Jumat, 16 Mei 2014

PEMBAHASAN AJARAN PDT. STEPHEN TONG (3)

Oleh: Pdt. Budi Asali, M.Div



V) Ajaran tentang Khong Hu Cu.


Dari VCD Pdt. Stephen Tong berjudul ‘falsafah Asia’, yaitu VCD no 7 dan no 10:

Ketika Pdt. Stephen Tong ditanya berkenaan dengan selamat atau tidaknya Khong Hu Cu, Pdt. Stephen Tong mengatakan: “Kalau diselamatkan, bagaimana diselamatkan tanpa mendengar Injil. Kalau tidak diselamatkan, kasihan ya, orang begini baik.”.

1)   Kata-kata bahwa ‘Khong Hu Cu itu baik’ bertentangan dengan:

a)   Doktrin Total Depravity (= Kebejatan Total) yang merupakan ajaran Reformed.
Doktrin ini juga sering disebut dengan istilah Total Inability (= Ketidak-mampuan Total).
Doktrin ini jelas menekankan bahwa manusia di luar Kristus / yang belum beriman, tidak mungkin bisa berbuat baik sama sekali. Karena itu, pada waktu Pdt. Stephen Tong mengatakan bahwa Khong Hu Cu, yang jelas-jelas adalah orang di luar Kristus, adalah orang yang baik, maka Pdt. Stephen Tong jelas mengajar bertentangan dengan doktrin Reformed ‘Total Depravity’ (= Kebejatan Total) ini.

Calvin: “For our nature is not only destitute and empty of good, but so fertile and fruitful of every evil that it cannot be idle” [= Karena kita bukan hanya miskin / melarat dan kosong dalam hal baik, tetapi begitu subur dan banyak berbuah dalam setiap kejahatan sehingga kita tidak bisa malas / menganggur (dalam hal berbuat jahat)] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter I, no 8.

Westminster Confession of Faith (chapter VI, no 4): From this original corruption, whereby we are utterly indisposed, disabled, and made opposite to all good, and wholly inclined to all evil, do proceed all actual transgressions. (= Dari kerusakan orisinil ini, dengan jalan mana kita adalah sama sekali sakit, cacat, dan dibuat bertentangan dengan semua yang baik / kebaikan, dan sepenuhnya condong kepada semua kejahatan, keluar semua pelanggaran-pelanggaran yang sungguh-sungguh.).

Bagaimana Pdt. Stephen Tong yang mengaku Reformed bisa menganggap orang yang tidak percaya seperti Khong Hu Cu sebagai ‘baik’ merupakan sesuatu yang tidak bisa saya mengerti.

b)   Banyak ayat Kitab Suci.
Tetapi karena keterbatasan waktu saya hanya akan memberi sedikit saja.
1.   Ro 3:10-12 - “(10) seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. (11)  Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. (12) Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak.”.
2.   Ro 6:20 - “Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran.”.

Memang, manusia bisa melakukan kebaikan-kebaikan sosial / lahiriah, misalnya pada waktu melihat orang miskin / menderita lalu menolongnya, bahkan tanpa pamrih. Tetapi apakah itu bisa disebut sebagai perbuatan baik di hadapan Allah? Tidak! Mengapa? Karena dalam pandangan Tuhan, supaya suatu perbuatan bisa disebut baik, maka harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a.   Perbuatan baik itu harus dilakukan karena cinta kepada Allah (Yoh 14:15).
Yoh 14:15 - “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu.”.
b.   Perbuatan baik itu harus dilakukan untuk kemuliaan Allah (1Kor 10:31).
1Kor 10:31 - “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.”.
Semua ini tidak mungkin bisa dilakukan oleh orang yang ada di luar Kristus! Bdk. Ro 3:10,11,18 yang menunjukkan bahwa orang berdosa itu semuanya tidak berakal budi, tidak mencari Allah dan tidak mempunyai rasa takut kepada Allah.
Kalau syarat-syarat di atas ini tidak dipenuhi, maka bisalah dikatakan bahwa pada waktu orang itu melakukan ‘perbuatan baik’, ia melakukannya tanpa mempedulikan Allah! Bisakah ‘perbuatan baik’ seperti itu disebut baik? Tentu tidak mungkin!
Penerapan:
·      Kalau saudara percaya bahwa seseorang bisa selamat / masuk surga karena berbuat baik, maka renungkan bagian ini, dan bertobatlah dari doktrin / kepercayaan sesat itu! Manusia tidak bisa berbuat baik, dan karena itu membutuhkan Kristus sebagai Juruselamatnya untuk bisa selamat / masuk surga!
·   Masihkah saudara percaya bahwa semua agama lain (yang mengandalkan perbuatan baik manusia) bisa memberikan keselamatan?

2)   Pdt. Stephen Tong memang tidak mengatakan bahwa Khong Hu Cu selamat, tetapi Pdt. Stephen Tong menunjukkan ketidak-pastian, dan bahkan membuka peluang bagi Khong Hu Cu untuk masuk surga; dan menurut saya ini sudahlah merupakan ajaran sesat.

Jangan kira suatu ajaran baru sesat kalau ajaran itu mengatakan bahwa orang yang tidak percaya pasti masuk surga. Menurut saya, ajaran yang tidak memastikan orang yang tidak percaya masuk neraka, sudah termasuk ajaran sesat.

Sama saja, dalam persoalan keilahian Kristus. Apakah suatu ajaran baru dianggap sesat kalau ajaran itu menegaskan bahwa Kristus bukan Allah? Apakah ajaran itu tidak sesat kalau ‘hanya’ mengatakan bahwa Kristus belum tentu adalah Allah?

Dalam persoalan Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga, apakah suatu ajaran baru sesat kalau ajaran itu menegaskan bahwa orang yang tidak percaya Yesus bisa masuk surga? Apakah ajaran itu tidak sesat kalau ajaran itu berkata bahwa orang yang tidak percaya Yesus mungkin selamat / masuk surga?

Dalam persoalan keselamatan Khong Hu Cu, orang Kristen / hamba Tuhan yang benar, harus dengan tegas mengatakan kalau Khong Hu Cu tidak mungkin selamat, berdasarkan ayat-ayat ini: Yoh 14:6 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”.

Tetapi bukankah Khong Hu Cu hidup sebelum jaman Kristus? Bukankah ia tak bisa mendengar Injil? Jawaban saya: orang dalam jaman Perjanjian Lama bisa mendengar Injil.

Injil sudah ada begitu manusia jatuh ke dalam dosa.
Kej 3:15 - “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.’”.
Ayat ini sering disebut dengan istilah PROTO EVANGELIUM (= Injil yang pertama).

Lalu pada jaman Abraham muncul Injil lagi, yaitu dalam Kej 12:1-3 - “(1) Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: ‘Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; (2) Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. (3) Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.’”.

Kej 12:3b jelas menunjuk kepada Yesus, dan karena itu pada waktu Abraham percaya pada janji itu, ia dianggap percaya kepada Yesus, dan ia dibenarkan.
Kej 15:5-6 - “(5) Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: ‘Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.’ Maka firmanNya kepadanya: ‘Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.’ (6) Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.”.

Jadi, dalam jaman Perjanjian Lamapun, untuk bisa selamat, orang harus percaya kepada Yesus, hanya saja kepada Yesus yang akan datang. Sedangkan dalam jaman Perjanjian Baru, orang selamat dengan percaya kepada Yesus yang sudah datang.

Memang pada jaman hukum Taurat, tidak banyak orang di luar Israel yang mendengar ‘Injil’ / hukum Taurat itu. Hanya orang-orang seperti Rahab, Rut, Naaman, dsb, yang ada kontak dengan orang-orang Israel tertentu sehingga mengenal hukum Taurat dan diselamatkan. Lalu bagaimana nasib orang-orang non Israel yang sama sekali tak pernah mendengar Injil / hukum Taurat? Yang berlaku adalah ayat di bawah ini:

Ro 2:12a - “Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat;”.

Khong Hu Cu hidup sekitar 500 tahun sebelum Kristus (551 - 479 S.M. - Encyclopedia Britannica 2008), dan karena itu termasuk jaman Perjanjian Lama. Pada jaman itu yang di Israel mempunyai hukum Taurat, sedangkan yang di luar Israel disebut ‘tanpa hukum Taurat’.
Jadi, Khong Hu Cu jelas termasuk dalam kelompok ‘orang yang berdosa tanpa hukum Taurat ini! Dan ayat ini mengatakan SEMUA orang seperti itu ‘BINASA’! Mau diapakanpun kata ‘binasa’ ini tak memungkinkan untuk menafsirkan bahwa Alkitab membuka peluang bagi orang seperti itu untuk selamat / masuk surga.
Tetapi apa artinya ‘binasa tanpa hukum Taurat’? Artinya mereka tidak akan dihakimi berdasarkan hukum Taurat (karena mereka tak tahu hukum Taurat). Lalu mereka dihakimi berdasarkan apa? Kelihatannya kontextnya menunjukkan bahwa mereka akan dihakimi berdasarkan hukum hati nurani.
Ro 2:14-15 - “(14) Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri. (15) Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela.”.

