes, etc., and for things that come in pairs, such as shoes, wings, etc.” (= Sebagai
tambahan, disana ada suatu jenis bentuk jamak lain dalam bahasa Ibrani,
dikenal sebagai bentuk dual, untuk organ-organ tubuh yang berpasangan seperti
tangan, telinga, mata, dsb., dan untuk benda-benda yang ada dalam pasangan,
seperti sepatu, sayap, dsb.) - ‘Biblical Hebrew Step By Step’, vol 1,
hal 124.
Menahem Mansoor:
“The dual merely signifies the plural
number and not necessarily the dual number two.” (= Bentuk dual
semata-mata berarti bentuk jamak, dan tidak harus bilangan dua.) - ‘Biblical
Hebrew Step By Step’, vol 1, hal 125.
Catatan: ini adalah buku pelajaran bahasa Ibrani yang saya
gunakan di semester pertama waktu saya belajar theologia di RTS (Reformed
Theological Seminary), Jackson,
Mississippi, USA.
Dosen saya pada waktu itu adalah Dr. Knox Chamblin (sekarang sudah meninggal).
3) Sebaliknya
kalau kita mengatakan ‘dua meja’, maka kita tetap menggunakan bentuk plural, bukan bentuk dual, karena kata ‘meja’ tidak mempunyai
bentuk dual. Demikian juga kalau kita
mau berkata ‘dua allah’, maka kita tetap harus menggunakan bentuk plural ELOHIM, karena kata itu memang
tidak mempunyai bentuk dual.
Kesimpulan: tidak beralasan untuk mengatakan bahwa
bentuk plural ELOHIM berarti tiga
atau lebih!
III) Pdt.
Stephen Tong dan Alkitab / Firman Tuhan.
1) Pengutipan
yang ceroboh dan salah dari Alkitab / Firman Tuhan.
a) Dalam salah satu khotbahnya di TV Pdt.
Stephen Tong mengatakan bahwa batu dari pengumban Daud mengenai pelipis
Goliat.
Bdk. 1Sam 17:49 - “lalu Daud memasukkan tangannya dalam kantungnya, diambilnyalah sebuah batu
dari dalamnya, diumbannya, maka kenalah DAHI orang Filistin itu,
sehingga batu itu terbenam ke dalam DAHInya, dan terjerumuslah ia dengan
mukanya ke tanah.”.
KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV: ‘forehead’ (= dahi).
Ini memang merupakan hal
kecil, bukan kesalahan doktrinal / moral, tetapi ini menunjukkan kecerobohan
Pdt. Stephen Tong dalam menggunakan Alkitab.
b) Dalam
khotbahnya tentang hukum ke 9, Pdt. Stephen Tong berkata:
“Tetapi what you talk, abdikan dirimu kepada
kebenaran. Yesus berkata: Yang ya katakan ya, yang tidak katakan tidak. Lebih
dari itu engkau milik setan”.
Bdk. Mat 5:37 - “Jika ya, hendaklah kamu katakan:
ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu
berasal dari si jahat.”.
Keterangan: kalau dari kata-kata Pdt.
Stephen Tong, maka orangnya yang merupakan milik setan, tetapi
kalau dari Mat 5:37 maka kata-kata yang lebih dari pada ‘ya’ / ‘tidak’
itu yang berasal dari setan. Ini jelas beda!
Dan kata-kata Yesus ini sama sekali bukan bertujuan melarang
dusta (hukum ke 9), tetapi melarang sumpah yang sembarangan. Ini terlihat dari
kontextnya.
Mat 5:33-37 - “(33) Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita:
Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan. (34)
Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit,
karena langit adalah takhta Allah, (35) maupun demi bumi, karena bumi adalah
tumpuan kakiNya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar; (36)
janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa
memutihkan atau menghitamkan sehelai rambutpun. (37) Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan:
tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.”.
Jadi yang dimaksudkan adalah, kalau mau mengatakan ‘ya’ orangnya berkata ‘sumpah ya’. Ini yang
dimaksudkan dengan ‘lebih dari pada itu’.
c) Dalam
khotbahnya tentang hukum ke 9, Pdt. Stephen Tong mengatakan:
“Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu
atau jangan mengkeluarkan kalimat yang tidak benar untuk mencelakakan orang
lain .....”.
“Hukum 9: Jangan berdusta mencelakakan orang lain.
Saya dari kecil memperhatikan akan hukum ini. Tidak ditulis jangan berdusta
menolong orang lain. Ndak ada! Juga tidak dikatakan ‘jangan berdusta’
waktu mencuri tidak dikatakan jangan mencuri (?)