Ro 2:14-15 ini jelas berbicara tentang hati nurani. Tidak mungkin ada orang bisa hidup sepenuhnya sesuai dengan hati nuraninya, termasuk Khong Hu Cu. Dan jangan pernah berpikir bahwa kalau seseorang mentaati 90 % atau bahkan 99,99 % dorongan / bisikan hati nuraninya, maka ia akan masuk surga. Lalu siapa yang membayar hutang dosa yang 10 % atau bahkan 0,01 % itu? Ingat bahwa Allah itu adil, dalam arti Ia pasti akan menghukum setiap dosa, bahkan yang sekecil apapun.
Sebetulnya hal yang sama berlaku untuk orang yang mempunyai hukum Taurat. Mereka harus taat secara sempurna (100 %), baru mereka bisa selamat. Kalau tidak taat 100 %, mereka harus percaya kepada Yesus untuk bisa selamat. Karena itulah maka kita mempercayai Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga!
Jadi, hanya kalau seseorang mempunyai Penebus / Juruselamat, maka ia tidak lagi harus membayar hutang dosanya. Tetapi untuk orang yang tidak mempunyai Penebus / Juruselamat, dan Khong Hu Cu jelas termasuk di sini, ia harus membayar sendiri semua hutang dosanya. Jadi, karena semua orang pasti melanggar hukum hati nurani ini, maka tak ada orang yang bisa lulus dalam penghakiman berdasarkan hati nurani itu. Karena itu, semua pasti binasa / masuk neraka.

Calvin (tentang Ro 2:12): “In the former part of this section he assails the Gentiles; though no Moses was given them to publish and to ratify a law from the Lord, he yet denies this omission to be a reason why they deserved not the just sentence of death for their sins; as though he had said - that the knowledge of a written law was not necessary for the just condemnation of a sinner. See then what kind of advocacy they undertake, who through misplaced mercy, attempt, on the ground of ignorance, to exempt the nations who have not the light of the gospel from the judgment of God.” (= Dalam bagian yang terdahulu dari bagian ini ia menyerang orang-orang non Yahudi; sekalipun tak ada Musa yang diberikan kepada mereka untuk mengumumkan dan mengesahkan suatu hukum Taurat dari Tuhan, tetapi ia menyangkal penghilangan ini sebagai suatu alasan mengapa mereka tidak layak mendapatkan hukuman mati untuk dosa-dosa mereka; seakan-akan ia telah mengatakan - bahwa pengetahuan tentang suatu hukum Taurat yang tertulis tidaklah perlu untuk penghukuman yang adil dari seorang berdosa. Maka lihatlah jenis pembelaan apa mereka usahakan, yang melalui belas kasihan yang salah letak, berusaha, berdasarkan ketidaktahuan / kebodohan, untuk mengecualikan bangsa-bangsa yang tidak mempunyai terang dari injil dari penghakiman Allah.).

Dalam tafsirannya tentang Ro 2:14 Calvin menambahkan bahwa orang-orang non Yahudi mempunyai hukum yang ditanamkan oleh Allah dalam diri mereka, sehingga sekalipun mereka tidak mempunyai hukum Taurat (yang tertulis), mereka bukannya sama sekali tidak mempunyai pengetahuan tentang apa yang salah dan apa yang benar, atau sama sekali tak bisa membedakan kejahatan dan kebaikan. Karena itu, ketidak-tahuan tentang hukum Taurat adalah alasan / dalih yang sia-sia untuk membebaskan mereka dari hukuman Tuhan atas dosa-dosa mereka.

Calvin (tentang Ro 2:14): “He now states what proves the former clause; for he did not think it enough to condemn us by mere assertion, and only to pronounce on us the just judgment of God; but he proceeds to prove this by reasons, in order to excite us to a greater desire for Christ, and to a greater love towards him. He indeed shows that ignorance is in vain pretended as an excuse by the Gentiles, since they prove by their own deeds that they have some rule of righteousness: for there is no nation so lost to every thing human, that it does not keep within the limits of some laws. Since then all nations, of themselves and without a monitor, are disposed to make laws for themselves, it is beyond all question evident that they have some notions of justice and rectitude, which the Greeks call preconceptions (PROLEPSEIS), and which are implanted by nature in the hearts of men. They have then a law, though they are without law: for though they have not a written law, they are yet by no means wholly destitute of the knowledge of what is right and just; as they could not otherwise distinguish between vice and virtue; the first of which their restrain by punishment, and the latter they commend, and manifest their approbation of it by honoring it with rewards. He sets nature in opposition to a written law, meaning that the Gentiles had the natural light of righteousness, which supplied the place of that law by which the Jews were instructed, so that they were a law to themselves.”.
Catatan: ini tidak saya terjemahkan, karena ringkasannya telah saya berikan di atas.

Kalau Firman Tuhan mengatakan demikian, Tuhan tidak bisa melakukan hal yang lain. Ia harus bertindak / menghakimi sesuai dengan firman Tuhan. Ia tidak mungkin melanggar firmanNya sendiri.

3)   Pdt. Stephen Tong berkata ‘keselamatan Khong Hu Cu terserah Tuhan’.
Apakah kalau Alkitab / Firman Tuhan sudah mengatakan secara jelas dalam hal itu, hal itu masih terserah Tuhan? Ini omong kosong. Tuhan tidak bisa melakukan sesuatu yang bertentangan dengan Alkitab / firmanNya sendiri. Dan Ro 2:12 sudah saya jelaskan di atas.

4)   Dan lebih dari itu, Pdt. Stephen Tong mengatakan bahwa kalau ia masuk surga, ia berharap bertemu dengan Khong Hu Cu!

Mengharapkan untuk bertemu dengan Khong Hu Cu di surga, atau mengharapkan supaya Khong Hu Cu diterima oleh Tuhan, kelihatannya merupakan suatu sikap saleh yang penuh dengan kasih, tetapi sebetulnya sama dengan mengatakan ‘saya berharap Firman Tuhan salah’, dan ini jelas bukan kesalehan!

5)   Pdt. Stephen Tong juga berkata: “Saya berharap orang seperti begini diterima oleh Tuhan”.
Kata-kata ini tidak bisa tidak memaksudkan ‘orang sebaik ini’. Jadi, ini jelas mengarah pada doktrin sesat ‘salvation by works’ (= keselamatan oleh perbuatan baik).
Pdt. Stephen Tong memang secara sangat jelas menunjukkan kekaguman yang luar biasa terhadap kesalehan Khong Hu Cu (yang ia katakan bukan hanya mengajarkan, tetapi sungguh-sungguh melakukan, dan juga ia katakan sebagai ‘sungguh-sungguh jujur’, dsb), padahal ia juga mengatakan bahwa dalam ajaran Khong Hu Cu hanya ada ajaran horizontal (berhubungan dengan sesama manusia), dan sama sekali tidak ada ajaran vertikal (berhubungan dengan Allah). Jadi, kalau dihubungkan dengan 10 hukum Tuhan, maka hukum 5-10 ada dalam ajaran Khong Hu Cu, tetapi hukum 1-4 tidak ada.

6)   Ia menambahkan bahwa Khong Hu Cu masuk surga atau tidak, itu ditetapkan oleh Tuhan.
Lagi-lagi menurut saya, ini merupakan pernyataan yang aneh dan salah, dan tak sesuai dengan doktrin Reformed maupun Kitab Suci. Mengapa?

a)   Penetapan Tuhan (predestinasi) dilakukan sejak dunia belum dijadikan.
Kalau pada saat itu Tuhan memang menetapkan bahwa Khong Hu Cu masuk surga, Tuhan tidak mungkin tidak menentukan juga cara / jalan dengan mana Khong Hu Cu bisa mendengar Injil (Firman Tuhan / Perjanjian Lama), sehingga ia bisa percaya dan diselamatkan, sama seperti Naaman, Rut, Rahab, dsb. Kalau Tuhan, dalam kenyataannya, tidak pernah memberi kesempatan bagi Khong Hu Cu untuk mendengar Injil (Firman Tuhan / Perjanjian Lama) maka sudah jelas bahwa Ia tidak menentukan supaya Khong Hu Cu diselamatkan.

b)   Pdt. Stephen Tong tidak mengatakan pernyataan seperti ini tentang orang-orang lain yang mati tanpa Kristus / tanpa mendengar Injil / Firman Tuhan. Ia hanya mengatakan ini tentang Khong Hu Cu. Berarti, secara implicit, ia berpendapat bahwa kesalehan Khong Hu Cu yang menjadi alasan penentuan / penetapan Tuhan tersebut.
Tetapi kapan Tuhan melakukan penentuan itu? Pada saat dunia belum dijadikan, bukan? Pada saat itu kesalehan Khong Hu Cu belum ada. Jadi, bagaimana itu bisa dijadikan dasar untuk menetapkan dia untuk selamat?
Atau, Pdt. Stephen Tong menganggap, seperti pandangan Arminian, bahwa Tuhan sudah melihat lebih dulu kesalehan Khong Hu Cu, dan karena itu lalu menetapkannya supaya selamat / masuk surga? Kalau ini, jelas bertentangan dengan doktrin Reformed yang mempercayai Unconditional Election’ (= Pemilihan yang tidak bersyarat).