Jangan berzinah. Stop.
Jangan membunuh. Stop.
Heran, di dalam hukum 9: Jangan berdusta demi
mencelakakan orang lain. Di sini ada suatu syarat. Seperti jangan membuat
patung bagi dirimu dan menyembahnya. Disitu point yang paling penting bukan
bikin patung ndak bikin patung. Disitu penting ‘for you yourself and for
worshipping them’. Itu yang tidak boleh.
Sehingga akhirnya Tuhan membikin patung, suruh orang
Israel
bikin patung. Dua dari pada kerubim yang berada di atas peti perjanjian. Boleh
bikin patung. Boleh taruh disitu. Karena disini adalah mengutarakan keadilan
Tuhan dan bukan demi kemauan dirimu sendiri dan demi menyembah dia. Itu yang
tidak boleh.
Jadi perintah ke 2 dan perintah ke 9 itu mempunyai
kalimat-kalimat yang diberikan penjelasan. Bukan hanya sekedar suatu perintah.
Thou shall not steal. Thou shall not kill. Thou shall not commit adultery.
Bukan begitu gampang. Janganlah bersaksi dusta demi mencelakakan orang lain.
Itu sebabnya Alkitab mencatat kasus dari pada Rahab. Dia berdusta demi menolong orang lain. Dengan tidak
mencelakakan orang lain. Boleh tidak? Sekali lagi saya tidak katakan boleh
atau tidak boleh. Saya katakan tidak mungkin tidak berdusta”.
Saya tidak bisa menemukan
dalam bagian manapun dari Alkitab ada ayat yang berbunyi “Janganlah bersaksi dusta demi mencelakakan orang lain.”.
Dalam 10 hukum Tuhan, baik
dalam Kel 20:16, maupun dalam Ul 5:20, kata-katanya hanya berbunyi: “Jangan mengucapkan saksi
dusta tentang sesamamu.”.
Ayat-ayat dalam 5 kitab
Musa yang mengandung kata ‘dusta’ atau ‘berdusta’ ada di bawah ini:
Kel 5:9 - “Pekerjaan orang-orang ini harus diperberat, sehingga mereka
terikat kepada pekerjaannya dan jangan mempedulikan perkataan dusta.’”.
Kel 20:16 - “Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.”.
Kel 23:7 - “Haruslah kaujauhkan dirimu dari perkara dusta. Orang yang
tidak bersalah dan orang yang benar tidak boleh kaubunuh, sebab Aku tidak akan
membenarkan orang yang bersalah.”.
Im 6:3 - “atau bila ia menemui barang hilang, dan memungkirinya, dan ia
bersumpah dusta - dalam perkara apapun yang diperbuat seseorang,
sehingga ia berdosa - ”.
Im 6:5 - “atau segala sesuatu yang dimungkirinya dengan bersumpah dusta.
Haruslah ia membayar gantinya sepenuhnya dengan menambah seperlima; haruslah ia
menyerahkannya kepada pemiliknya pada hari ia mempersembahkan korban penebus
salahnya.”.
Im 19:12 - “Janganlah kamu bersumpah dusta
demi namaKu, supaya engkau jangan melanggar kekudusan nama Allahmu; Akulah
TUHAN.”.
Ul 5:20 - “Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.”.
Ul 19:18 - “Maka hakim-hakim itu harus memeriksanya
baik-baik, dan apabila ternyata, bahwa saksi itu seorang saksi dusta dan
bahwa ia telah memberi tuduhan dusta terhadap saudaranya,”.
Im 19:11 - “Janganlah kamu mencuri, janganlah kamu berbohong dan janganlah kamu berdusta seorang kepada sesamanya.”.
Bil 23:19 - “Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta
bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak
melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?”.
Catatan: Saya bahkan juga mengecek
ayat-ayat lain dalam seluruh Alkitab yang menggunakan kata ‘dusta’ atau
‘berdusta’, dan tak menemukan ayat seperti yang Pdt. Stephen Tong kutip, tetapi
semua itu terlalu banyak untuk dituliskan di sini.
Kesimpulan: tidak ada ayat yang mirip
dengan ‘ayat’ yang diucapkan oleh Pdt. Stephen Tong.
Jadi, dari mana Pdt.
Stephen Tong mendapatkan ‘ayat’ yang berbunyi:
1. “Jangan
mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu atau jangan mengkeluarkan kalimat
yang tidak benar untuk mencelakakan orang lain .....”?