Juga menyalahi text Kitab Suci, dalam Ro 9:10-13 - “(10) Tetapi bukan hanya itu saja. Lebih terang lagi ialah Ribka yang mengandung dari satu orang, yaitu dari Ishak, bapa leluhur kita. (11) Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, - supaya rencana Allah tentang pemilihanNya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilanNya - (12) dikatakan kepada Ribka: ‘Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda,’ (13) seperti ada tertulis: ‘Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.’”.

7)   Pdt. Stephen Tong membuka peluang diberikannya wahyu khusus dan / atau anugerah khusus kepada Khong Hu Cu untuk menyelamatkan dia.

a)   Yang perlu dipertanyakan adalah: mengapa gerangan Pdt. Stephen Tong membuka peluang ini bagi Khong Hu Cu, padahal ia tidak mempunyai bukti apapun untuk hal ini? Apakah ia membuka peluang yang sama untuk orang-orang lain? Kalau untuk Khong Hu Cu ia membuka peluang, tetapi untuk orang-orang lain tidak, apa alasannya untuk membedakan Khong Hu Cu dari orang-orang lain? Karena ia baik? Kalau demikian, lagi-lagi ini menjurus pada keselamatan karena perbuatan baik, dan ini adalah ajaran sesat!

b)   Mengenai anugerah khusus / kasih karunia khusus, ini merupakan sesuatu yang kontradiksi dengan kata-kata Pdt. Stephen Tong yang mengharapkan orang seperti begini (yang sesaleh ini) diterima oleh Tuhan.
Mengapa saya katakan bertentangan? Karena ‘keselamatan karena kasih karunia’ memang bertentangan dengan ‘keselamatan karena perbuatan baik’. Kalau kita diselamatkan karena perbuatan baik, itu jelas bukan karena kasih karunia. Dan sebaliknya, kalau kita diselamatkan karena kasih karunia, maka jelas perbuatan baik kita sama sekali tidak punya andil dalam keselamatan itu.

Ro 11:5-6 - “(5) Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia. (6) Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia.”.

8)   Khong Hu Cu dan Kornelius.
Pdt. Stephen Tong membandingkan Kornelius dengan Khong Hu Cu. Ia mengutip Kis 10:35 (ia tidak menyebut ayatnya, tetapi yang ia maksudkan pasti Kis 10:35, tidak ada yang lain), yang ia kutip secara serampangan, dan mengatakan bahwa ada orang yang menganggap ayat itu merupakan dasar bahwa orang seperti Khong Hu Cu bisa diselamatkan. Pdt. Stephen Tong memang tak mempercayai hal itu, tetapi ia tetap menegaskan bahwa ayat itu menunjukkan bahwa sebelum Kornelius diselamatkan, kebajikannya sudah diterima oleh Tuhan. Secara implicit, ia memaksudkan bahwa sekalipun Khong Hu Cu tak percaya, bisa saja kebaikannya / kebajikannya diterima oleh Tuhan.

Jawaban saya:
Kornelius sama sekali tak bisa disamakan dengan Khong Hu Cu, karena:

a)   Kornelius, sekalipun ia adalah orang non Yahudi (dalam hal ini ia sama dengan Khong Hu Cu), tetapi pasti sudah mendengar Firman Tuhan, khususnya Perjanjian Lama (dalam hal ini ia berbeda dengan Khong Hu Cu).

b)   Kornelius pasti adalah orang beriman, biarpun imannya merupakan iman Perjanjian Lama (percaya kepada Mesias yang akan datang); dan lagi-lagi dalam hal ini ia sangat berbeda dengan Khong Hu Cu.
Berdasarkan apa saya yakin bahwa ia mempunyai iman Perjanjian Lama?

1.   Ia disebut sebagai ‘orang yang benar’.
Kis 10:22 - “Jawab mereka: ‘Kornelius, seorang perwira yang tulus hati dan takut akan Allah, dan yang terkenal baik di antara seluruh bangsa Yahudi, telah menerima penyataan Allah dengan perantaraan seorang malaikat kudus, supaya ia mengundang engkau ke rumahnya dan mendengar apa yang akan kaukatakan.’”.
Dalam ay 22 Kitab Suci Indonesia menyebutkan Kornelius sebagai seorang perwira yang ‘tulus hati’. Ini terjemahan yang salah.
KJV: ‘a just man’ (= seorang yang adil / benar).
RSV: ‘an upright ... man’ (= seorang ... yang lurus / jujur).
NIV/NASB: ‘a righteous ... man’ (= seorang ... yang benar).
Kata Yunani yang dipakai adalah DIKAIOS, dan menurut saya terjemahan ‘orang benar’ adalah yang terbaik.

Bdk. Ro 3:10 - “seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak.”.
Ia hanya bisa dikatakan sebagai ‘orang benar’ kalau ia mempunyai iman (bdk. Ro 5:1), dan ia tidak mungkin bisa mempunyai iman Perjanjian Baru, karena ia belum pernah mendengar Injil Perjanjian Baru sepenuhnya.

2.   Juga kalau dilihat dari Kis 10:4,31,35 jelas bahwa Kornelius berkenan di hadapan Allah.
Kis 10:4,31,35 - “(4) Ia menatap malaikat itu dan dengan takut ia berkata: ‘Ada apa, Tuhan?’ Jawab malaikat itu: ‘Semua doamu dan sedekahmu telah naik ke hadirat Allah dan Allah mengingat engkau. ... (31) dan ia berkata: Kornelius, doamu telah didengarkan Allah dan sedekahmu telah diingatkan di hadapanNya. ... (35) Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepadaNya.”.

Bdk. Ibr 11:6 - “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.”.

Calvin (tentang Ibr 11:6): The reason he assigns why no one can please God without faith, is this, - because no one will ever come to God, except he believes that God is, and is also convinced that he is a remunerator to all who seek him. If access then to God is not opened, but by faith, it follows, that all who are without it, are the objects of God’s displeasure (= Alasan yang ia berikan mengapa tak seorangpun bisa memperkenan Allah tanpa iman, adalah ini, - karena tak seorangpun akan pernah datang kepada Allah, kecuali ia percaya bahwa Allah ada, dan juga diyakinkan bahwa Ia adalah seorang yang memberi pahala kepada semua orang yang mencariNya. Jika jalan masuk kepada Allah tidak terbuka kecuali oleh iman, maka akibatnya adalah bahwa semua orang yang tanpa iman merupakan obyek dari ketidak-senangan Allah).

Lenski: “what makes any man well-pleasing to God is faith; without it there is no possibility of pleasing God” (= apa yang membuat manusia manapun berkenan kepada Allah adalah iman; tanpa itu tidak ada kemungkinan untuk memperkenan Allah) - hal 386.
Catatan: Lenski adalah orang Arminian!

John Owen: “faith is the only way and means whereby any one may please God” (= iman adalah satu-satunya jalan dan cara dengan mana seseorang bisa memperkenan Allah) - ‘Hebrews’, vol 7, hal 37.

Supaya saudara tidak menganggap bahwa yang dimaksud dengan ‘iman’ dalam Ibr 11:6 ini sekedar ‘suatu kepercayaan bahwa Allah itu ada’, tetapi juga berhubungan dengan keselamatan, perhatikan komentar-komentar di bawah ini!

Ibr 11:6 - Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia..

Calvin (tentang Ibr 11:6): The second clause is that we ought to be fully persuaded that God is not sought in vain; and this persuasion includes the hope of salvation and eternal life, for no one will be in a suitable state of heart to seek God except a sense of the divine goodness be deeply felt, so as to look for salvation from him. We indeed flee from God, or wholly disregard him, when there is no hope of salvation (= Anak kalimat yang kedua adalah bahwa kita harus diyakinkan sepenuhnya bahwa Allah tidak dicari dengan sia-sia; dan keyakinan ini mencakup pengharapan keselamatan dan hidup kekal, karena tak seorangpun akan berada dalam keadaan hati yang cocok untuk mencari Allah kecuali suatu perasaan tentang kebaikan ilahi dirasakan secara mendalam, sehingga orang itu mencari keselamatan dari Dia. Kita akan lari dari Allah, atau sepenuhnya mengabaikanNya, pada saat tidak ada pengharapan keselamatan).

Calvin (tentang Ibr 11:6): But many shamefully pervert this clause; for they hence elicit the merits of works, and the conceit about deserving. And they reason thus: ‘We please God by faith, because we believe him to be a rewarder; then faith has respect to the merits of works.’ This error cannot be better exposed, than by considering how God is to be sought; while any one is wandering from the right way of seeking him, he cannot be said to be engaged in the work. Now Scripture assigns this as the right way, - that a man, prostrate in himself, and smitten with the conviction that he deserves eternal death, and in self-despair, is to flee to Christ as the only asylum for salvation. Nowhere certainly can we find that we are to bring to God any merits of works to put us in a state of favor with him. Then he who understands that this is the only right way of seeking God, will be freed from every difficulty on the subject; for reward refers not to the worthiness or value of works but to faith (= Tetapi banyak orang secara memalukan membengkokkan anak kalimat ini; karena mereka mendapatkan jasa dari pekerjaan / perbuatan baik, dan kesombongan tentang kelayakan. Dan mereka beralasan sebagai berikut: ‘Kita memperkenan Allah oleh iman, karena kita mempercayaiNya sebagai seorang pemberi upah / pahala; maka iman mempunyai rasa hormat pada jasa dari pekerjaan / perbuatan baik’. Kesalahan ini tidak bisa dinyatakan dengan lebih jelas, dari pada dengan mempertimbangkan bagaimana Allah harus dicari; sementara seseorang sedang mengembara / menyimpang dari jalan yang benar untuk mencari Dia, ia tidak bisa dikatakan terlibat dalam pekerjaan / perbuatan baik. Kitab Suci memberikan ini sebagai jalan yang benar, - bahwa seseorang, yang merendahkan dirinya sendiri, dan dipukul oleh suatu keyakinan bahwa ia layak mendapatkan kematian kekal, dan dalam keputus-asaan tentang diri sendiri, harus lari kepada Kristus sebagai satu-satunya perlindungan untuk keselamatan. Pasti kita tidak bisa menemukan dimanapun bahwa kita harus membawa kepada Allah jasa pekerjaan / perbuatan baik apapun untuk meletakkan kita dalam suatu keadaan disukai / disenangi oleh Dia. Maka ia yang mengerti bahwa ini adalah satu-satunya jalan yang benar untuk mencari Allah, akan dibebaskan dari setiap kesukaran tentang pokok ini; karena upah tidak menunjuk pada kelayakan atau nilai dari pekerjaan / perbuatan baik tetapi pada iman).