2. “Janganlah
bersaksi dusta demi mencelakakan
orang lain.”?
Jadi, ini merupakan suatu
pengutipan ayat yang tidak ada dalam Alkitab! Dan ‘ayat’ dari Pdt.
Stephen Tong ini sangat membahayakan, karena secara implicit mengijinkan dusta
pada saat dusta itu bukan bertujuan untuk mencelakakan orang lain, padahal
sebetulnya, menurut saya, Alkitab secara mutlak melarang dosa, dalam sikon
apapun. Jadi, dusta Rahab, jelas-jelas merupakan dosa. Bisa dimengerti, tetapi
tidak bisa dibenarkan!
d) Dalam khotbah / ajarannya tentang Khong Hu
Cu, Pdt. Stephen Tong mengutip ayat dari Kisah Rasul 10 (tanpa menyebutkan ayat
berapa) sebagai berikut: “ternyata semua orang
yang baik di dunia diterima oleh Tuhan”.
Tidak bisa tidak, yang Pdt.
Stephen Tong kutip adalah Kis 10:35. Sekarang bandingkan kutipan Pdt.
Stephen Tong yang sembrono / serampangan itu dengan ayat aslinya yang berbunyi
sebagai berikut:
Kis 10:35 - “Setiap orang dari bangsa
manapun yang takut akan
Dia dan yang mengamalkan kebenaran
berkenan kepadaNya.”.
Ada 2 hal yang perlu dipersoalkan tentang hal ini:
1. Penekanan
dari ayat ini, kalau dilihat dari seluruh kontext (Kis 10), adalah bahwa Tuhan
tidak membedakan antara orang dari bangsa Yahudi dan orang dari bangsa non
Yahudi.
Tetapi justru kata-kata ‘dari
bangsa manapun’ dalam Kis 10:35
ini dihapuskan oleh Pdt. Stephen Tong pada waktu ia mengutip ayat ini secara
serampangan!
J. A. Alexander: “The essential
meaning is that whatever is acceptable to God in one race is acceptable in any
other” (= Arti yang hakiki dari ayat ini adalah bahwa apapun yang bisa diterima
oleh Allah dalam satu bangsa bisa diterima dalam bangsa yang lain) - hal 409.
2. Pdt.
Stephen Tong mengatakan ‘orang yang
baik’, tetapi ay 35 sebetulnya
mengatakan ‘takut akan
Dia dan mengamalkan kebenaran’. Ini merupakan dua hal yang sangat berbeda.
Banyak penafsir (termasuk
Calvin) yang menganggap bahwa kata-kata ‘takut
akan Allah’
menunjuk pada kesalehan terhadap Allah, sedangkan kata-kata ‘mengamalkan kebenaran’ menunjuk pada kesalehan terhadap
sesama manusia. Jadi, kata-kata ‘takut akan
Allah dan mengamalkan kebenaran’ tentu tidak bisa secara serampangan diganti dengan
kata-kata ‘orang yang baik’!
2) Penggunaan
Kitab Suci / ajaran agama lain.
a) Dalam
ajarannya tentang Khong Hu Cu, Pdt. Stephen Tong mengatakan bahwa orang Kristen
dan hamba-hamba Tuhan perlu mengerti ajaran Khong Hu Cu untuk membantu mereka
menjadi orang-orang Kristen yang lebih bertanggung jawab.
Tanggapan saya:
Menurut saya ini merupakan penghinaan / perendahan terhadap Alkitab kita
sendiri. Apakah Alkitab yang kita punyai tidak lengkap atau tidak cukup,
sehingga kita harus menggunakan ajaran Khong Hu Cu untuk bisa menjadi
orang-orang Kristen yang lebih bertanggung jawab??
Bdk. 2Tim 3:16-17 - “(16)
Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk
menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam
kebenaran. (17) Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah
diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.”.
Juga kata-kata Pdt. Stephen Tong ini jelas
bertentangan dengan semboyan Reformasi ‘Sola Scriptura’ (= Hanya Kitab Suci)!
b) Pdt. Stephen Tong menggunakan Al-Quran sebagai dasar ajaran.
Pdt. Stephen Tong: “Mujizat yang Yesus
lakukan, yang tercatat di Alkitab saja ada tiga puluh lima kali, melampaui akumulasi dari semua
mujizat yang pernah manusia lakukan di sepanjang sejarah. Di luar itu, adakah
mujizat-mujizat lain yang Yesus lakukan? Saya percaya, masih banyak. Karena di
penutup Injil Yohanes tertulis: kalau semua perkara yang Yesus perbuat
dituliskan satu per satu, maka agaknya, seluruh dunia tak sanggup menampungnya.