Kata-kata di atas ini pasti bertentangan frontal dengan kata-kata Pdt. Stephen Tong yang mengatakan bahwa sebelum Kornelius percaya, ‘kebajikannya sudah diterima oleh Tuhan’!

Calvin (tentang Ibr 11:6): From these two clauses, we may learn how, and why it is impossible for man to please God without faith; God justly regards us all as objects of his displeasure, as we are all by nature under his curse; and we have no remedy in our own power. It is hence necessary that God should anticipate us by his grace; and hence it comes, that we are brought to know that God is, and in such a way that no corrupt superstition can seduce us, and also that we become assured of a certain salvation from him (= Dari dua anak kalimat ini, kita bisa belajar bagaimana dan mengapa merupakan sesuatu yang mustahil bagi manusia untuk memperkenan Allah tanpa iman; Allah dengan benar / adil menganggap kita semua sebagai obyek dari ketidak-senanganNya, karena kita semua secara alamiah ada di bawah kutukNya; dan kita tidak mempunyai obat dalam kuasa kita sendiri. Karena itu merupakan sesuatu yang perlu bahwa Allah mendahului kita dengan kasih karuniaNya; dan lalu terjadilah, bahwa kita dibawa untuk mengetahui bahwa Allah ada, dan dengan cara sedemikian rupa sehingga tak ada takhyul jahat apapun bisa membujuk kita, dan juga sehingga kita yakin tentang suatu keselamatan tertentu dari Dia).

Karena Kornelius adalah orang beriman, biarpun dengan iman Perjanjian Lama, tetapi ini tetap menyebabkan ia sudah bisa membuahkan perbuatan baik dalam kehidupannya. Tetapi ini sama sekali berbeda dengan Khong Hu Cu, yang memang sama sekali tidak beriman kepada Kristus, dan karena itu, baik dirinya maupun kehidupannya, menurut Kitab Suci, tidak mungkin bisa memperkenan Allah.

Kesimpulan saya tentang ajaran Pdt. Stephen Tong tentang Khong Hu Cu adalah: membuka peluang untuk keselamatan Khong Hu Cu adalah sama sekali salah, bahkan sesat. Ini bukan saja bukan ajaran Reformed, tetapi bukan ajaran Kristen!

Kalau ada yang ingin mempelajari tulisan saya yang lebih mendetail tentang Pdt. Stephen Tong dan Khong Hu Cu, silahkan membaca dalam web kami. Ini alamat tentang tulisan ini:

Sekali lagi saya bertanya: “Apakah Pdt. Stephen Tong adalah seorang penyesat / nabi palsu?”. Saya menjawab: “Tidak. Ajarannya dalam hal ini memang sesat, tetapi Pdt. Stephen Tong bukan seorang penyesat / nabi palsu. Ia adalah seorang hamba Tuhan sejati yang melakukan blunder. Saya yakin ia percaya kepada Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga. Itu terlihat dari banyak khotbah-khotbahnya yang lain. Lalu mengapa ia bisa melakukan blunder seperti ini? MUNGKIN karena ia terlalu mengagumi / mengidolakan Khong Hu Cu, dan dari sini kita melihat betapa berbahayanya tindakan mengidolakan seseorang, dan ini juga berlaku untuk banyak orang yang mengidolakan Pdt. Stephen Tong!”.

VI) Ajaran bahwa manusia Yesus tidak dicipta.

Saya menerima email dari seseorang, yang berbunyi sebagai berikut:

Halo pak Budi, maap mengganggu. Saya mempunyai pertanyaan mengenai Kristologi dan sepertinya berbau Apollinarisme. Dibawah ini adalah sebuah pertanyaan yang dijawab oleh Pdt. Stephen Tong. Saya kurang puas dengan jawaban pak Tong karena koq sepertinya bertentangan ddengan pengakuan iman Nicea dan tidak tegas dalam menjawab. Apalah pak Budi, bisa memberikan komentarnya? Terima kasih sebelumnya.

Question: Did the dual nature, divine and human, of Christbegin with the incarnation into His infancy and does it last forever? (Original: 稣的神人二性是从道成肉身包括婴儿期一直到永远吗?)
Answer: Jesus’s humanity, in terms of His bodily needs and bodily human nature, began with His incarnation, but would it it possible that Jesus’s humanity already existed with Him from all eternity?
This is a big theological question. If humankind was created in God’s image, and if humankind’s humanity is created from the humanity that is a part within the deity, then Jesus would have possessed from all eternity the humanity that is archetypal of humankind, so “humanity” and “human body” are two different things. Many theologians find their starting point in identifying Jesus’s humanity with the human body. If that is the case, does a human being’s humanity exist before he possesses a body? After we die [physically], do we lose our humanity? We still possess the human nature after we die, right? If you don’t, then you become a demonic ghost! We are still human after we die, albeit a human soul that has departed from the body. So, is Jesus Christ’s humanity necessarily bound to His bodily existence? My answer is, not absolutely so. Then, I’ll leave you some room to think this through. (Original: 稣的人性从他肉身的需要跟肉身的人的本性,是他降生以后有的,但是耶稣的人性和他永恒中间有没有可能就有呢?这是很大的神学问题。假如说人是照着上帝的 形像造的,那假如人的人性是从神性里面的人性的部份造出来的话,那耶稣就有在永恒的人的模范的那个本性,所以「人性」跟「人的身体」是两件事情。很多的神 学家把人的身体就是耶稣人性的基础。那么,人性在人没有身体的时候还存在吗?我们死了以后还有没有人性呢?我们死了以后还有没有人性啊?没有人性了,那你 变成鬼了!我们死了以后还是人,过是一个灵魂离开身体的人。所以,这样,耶稣基督的人性是不是一定跟他的肉身的存在结合在一起呢?我的答案是,不是绝对 的。那你们再思考,留一点空间给你们。Translation mine).

Terjemahan saya:
Pertanyaan: Apakah dua hakekat, ilahi dan manusiawi, dari Kristus mulai dengan inkarnasi ke dalam ke-bayi-anNya dan apakah itu bertahan selama-lamanya?
Jawab (dari Pdt. Stephen Tong): “Kemanusiaan Yesus, berkenaan dengan kebutuhan-kebutuhan tubuhNya dan hakekat manusia jasmaniNya, mulai dengan inkarnasiNya, tetapi apakah memungkinkan bahwa kemanusiaan Yesus telah ada dengan Dia dari kekekalan? Ini merupakan suatu pertanyaan theologis yang besar. Jika umat manusia diciptakan dalam gambar Allah, dan jika kemanusiaan dari umat manusia diciptakan dari kemanusiaan yang merupakan suatu bagian di dalam keallahan, maka Yesus sudah mempunyai dari kekekalan kemanusiaan yang merupakan pola dari umat manusia, maka ‘kemanusiaan’ dan ‘tubuh manusia’ adalah dua hal yang berbeda. Banyak ahli theologia mendapatkan titik awal mereka dalam mengidentifikasi kemanusiaan Yesus dengan tubuh manusia. Jika itu adalah kasusnya, apakah kemanusiaan dari seorang manusia ada sebelum ia memiliki suatu tubuh? Setelah kita mati (secara jasmani), apakah kita kehilangan kemanusiaan kita? Kita tetap memiliki hakekat manusia setelah kita mati, benar? Jika kamu tidak memilikinya, maka kamu menjadi seorang hantu! Kita tetap adalah manusia setelah kita mati, sekalipun jiwa manusia telah meninggalkan / berpisah dari tubuh. Jadi, apakah kemanusiaan Yesus Kristus harus terikat pada keberadaan tubuh / jasmaniNya? Jawaban saya, tidak secara mutlak demikian. Jadi, saya memberi kamu tempat untuk memikirkan hal ini dalam-dalam.”.

Tanggapan saya:

Bagian yang saya cetak dengan huruf besar betul-betul tidak masuk akal! Dari mana Pdt. Stephen Tong bisa beranggapan bahwa ‘kemanusiaan adalah suatu bagian dalam keallahan’? Apa dasarnya? Hanya karena manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, tak berarti bahwa ‘kemanusiaan adalah suatu bagian dalam keallahan’.

Juga bahwa Pdt. Stephen Tong membedakan antara ‘manusia Yesus’ dengan ‘kemanusiaan Yesus’, menurut saya merupakan omong kosong.

Dan Pdt. Stephen Tong menganggap (sekalipun tidak secara tegas) bahwa kemanusiaan Yesus itu kekal (sudah ada sebelum manusia Yesus itu ada), berdasarkan suatu argumentasi yang sangat konyol! Pada waktu seseorang mati, tentu saja ia tetap adalah manusia, karena sekalipun ada perpisahan antara tubuh dan jiwa / rohnya, tetapi jiwa / rohnya tetap ada (tidak musnah). Tetapi sebelum orang itu ada dalam kandungan, jiwa / rohnya tidak / belum ada, dan demikian juga dengan tubuhnya! Jadi seluruh manusia atau kemanusiaan (saya tak membedakan 2 hal ini) tidak mempunyai existensi / keberadaan sebelum manusia itu mulai ada dalam kandungan!

Saya pernah membahas hal ini dalam 3 x khotbah, tetapi terlalu panjang untuk diberikan semua di sini. Di sini saya tidak membahas dasar yang dipakai oleh orang-orang tertentu untuk mengatakan bahwa manusia Yesus itu kekal. Saya hanya membahas dasar yang saya gunakan untuk menunjukkan bahwa manusia Yesus itu tidak kekal, itupun tidak semuanya.

A)  Dasar Alkitab yang menunjukkan bahwa manusia Yesus itu tidak kekal.

1)   Yesus adalah anak / keturunan Adam.
Luk 3:23-38 - “(23) Ketika Yesus memulai pekerjaanNya, Ia berumur kira-kira tiga puluh tahun dan menurut anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf, anak Eli, (24) anak Matat, anak Lewi, anak Malkhi, anak Yanai, anak Yusuf, (25) anak Matica, anak Amos, anak Nahum, anak Hesli, anak Nagai, (26) anak Maat, anak Matica, anak Simei, anak Yosekh, anak Yoda, (27) anak Yohanan, anak Resa, anak Zerubabel, anak Sealtiel, anak Neri, (28) anak Malkhi, anak Adi, anak Kosam, anak Elmadam, anak Er, (29) anak Yesua, anak Eliezer, anak Yorim, anak Matat, anak Lewi, (30) anak Simeon, anak Yehuda, anak Yusuf, anak Yonam, anak Elyakim, (31) anak Melea, anak Mina, anak Matata, anak Natan, anak Daud, (32) anak Isai, anak Obed, anak Boas, anak Salmon, anak Nahason, (33) anak Aminadab, anak Admin, anak Arni, anak Hezron, anak Peres, anak Yehuda, (34) anak Yakub, anak Ishak, anak Abraham, anak Terah, anak Nahor, (35) anak Serug, anak Rehu, anak Peleg, anak Eber, anak Salmon, (36) anak Kenan, anak Arpakhsad, anak Sem, anak Nuh, anak Lamekh, (37) anak Metusalah, anak Henokh, anak Yared, anak Mahalaleel, anak Kenan, (38) anak Enos, anak Set, anak Adam, anak Allah.”.

John Calvin: Also, the commonly accepted understanding of ‘Son of Adam’ ought to be beyond controversy. ... For even though he was not immediately begotten of a mortal father, his origin derived from Adam. (= Juga, pengertian yang diterima pada umumnya tentang ‘Anak Adam’ harus berada di luar jangkauan kontroversi. ... Karena sekalipun Ia tidak langsung diperanakkan dari seorang ayah yang fana, asal usulNya didapatkan dari Adam) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter 13, no 2.

Adam saja tidak kekal (tetapi mempunyai titik awal), lalu bagaimana mungkin manusia Yesus itu kekal?

2)   Yesus disebut ‘Adam yang kedua’.
Calvin mengatakan tentang seseorang yang bernama Osiander, yang menyatakan bahwa Kristus sebagai manusia sudah diketahui lebih dulu dalam pikiran Allah, dan Ia adalah ‘pattern’ / ‘pola’ dari pembentukan manusia.
Calvin menjawab bahwa Paulus mengatakan bahwa Kristus adalah ‘Adam kedua’ (1Kor 15:47).
1Kor 15:47 - “Manusia pertama (= Adam) berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani, manusia kedua (= Yesus) berasal dari sorga.”.
Kalau Kristus (sebagai manusia!) sudah ada sebelum Adam / sebelum penciptaan, maka Ia harus disebut ‘Adam / manusia pertama’, dan Adamnya tidak bisa disebut sebagai ‘Adam / manusia pertama’.

John Calvin: For why will Osiander shudder at what Scripture teaches so clearly, that Christ was made like us in all respects except sin (Hebrews 4:15)? For this reason, Luke also does not hesitate to reckon him as a descendant of Adam (Luke 3:38). I should also like to know why Paul calls Christ the ‘Second Adam’ (1 Corinthians 15:47), unless the human condition was ordained for him in order that he might lift Adam’s descendants out of ruin. For if Christ came before creation, then he ought to be called the ‘first Adam.’ Osiander blithely declares that because Christ as man had been foreknown in the mind of God, he was the pattern to which men were formed. But Paul, calling Christ the ‘Second Adam,’ sets the Fall, from which arose the necessity of restoring nature to its former condition, between man’s first origin and the restoration that we obtain through Christ. It follows, then, that it was for this same cause that the Son of God was born to become man. - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter 12, no 7.
Catatan: Ini tidak saya terjemahkan, karena intinya sudah saya berikan di atas.

3)   Yesus disebut benih / keturunan dari Hawa / dilahirkan oleh Hawa / perempuan.
Kej 3:15 - “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.’”.

4)   Yesus dilahirkan oleh Maria, dan dikatakan sebagai ‘buah rahim’ Maria.

a)   Gal 4:4 - “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus AnakNya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.”.
KJV: made of a woman’ (= dibuat dari seorang perempuan).
RSV: born of woman’ (= dilahirkan dari perempuan).
NIV/NASB: born of a woman’ (= dilahirkan dari seorang perempuan).
Kedua terjemahan (‘made’ maupun ‘born’) memungkinkan (Bible Works 7).

b)   Luk 1:41-42 - “(41) Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus, (42) lalu berseru dengan suara nyaring: ‘Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.”.
Catatan: perhatikan bahwa Elisabet mengucapkan kata-kata dalam ay 42 itu dalam keadaan dipenuhi Roh Kudus (ay 41), dan karena itu kata-katanya pasti benar!

John Calvin: Now, if he had not truly been begotten of the seed of David, what will be the point of this expression that he is ‘the fruit of her womb’ (Luke 1:42)? [= Sekarang, seandainya Ia tidak sungguh-sungguh dilahirkan / diperanakkan dari benih / keturunan Daud, apa tujuan dari ungkapan ini bahwa Ia adalah ‘buah rahimnya’ (Luk 1:42)?] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter 13, no 3.

‘Westminster Confession of Faith’ pasal 8 ayat 2 berbunyi:
The Son of God, the second person in the Trinity, being very and eternal God, of one substance and equal with the Father, did, when the fulness of time was come, take upon Him man’s nature, with all the essential properties, and common infirmities thereof, yet with­out sin; being conceived by the power of the Holy Ghost, in the womb of the virgin Mary, of her substance. So that two whole, perfect, and distinct natures, the Godhead and the manhood, were inseparably joined together in one person, without conversion, composition, or confusion. Which person is very God, and very man, yet one Christ, the only Mediator between God and man. (= Anak Allah, pribadi kedua dalam Tritunggal, yang adalah Allah yang sungguh-sungguh dan kekal, dari satu zat dan setara dengan Bapa, pada waktu kegenapan waktunya sudah tiba, memang mengambil kepada diriNya hakekat manusia, dengan semua sifat-sifat hakiki, dan kelemahan-kelemahan umum darinya, tetapi tanpa dosa; dikandung oleh kuasa Roh Kudus, dalam rahim / kandungan dari perawan Maria, dari zatnya / zat Maria. Maka / jadi, kedua hakekat yang penuh / utuh, sempurna, dan berbeda, keAllahan dan kemanusiaan, digabungkan bersama-sama secara tak terpisahkan dalam satu pribadi, tanpa perubahan / penukaran, percampuran, atau kekacauan / percampuran. Pribadi mana adalah sungguh-sungguh Allah, dan sungguh-sungguh manusia, tetapi satu Kristus, satu-satunya Pengantara antara Allah dan manusia.).

Bahwa manusia Yesus / hakekat manusia Yesus itu berasal dari Maria, juga menunjukkan bahwa manusia Yesus / hakekat manusia Yesus itu adalah makhluk ciptaan, dan jelas tidak kekal, atau mulai ada dalam waktu.

5)   Yoh 1:14 mengatakan bahwa ‘Firman itu telah menjadi manusia’.
Yoh 1:1,14 - “(1) Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. ... (14) Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.”.
KJV: ‘And the Word was made flesh’ (= Dan Firman itu telah dibuat daging).
RSV/NASB: ‘And the Word became flesh’ (= Dan Firman itu menjadi daging).
NIV: ‘The Word became flesh’ (= Firman itu menjadi daging).