Dan memang, di Al’quran juga terdapat dua mujizat Yesus, yang tak tertulis di
Alkitab. 1. saat orang-orang mencerca, menghujat Maria: ‘perempuan najis,
perempuan zinah; belum menikah sudah hamil’. Jawabnya: saat bayiku lahir nanti,
tanyakan saja padaNya, apa Dia lahir karena perzinahan? Dan benar, saat Yesus
lahir, Dia dapat berkata-kata, menjelaskan bahwa Dia bukan anak haram. 2. suatu
kali, saat orang-orang yang meragukan Yesus Kristus berasal dari Allah itu
mengelilingi Dia, Dia menundukkan kepala, mengambil sebongkah tanah liat dan
dibentuknyalah seekor burung, lalu menghembuskan nafas ke hidungnya, dan
terbanglah burung itu ke angkasa. Merupakan salah satu bukti bahwa apa yang
Yohanes katakan benar adanya” - dikutip dari Ringkasan Khotbah Gereja Reformed
Injili Indonesia,
tahun ke - 22 No 1117, 6 Feb 2011, hal 2, kolom 1.
Tanggapan saya:
Kata-kata Pdt. Stephen Tong
tentang mujijat yang dilakukan oleh Yesus dalam Al-Quran itu kelihatannya
adalah ayat-ayat Al-Quran di bawah ini:
S U R A T A L - I M R O N
3:49. Dan
(sebagai) Rasul kepada Bani Israel ( yang berkata kepada mereka):
"Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda
(mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka
ia menjadi seekor burung dengan
seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan
orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin
Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di
rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran
kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman."
S U R A T A L - M A A I D A H
5:110.
(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: "Hai Isa putra Maryam, ingatlah
nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul
qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian
dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah,
Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula) di waktu kamu membentuk dari tanah
(suatu bentuk) yang berupa burung
dengan izin-Ku, kemudian kamu meniup padanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan
seizin-Ku. Dan (ingatlah), waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak
dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan
(ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup)
dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani Israel (dari
keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka
keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir di antara mereka
berkata: "Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata."
S U R A T M A R Y A M
19:27. Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya
dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat
mungkar.
19:29. maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka
berkata: "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam
ayunan?"
Tetapi penggunaan Al-Quran sebagai dasar ajaran,
lagi-lagi merupakan ajaran yang bertentangan dengan semboyan Reformasi ‘Sola
Scriptura’ (= Hanya Kitab Suci)!!
Disamping itu, kalau Pdt. Stephen Tong menerima ajaran
dari Al-Quran yang dipersoalkan, maka ia akan menabrak ayat-ayat Alkitab ini:
1. Yoh
2:11 - “Hal itu
dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang
pertama dari tanda-tandaNya dan dengan itu Ia telah menyatakan
kemuliaanNya, dan murid-muridNya percaya kepadaNya.”.
Matthew Henry (tentang Yoh
2:11): “Many miracles had been wrought concerning him at his
birth and baptism, and he himself was the greatest miracle of all; but this was
the first that was wrought by him.” (= Banyak mujijat telah
dibuat berkenaan dengan Dia pada kelahiranNya dan baptisanNya, dan Ia sendiri
adalah mujijat yang terbesar dari semua; tetapi ini adalah mujijat pertama yang
dibuat olehNya.).