Calvin: “Christ, when he became man, did not cease to be what he formerly was, and that no change took place in that eternal essence of God which was clothed with ‘flesh.’ In short, the Son of God began to be man in such a manner that he still continues to be that eternal Speech who had no beginning” (= Kristus, pada waktu Ia menjadi manusia, tidak berhenti menjadi apa adanya Ia dahulu / sebelumnya, dan bahwa tidak ada perubahan terjadi dalam hakekat Allah itu, yang dipakaiani dengan ‘daging’. Singkatnya, Anak Allah mulai menjadi manusia dengan cara sedemikian rupa sehingga Ia tetap adalah Ucapan / Firman yang kekal, yang tidak mempunyai permulaan) - hal 46.

Seandainya manusia Yesus itu kekal, Calvin tidak mungkin mengatakan ‘began to be man’ / ‘mulai menjadi manusia’, dan juga kata ‘menjadi’ dalam Yoh 1:14 tidak bisa ada. Dan perlu diperhatikan bahwa kata ‘menjadi’ itu dalam bahasa Yunani ada dalam aorist tense (= past tense), yang menunjuk pada tindakan sesaat di masa lampau. Penggunaan ini mustahil kalau manusia Yesus itu kekal. Bandingkan dengan penyataan bahwa Yesus itu adalah Allah dalam Yoh 1:1 dimana digunakan imperfect tense.

Gresham Machen: “the imperfect refers to continuous action in past time, while the aorist is the simple past tense. ... in present time this distinction between the simple assertion of the act and the assertion of continued (or repeated) action is not made in Greek (LUO, therefore, means either ‘I loose’ or ‘I am loosing’. But in past time the distinction is very carefully made; the Greek language shows no tendency whatever to confuse the aorist with the imperfect” [= imperfect tense menunjuk pada tindakan terus menerus di masa lampau, sedangkan aorist tense adalah simple past tense / past tense biasa. ... dalam waktu present pembedaan antara pernyataan biasa dari tindakan ini dan pernyataan dari tindakan yang terus menerus (atau diulangi) tidak dibuat dalam bahasa Yunani (karena itu, LUO, berarti atau ‘saya kehilangan’ atau ‘saya sedang kehilangan’. Tetapi pada masa lampau / past, pembedaan itu dibuat dengan hati-hati / seksama; bahasa Yunani tidak menunjukkan kecenderungan apapun untuk mencampur-adukkan aorist tense dengan imperfect tense] - ‘New Testament Greek For Beginners’, hal 81-82.

Barnes’ Notes (tentang Yoh 1:1): In the beginning.’ ... The meaning is: that the ‘Word’ had an existence before the world was created. This is not spoken of the MAN Jesus, but of that which ‘became’ a man, or was incarnate, John 1:14. [= ‘Pada mulanya’. ... Artinya adalah: bahwa ‘Firman’ mempunyai suatu keberadaan sebelum dunia / alam semesta diciptakan. Ini tidak dibicarakan tentang manusia Yesus, tetapi tentang itu yang ‘menjadi’ seorang manusia, atau berinkarnasi, Yoh 1:14.].

Adam Clarke (tentang Yoh 1:14): The only begotten of the Father.’ That is, the only person born of a woman, whose human nature never came by the ordinary way of generation; it being a mere creation in the womb of the virgin, by the energy of the Holy Spirit. (= ‘Satu-satunya yang diperanakkan dari Bapa’. Artinya, satu-satunya pribadi yang dilahirkan dari seorang perempuan, yang hakekat manusiaNya tidak pernah datang dari cara kelahiran biasa; itu adalah suatu ciptaan belaka / hanya suatu ciptaan, dalam kandungan dari sang perawan, oleh kekuatan dari Roh Kudus.).
Catatan: jadi, bukan hanya orang-orang Reformed yang menganggap manusia Yesus sebagai ciptaan / tidak kekal. Adam Clarke adalah seorang Arminian, tetapi ia juga mempunyai pandangan itu. Saya menganggap bahwa doktrin bahwa ‘manusia Yesus tidak kekal’, bukanlah sekedar merupakan pandangan Reformed, tetapi merupakan pandangan Kristen!

Kekekalan dari Kristus memang ditekankan dalam Yoh 1:1, tetapi itu menunjuk pada keilahianNya. Sedangkan Yoh 1:14 mengatakan bahwa Dia ‘telah menjadi’ manusia. Ini tidak bisa tidak, terjadi bukan dalam kekekalan, tetapi dalam waktu!

B)  Beberapa tambahan penting yang menunjukkan bahwa manusia Yesus tidak kekal, tetapi diciptakan dalam waktu.

1)   Perhatikan beberapa kutipan pendukung di bawah ini, baik dari penulis Reformed maupun bukan Reformed, yang menyatakan bahwa manusia Yesus tidak kekal dan merupakan ciptaan!

John Owen: “The framing, forming, and miraculous conception of the body of Christ in the womb of the blessed Virgin was the peculiar and especial work of the Holy Ghost. ... The act of the Holy Ghost in this matter was a creating act; not, indeed, like the first creating act, which produced the matter and substance of all things out of nothing, causing that to be which was not before, neither in matter, nor form, nor passive disposition; but like those subsequent acts of creation, whereby, out of matter before made and prepared, things were made that which before they were not, and which of themselves they had no active disposition unto nor concurrence in. So man was created or formed of the dust of the earth, and woman of a rib taken from man. There was a previous matter unto their creation, but such as gave no assistance nor had any active disposition to the production of that particular kind of creature whereinto they were formed by the creating power of God. Such was this act of the Holy Ghost in forming the body of our Lord Jesus Christ; for although it was effected by an act of infinite creating power, yet it was formed or made of the substance of the blessed Virgin” [= Penyusunan, pembentukan, dan pembuahan yang bersifat mujijat dari tubuh Kristus di dalam kandungan Perawan yang diberkati merupakan pekerjaan yang khas dan khusus dari Roh Kudus. ... Tindakan Roh Kudus dalam persoalan ini merupakan tindakan penciptaan; memang tidak seperti tindakan penciptaan pertama, yang menghasilkan bahan dan zat dari segala sesuatu dari tidak ada, menyebabkannya ada padahal tadinya tidak ada, baik dalam bahannya, bentuknya, maupun penyusunan / kecondongan pasif (?); tetapi seperti tindakan-tindakan penciptaan yang berikutnya, dengan mana, dari bahan yang sudah dibuat dan dipersiapkan sebelumnya, benda-benda / hal-hal yang sebelumnya tidak ada dibuat / dicipta, dan yang dari dirinya sendiri mereka tidak mempunyai kecondongan aktif kepada hal itu maupun persetujuan. Demikianlah manusia / orang laki-laki diciptakan atau dibentuk dari debu tanah, dan perempuan dari tulang rusuk laki-laki. Disana sudah ada bahan untuk penciptaan mereka, tetapi sedemikian rupa sehingga tidak memberikan bantuan atau mempunyai kecondongan aktif pada produksi dari jenis ciptaan tertentu ke dalam mana mereka dibentuk oleh kuasa penciptaan Allah. Demikian jugalah tindakan Roh Kudus dalam membentuk tubuh dari Tuhan Yesus Kristus; karena sekalipun itu dihasilkan oleh tindakan dari kuasa penciptaan yang tak terbatas, tetapi itu dibentuk atau dibuat dari zat dari sang Perawan yang diberkati] - ‘The Works of John Owen’, vol 3, ‘The Holy Spirit’, hal 162,163-164.
John Owen: the creating act of the Holy Ghost, in forming the body of our Lord Jesus Christ in the womb, ... the conception of Christ in the womb, being the effect of a creating act, was not accomplished successively and in process of time, but was perfected in an instant;” (= tindakan penciptaan dari Roh Kudus, dalam membentuk tubuh dari Tuhan kita Yesus Kristus dalam kandungan, ... pembuahan Kristus dalam kandungan, yang merupakan hasil dari tindakan penciptaan, tidak dicapai secara berturutan dan dalam proses waktu, tetapi disempurnakan dalam sesaat;) - ‘The Works of John Owen’, vol 3, ‘The Holy Spirit’, hal 165.

Herman Bavinck:
·         “Even though Christ has assumed a human nature which is finite and limited and which began in time, as person, as Self, Christ does not in Scripture stand on the side of the creature but on the side of God” (= Sekalipun Kristus telah mengambil suatu hakekat manusia yang terbatas dan yang dimulai dalam waktu, tetapi sebagai Pribadi, sebagai Diri / Ego, dalam Kitab Suci Kristus tidak berdiri di pihak makhluk ciptaan tetapi di pihak Allah) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 317.
·         “The relationship is that of Creator and creature, and the creature from the nature of his being can never become Creator, nor have the significance and worth for us human beings of the Creator” (= Hubungan itu adalah hubungan Pencipta dan makhluk ciptaan, dan makhluk ciptaan sesuai dengan hakekat / keadaan alamiah keberadaanNya tidak pernah bisa menjadi Pencipta, atau mempunyai arti dan nilai dari sang Pencipta bagi kita manusia) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 323.
·         That human nature did not exist beforehand. ... But in the incarnation, also, Scripture holds to the goodness of creation and to the Divine origin of matter” (= Hakekat manusia itu tidak ada sebelumnya. ... Tetapi juga dalam inkarnasi, Kitab Suci berpegang pada kebaikan penciptaan dan pada asal usul Ilahi dari zat / bahan) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 325.
·         “Just as the human nature of Christ did not exist before the conception in Mary, so it did not exist for sometime before, nor some time after, in a state of separation from Christ” (= Sebagaimana hakekat manusia Kristus itu tidak ada sebelum pembuahan di dalam Maria, begitu juga hakekat manusia itu tidak ada sebelumnya, ataupun setelahnya, dalam keadaan terpisah dari Kristus) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 326.
·         “In short, to one and the same subject, one and the same person, Divine and human attributes and works, eternity and time, omnipresence and limitation, creative omnipotence and creaturely weakness are ascribed” (= Singkatnya, subyek yang satu dan yang sama, pribadi yang satu dan yang sama, dianggap mempunyai sifat-sifat dasar dan pekerjaan-pekerjaan Ilahi dan manusia, kekekalan dan waktu / terbatas waktu, kemaha-adaan dan keterbatasan, kemaha-kuasaan yang bersifat mencipta dan kelemahan makhluk ciptaan) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 326.