Calvin (tentang Yoh 2:11): “The meaning is, that this was the first
of Christ’s miracles; for when the angels announced to the shepherds that he
was born in Bethlehem, (Luke 2:8,) when the star appeared to the Magi, (Matthew
2:2,) when the Holy Spirit descended on him in the shape of a dove, (Matthew
3:16; Mark 1:10; John 1:32,) though these were miracles, yet, strictly
speaking, they were not performed by him; but the Evangelist now speaks of the
miracles of which he was himself the Author. For it is a frivolous and absurd
interpretation which some give, that this is reckoned the first among the
miracles which Christ performed in Cana of Galilee; as if a place, in which we
do not read that he ever was more than twice, had been selected by him for a
display of his power. It was rather the design of the Evangelist to mark the
order of time which Christ followed in the exercise of his power. For until he
was thirty years of age, he kept himself concealed at home, like one who held
no public office. Having been consecrated, at his baptism, to the discharge of
his office, he then began to appear in public, and to show by clear proofs for
what purpose he was sent by the Father. We need not wonder, therefore, if he
delayed till this time the first proof of his Divinity.” [= Artinya
adalah, bahwa ini adalah yang pertama dari mujijat-mujijat Kristus; karena pada
saat malaikat-malaikat mengumumkan kepada gembala-gembala bahwa Ia telah
dilahirkan di Betlehem, (Luk 2:8), pada saat bintang tampak kepada orang-orang
Majus, (Mat 2:2), pada saat Roh Kudus turun kepadaNya dalam bentuk seekor
burung merpati, (Mat 3:16; Mark 1:10; Yoh 1:32), sekalipun ini adalah
mujijat-mujijat, tetapi berbicara secara ketat, mujijat-mujijat ini tidak
dilakukan olehNya; tetapi sang Penginjil sekarang berbicara tentang
mujijat-mujijat tentang mana Ia sendiri adalah Penciptanya. Karena merupakan
suatu penafsiran yang sembrono dan menggelikan / konyol yang beberapa orang
berikan, bahwa ini dianggap sebagai mujijat yang pertama di antara
mujijat-mujijat yang Kristus lakukan di Kana dari Galilea; seakan-akan sebuah
tempat, dimana kita tidak membaca bahwa Ia pernah lebih dari dua kali, telah
memilihnya untuk suatu pertunjukan kuasaNya. Tetapi lebih merupakan rancangan
dari sang Penginjil untuk menandai urut-urutan waktu yang Kristus ikuti dalam
menggunakan kuasaNya. Karena sampai Ia berumur 30 tahun, Ia menjaga diriNya
sendiri tersembunyi di rumah, seperti seseorang yang tidak memegang jabatan
umum apapun. Setelah ditahbiskan, pada baptisanNya, pada pelaksanaan
jabatanNya, maka pada saat itu Ia mulai muncul di depan umum, dan menunjukkan
dengan bukti-bukti yang jelas untuk tujuan apa Ia diutus oleh sang Bapa. Karena
itu kita tidak perlu heran, jika Ia menunda sampai waktu ini bukti pertama dari keilahianNya.].
2. Yoh 4:54 - “Dan itulah
tanda kedua yang dibuat Yesus
ketika Ia pulang dari Yudea ke Galilea.”.
Siapapun yang menggunakan
bahan apapun di luar Alkitab / Firman Tuhan sebagai dasar ajaran, harus
memperhatikan ayat-ayat ini:
· Ul 4:2 - “Janganlah
kamu menambahi apa yang kuperintahkan kepadamu dan janganlah kamu
menguranginya, dengan demikian kamu berpegang pada perintah TUHAN, Allahmu,
yang kusampaikan kepadamu.”.
· Ul 12:32 - “Segala
yang kuperintahkan kepadamu haruslah kamu lakukan dengan setia, janganlah
engkau menambahinya ataupun menguranginya.”.
·
Amsal 30:6 - “Jangan
menambahi firmanNya, supaya engkau tidak ditegurNya dan dianggap pendusta.”.
·
Mat 5:19 - “Karena
itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang
paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki
tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan
dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat
yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.”.
· Wah 22:18-19 - “(18) Aku bersaksi kepada setiap orang yang
mendengar perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini: ‘Jika seorang menambahkan
sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya
malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini. (19) Dan jikalau
seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini,
maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang
tertulis di dalam kitab ini.’”.
·
Yes 8:20 - “‘Carilah pengajaran dan kesaksian!’ Siapa yang
tidak berbicara sesuai dengan perkataan itu, maka baginya tidak terbit fajar.”.
Victor Budgen mengutip kata-kata John Owen, seorang
ahli theologia Reformed yang hidup pada tahun 1616-1683. John Owen berkata
sebagai berikut tentang ‘revelations’
(= wahyu):
“They are of two
sorts - objective and subjective. Those of the former sort, whether they
contain doctrines contrary unto that of Scripture, or additional thereunto, or
seemingly confirmatory thereof, they are universally to be rejected, the
former being absolutely false, the latter useless. ... By subjective
revelations, nothing is intended but that work of spiritual illumination
whereby we are enabled to discern and understand the mind of God in the
Scripture; which the apostle prays for in the behalf of believers
(Eph 1:16-19) ...” [= Mereka (Wahyu-wahyu) terdiri dari 2 macam - obyektif dan
subyektif. Yang tergolong jenis pertama (wahyu obyektif), apakah itu berisikan ajaran yang
bertentangan dengan Kitab Suci, atau ajaran yang ditambahkan pada Kitab Suci,
atau ajaran yang kelihatannya meneguhkan Kitab Suci, harus ditolak secara
universal, yang pertama karena palsu, yang terakhir karena tidak berguna. ...