Dan dalam tafsirannya tentang Mikha 5:1, Calvin berkata sebagai berikut:
the Prophet could not properly nor wisely mention the human nature of Christ with the divine, with reference to eternity. The Word of God, we know, was eternal; and we know, that when the fulness of time came, as Paul says, Christ put on our nature, (Gal. 4:4.) Hence the beginning of Christ as to the flesh was not so old, if his existence be spoken of: to set them together then would have been absurd [= sang Nabi tidak bisa secara tepat / benar ataupun secara bijaksana menyebutkan hakekat manusia dari Kristus dengan hakekat ilahiNya, berkenaan dengan kekekalan. Firman Allah, kita tahu, adalah kekal; dan kita tahu, bahwa pada saat kegenapan waktunya datang, seperti Paulus katakan, Kristus memakai / mengenakan hakekat kita, (Gal 4:4). Karena itu permulaan dari Kristus berkenaan dengan daging tidaklah begitu tua, jika keberadaanNya dibicarakan: maka, membuat mereka bersama-sama akan merupakan sesuatu yang menggelikan].
Gal 4:4 - “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus AnakNya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.”.

Herschel H. Hobbs mengutip Robert G. Lee: “As in eternity he leaned upon the bosom of his Father without a mother, so in time he leaned upon the bosom of his mother without a father” (= Sebagaimana dalam kekekalan Ia bersandar pada dada BapaNya tanpa seorang ibu, demikian juga dalam waktu Ia bersandar pada dada ibuNya tanpa seorang bapa) - hal 21.

Philip Schaff: “The Son, as man, is produced; as God, he is unproduced or uncreated; he is begotten from eternity of the unbegotten Father. To this Athanasius refers the passage concerning the Only-begotten who is in the bosom of the Father” [= Anak, sebagai manusia, dihasilkan / diciptakan; sebagai Allah, Ia tidak dihasilkan atau tidak diciptakan; Ia diperanakkan dari kekekalan dari Bapa yang tidak diperanakkan. Untuk ini Athanasius menunjuk pada text tentang Satu-satunya yang diperanakkan, yang ada di dada Bapa (Yoh 1:18)] - ‘History of the Christian Church’, vol III, hal 658.
Catatan: Schaff adalah seorang ahli sejarah, dan dia jelas bukan Reformed.

2)   Sekarang perhatikan beberapa Pengakuan-pengakuan Iman kuno tentang hal ini.

a)   Pengakuan Iman Nicea - Konstantinople - Toledo: I believe in one God the Father Almighty, maker of heaven and earth, and of all things visible and invisible; and in one Lord Jesus Christ, the only begotten Son of God, begotten of his Father before all worlds; God of God, Light of Light, very God of very God, begotten not made, being of one substance with the Father; by whom all things were made; Who for us men and for our salvation came down from heaven, and was incarnate by the Holy Ghost of the Virgin Mary, and was made man; He was crucified, also for us, under Pontius Pilate. He suffered and was buried; and the third day he rose again according to the Scriptures; and ascended into heaven, and sitteth on the right hand of the Father. And he shall come again with glory to judge both the quick and the dead; whose kingdom shall have no end. And I believe in the Holy Ghost, the Lord and Giver of life, who proceedeth from the Father and the Son, who, with the Father and the Son together is worshipped and glorified, who spake by the prophets. And I believe one Catholic and Apostolic Church, I acknowledge one baptism for the remission of sins; and I look for the resurrection of the dead, and the life of the world to come. Amen. (= Aku percaya kepada satu Allah Bapa Yang Mahakuasa, pencipta langit dan bumi, dan segala yang kelihatan dan yang tidak kelihatan. Dan kepada satu Tuhan Yesus Kristus, satu-satunya Anak Allah yang diperanakkan, diperanakkan dari Bapa sebelum alam semesta, Allah dari Allah, terang dari terang, Allah yang sejati dari Allah yang sejati, diperanakkan, bukan dicipta, sehakekat dengan sang Bapa, oleh siapa segala sesuatu dicipta; yang untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita telah turun dari sorga, dan diinkarnasikan oleh Roh Kudus dari anak dara Maria, dan dijadikan manusia; Ia telah disalibkan, juga bagi kita, di bawah pemerintahan Pontius Pilatus. Ia menderita dan dikuburkan; dan pada hari ketiga Ia bangkit kembali, sesuai dengan Kitab Suci, dan naik ke sorga; dan duduk di sebelah kanan Bapa. dan Ia akan datang kembali dengan kemuliaan untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati; yang kerajaanNya takkan berakhir. Dan aku percaya kepada Roh Kudus, Tuhan dan pemberi kehidupan, yang keluar dari bapa dan anak, yang bersama-sama dengan Bapa dan Anak disembah dan dimuliakan, yang telah berfirman dengan perantaraan para nabi. Dan aku percaya satu gereja yang am dan rasuli, Aku mengakui satu baptisan untuk pengampunan dosa, dan aku menantikan kebangkitan orang mati, dan kehidupan di dunia yang akan datang. Amin.).

Perlu diingat bahwa kata-kata ‘begotten, not made’ (= ‘diperanakkan, bukan dicipta’) dalam Pengakuan Iman Nicea - Konstantinople, tidak menunjuk kepada kemanusiaan / hakekat manusia Yesus, tetapi menunjuk kepada keilahianNya.

b)   Pengakuan Iman Chalcedon: “We, then, following the holy Fathers, all with one consent, teach men to confess, one and the same Son, our Lord Jesus Christ; the same perfect in Godhead and also perfect in Manhood; truly God, and truly Man, of a reasonable soul and body; consubstantial with the Father according to the Godhead, and consubstantial with us according to the Manhood; in all things like unto us without sin; begotten before all ages of the Father according to the Godhead, and in these latter days, for us and for our salvation, born of Mary the Virgin Mother of God according to the Manhood. He is one and the same Christ, Son, Lord, Only begotten, existing in two natures without mixture, without change, without division, without separation; the diversity of the two natures not being at all destroyed by their union, but the peculiar properties of each nature being preserved, and concurring to one person and one subsistence, not parted or divided into two persons, but one and the same Son, and Only-begotten, God The Word, the Lord Jesus Christ; as the prophets from the beginning have declared concerning Him, and as the Lord Jesus Christ Himself hath taught us, and as the Creed of the holy fathers has delivered to us” (= Maka, kami semua, mengikuti Bapa-bapa kudus, dengan suara bulat, mengajar manusia untuk mengaku, Anak yang satu dan yang sama, Tuhan kita Yesus Kristus, sempurna dalam keilahian dan juga sempurna dalam kemanusiaan, sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia, dengan jiwa yang bisa berpikir dan tubuh; menurut keilahianNya mempunyai zat / hakekat yang sama dengan Sang Bapa, dan menurut kemanusiaanNya mempunyai zat / hakekat yang sama dengan kita, dalam segala hal sama seperti kita tetapi tanpa dosa; menurut keilahianNya diperanakkan sebelum segala jaman dari Bapa, dan menurut kemanusiaanNya dilahirkan dari Maria, sang Perawan, Bunda Allah dalam hari-hari akhir ini. Ia adalah Kristus, Anak, Tuhan yang satu dan yang sama, satu-satunya yang diperanakkan, mempunyai keberadaan dalam 2 hakekat, tanpa percampuran, tanpa perubahan, tanpa perpecahan, tanpa perpisahan; perbedaan dari dua hakekat itu sama sekali tidak dihancurkan oleh persatuan mereka, tetapi sifat-sifat dasar yang khas dari setiap hakekat dipertahankan dan bersatu menjadi satu pribadi dan satu keberadaan / makhluk, tidak berpisah atau terbagi menjadi dua pribadi, tetapi Anak yang satu dan yang sama, dan satu-satunya yang diperanakkan, Allah Firman, Tuhan Yesus Kristus; seperti nabi-nabi dari semula telah menyatakan tentang Dia, dan seperti Tuhan Yesus Kristus sendiri telah mengajar kita, dan seperti pengakuan iman bapa-bapa kudus telah menyampaikan kepada kita).