Yang dimaksud dengan wahyu subyektif tidak lain adalah pekerjaan pencerahan
rohani dengan mana kita dimampukan untuk melihat dan mengerti pikiran Allah
dalam Kitab Suci; yang untuknya sang rasul berdoa demi orang percaya
(Ef 1:16-19) ...] - ‘The Charismatics and the Word of God’, hal 138.
Kata-kata John Owen agak sukar dimengerti oleh orang
yang tak terbiasa dengan bahasa Theologia, dan karena itu perlu saya jabarkan.
John Owen mengatakan bahwa ada dua golongan wahyu:
1. Wahyu
obyektif. Ini terdiri dari dua golongan lagi:
a. Wahyu
yang berisi ajaran yang bertentangan dengan Kitab Suci / Alkitab. Ini ia sebut
sebagai palsu.
b. Wahyu
yang berisi ajaran yang ditambahkan pada Kitab Suci / Alkitab, atau yang
meneguhkan Kitab Suci / Alkitab. Ini ia sebut tidak berguna.
2. Wahyu
subyektif. Ini ia artikan sebagai pekerjaan pencerahan rohani (dari Tuhan / Roh
Kudus) yang menyebabkan kita bisa mengerti Kitab Suci / Alkitab. Ini tentu saja
ia terima.
Ajaran Pdt. Stephen Tong yang menggunakan Al-Quran
maupun ajaran Khong Hu Cu, jelas termasuk dalam Wahyu obyektif.
Bandingkan cara Pdt. Stephen Tong
berkhotbah / mengajar, dengan menggunakan ayat Alkitab secara sembarangan /
sembrono, atau dengan menggunakan Kitab Suci / ajaran agama lain itu, dengan
kata-kata di bawah ini:
D. Martyn Lloyd-Jones: “it should be clear to
people that what we are saying is something that comes out of the Bible. ... I
have known men who have just opened the Bible to read the text. They then shut
the Bible and put it on one side and go on talking. I think that is wrong from
the standpoint of true preaching. We are always to give the impression, and it
may be more important than anything we say, that what we are saying comes out
of the Bible, and always comes out of it. That is the origin of our message,
this is where we have received it” (= harus jelas bagi orang-orang bahwa apa yang sedang kita
katakan adalah sesuatu yang keluar dari Alkitab. ... Saya tahu orang-orang yang
hanya membuka Alkitab untuk membaca textnya. Lalu mereka menutup Alkitab dan
meletakkannya di satu sisi dan melanjutkan berbicara. Saya pikir itu adalah
salah dari sudut pandang khotbah yang benar. Kita harus selalu memberikan
kesan, dan itu bisa lebih penting dari
apapun yang kita katakan, bahwa apa yang sedang kita katakan keluar dari
Alkitab, dan selalu keluar darinya. Itu adalah asal usul / sumber dari
berita kita, ini adalah dari mana kita telah menerimanya) - ‘Preaching
and Preachers’, hal 75.
Sebagai penutup dari point III ini, saya ingin membahas pertanyaan, ‘Apakah Pdt. Stephen Tong memang tidak percaya pada
Sola Scriptura (= Hanya Kitab Suci)?’
Saya jawab sendiri pertanyaan itu. ‘Saya yakin Pdt.
Stephen Tong percaya Sola Scriptura!’
Jadi, Pdt. Stephen Tong maupun para pendukungnya pasti bisa memberikan khotbah
/ ajaran Pdt. Stephen Tong yang menunjukkan bahwa Pdt. Stephen Tong percaya
pada Sola Scriptura. Saya yakin akan hal itu. Tetapi yang saya tak habis pikir
adalah, kalau Pdt. Stephen Tong memang percaya Sola Scriptura, mengapa ia bisa
mengajar seperti yang saya berikan di atas? Saya kira itu hanyalah merupakan
suatu blunder, dan saya berharap Pdt. Stephen Tong mau meralat ajarannya itu.
-bersambung-
Banyak perbedaan dalam penafsiran Alkitab, namun satu yang pasti semua gereja mengakui penebusan oleh Yesus
BalasHapus