c)   Pengakuan Iman Athanasius: “1. Whosoever wishes to be saved, it is above all necessary for him to hold the Catholic faith.  2. Which, unless each one shall preserve perfect and inviolate, he shall certainly perish forever.  3. But the Catholic faith is this, that we worship one God in trinity, and trinity in unity.  4. Neither confounding the persons, nor separating the substance.  5. For the person of the Father is one, of the Son another, and of the Holy Ghost another.  6. But of the Father, of the Son, and of the Holy Ghost there is one divinity, equal glory and co-eternal majesty.  7. What the Father is, the same is the Son, and the Holy Ghost.  8. The Father is uncreated, the Son uncreated, the Holy Ghost uncreated.  9. The Father is immense, the Son immense, the Holy Ghost immense.  10. The Father is eternal, the Son eternal, the Holy Ghost eternal.  11. And yet there are not three eternals, but one eternal.  12. So there are not three (beings) uncreated, nor three immense, but one uncreated, and one immense.  13. In like manner the Father is omnipotent, the Son is omnipotent, the Holy Ghost is omnipotent.  14. And yet there are not three omnipotents, but one omnipotent.  15. Thus the Father is God, The Son is God, the Holy Ghost is God.  16. And yet there are not three Gods, but one God.  17. Thus The Father is Lord, the Son is Lord, the Holy Ghost is Lord.  18. And yet there are not three Lords, but one Lord.  19. Because as we are thus compelled by Christian verity to confess each person severally to be God and Lord; so we are prohibited by the Catholic religion from saying that there are three Gods or Lords.  20. The Father was made from none, nor created, nor begotten.  21. The Son is from the Father alone, neither made, nor created, but begotten.  22. The Holy Ghost is from the Father and the Son, neither made, nor created, nor begotten, but proceeding.  23. Therefore there is one Father, not three fathers, one Son, not three sons, one Holy Ghost, not three Holy Ghosts.  24. And in this trinity no one is first or last, no one is greater or less.  25. But all the three co-eternal persons are co-equal among themselves; so that through all, as is above said, both unity in trinity, and trinity in unity is to be worship.  26. Therefore, he who wishes to be saved must think thus concerning the trinity.  27. But it is necessary to eternal salvation that he should also faithfully believe the incarnation of our Lord Jesus Christ.  28. It is, therefore, true faith that we believe and confess that our Lord Jesus Christ is both God and man.  29. He is God, generated from eternity from the substance of the Father; man, born in time from the substance of his mother.  30. Perfect God, perfect man, subsisting of a rational soul and human flesh.  31. Equal to the Father in respect to his divinity, less than the Father in respect to his humanity.  32. Who, although he is God and man, is not two but one Christ.  33. But one, not from the conversion of his divinity into flesh, but from the assumption of his humanity into God.  34. One not at all from confusion of substance, but from unity of person.  35. For as a rational soul and flesh is one man, so God and man is one Christ.  36. Who suffered for our salvation, descended into hell, the third day rose from the dead.  37. Ascended to heaven, sitteth at the right hand of God the Father omnipotent, whence he shall come to judge the living and the dead.  38. At whose coming all men shall rise again with their bodies, and shall render an account for their own works.  39. And they who have done well shall go into life eternal; they who have done evil into eternal fire.  40. This is the Catholic faith, which, unless a man shall faithfully and firmly believe, he can not be saved.” (= 1. Barangiapa yang ingin diselamatkan, adalah perlu baginya di atas segala-galanya untuk memegang / mempercayai iman Katolik / universal / am.  2. Yang, kecuali setiap orang memelihara / mempertahankannya secara sempurna dan tidak diganggu gugat, ia pasti akan binasa selama-lamanya.  3. Tetapi iman Katolik / universal / am adalah ini, bahwa kami menyembah satu Allah dalam tritunggal, dan tritunggal dalam kesatuan.  4. Tidak ada kekacauan / percampuran pribadi-pribadi ataupun pemisahan zat.  5. Karena pribadi dari Bapa adalah satu, dari Anak adalah pribadi yang lain, dan dari Roh Kudus adalah pribadi yang lain.  6. Tetapi dari Bapa, dari Anak, dan dari Roh Kudus ada satu keilahian, kemuliaan yang sama / setara dan keagungan yang sama kekalnya.  7. Apa adanya Bapa itu, demikian juga dengan Anak, dan juga Roh Kudus.  8. Bapa tidak diciptakan, Anak tidak diciptakan, Roh Kudus tidak diciptakan.  9. Bapa itu maha besar, Anak itu maha besar, Roh Kudus itu maha besar.  10. Bapa itu kekal, Anak itu kekal, Roh Kudus itu kekal.  11. Tetapi tidak ada tiga yang kekal, tetapi satu yang kekal.  12. Demikian juga tidak ada tiga (makhluk) yang tidak dicipta, juga tidak tiga yang maha besar, tetapi satu yang tidak dicipta, dan satu yang maha besar.  13. Dengan cara yang sama Bapa adalah maha kuasa, Anak adalah maha kuasa, Roh Kudus adalah maha kuasa.  14. Tetapi tidak ada tiga yang maha kuasa, tetapi satu yang maha kuasa.  15. Demikian juga Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah, Roh Kudus adalah Allah.  16. Tetapi tidak ada tiga Allah, tetapi satu Allah.  17. Demikian pula Bapa adalah Tuhan, Anak adalah Tuhan, dan Roh Kudus adalah Tuhan.  18. Tetapi tidak ada tiga Tuhan, tetapi satu Tuhan.  19. Karena sebagaimana kami didorong seperti itu oleh kebenaran Kristen untuk mengakui setiap pribadi secara terpisah / individuil sebagai Allah dan Tuhan; demikian pula kami dilarang oleh agama Katolik / universal / am untuk mengatakan bahwa ada tiga Allah atau Tuhan.  20. Bapa tidak dibuat dari apapun, tidak diciptakan, tidak diperanakkan.  21. Anak itu dari Bapa saja, tidak dibuat, tidak dicipta, tetapi diperanakkan.  22. Roh Kudus itu dari Bapa dan Anak, tidak dibuat, tidak dicipta, tidak diperanakkan, tetapi keluar.  23. Karena itu ada satu Bapa, bukan tiga bapa, satu Anak, bukan tiga anak, satu Roh Kudus, bukan tiga Roh Kudus.  24. Dan dalam tritunggal ini tidak ada yang pertama atau terakhir, tidak ada yang lebih besar atau lebih kecil.  25. Tetapi ketiga pribadi yang sama-sama kekal dan setara di antara mereka sendiri; sehingga mereka semua secara keseluruhan, seperti dikatakan di atas, baik kesatuan dalam tritunggal, maupun tritunggal dalam kesatuan, harus disembah.  26. Karena itu, ia yang ingin diselamatkan harus berpikir demikian tentang tritunggal.  27. Tetapi adalah perlu untuk keselamatan kekal bahwa ia juga percaya dengan setia / benar inkarnasi dari Tuhan kita Yesus Kristus.  28. Karena itu adalah iman yang benar bahwa kita percaya dan mengaku bahwa Tuhan kita Yesus Kristus adalah Allah dan manusia.  29. Ia adalah Allah, diperanakkan dari kekekalan dari zat Sang Bapa; manusia, dilahirkan dalam waktu dari zat ibuNya.  30. Allah yang sempurna, manusia yang sempurna, terdiri dari jiwa yang rasionil dan daging manusia.  31. Setara dengan Sang Bapa dalam hal keilahianNya, lebih rendah dari Sang Bapa dalam hal kemanusiaanNya.  32. Yang, sekalipun adalah Allah dan manusia, bukanlah dua tetapi satu Kristus.  33. Tetapi satu, bukan dari perubahan dari keilahianNya menjadi daging, tetapi dari penerimaan / pengambilan dari kemanusiaanNya kepada / ke dalam Allah.  34. Satu, sama sekali bukan karena percampuran zat, tetapi dari kesatuan pribadi.  35. Karena sebagaimana jiwa yang rasionil dan daging adalah satu manusia, demikian juga Allah dan manusia adalah satu Kristus.  36. Yang menderita untuk keselamatan kita, turun ke neraka, hari yang ketiga bangkit dari antara orang mati.  37. Naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang mahakuasa, darimana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.  38. Pada kedatangan siapa semua manusia akan bangkit kembali dengan tubuhnya, dan akan mempertanggungjawabkan pekerjaan / perbuatan mereka sendiri.  39. Dan mereka yang telah berbuat baik akan pergi ke dalam kehidupan kekal; mereka yang telah berbuat jahat ke dalam api yang kekal.  40. Inilah iman Katolik / universal / am, yang, kecuali seseorang percaya dengan setia dan teguh, ia tidak bisa diselamatkan) - A. A. Hodge, ‘Outlines of Theology’, hal 117-118.

Kesimpulan tentang bagian ini.

Yesus sebagai Allah memang jelas kekal, tetapi manusia Yesus tidak kekal, mulai ada dalam waktu, dan Ia memang diciptakan! Siapapun yang mempunyai kepercayaan yang berbeda dengan ini, harus memperhatikan kata-kata Herschel H. Hobbs di bawah ini:

Herschel H. Hobbs: “It is just as great a heresy to deny His humanity as to deny His deity” (= Menyangkal kemanusiaanNya adalah sama sesatnya dengan menyangkal keilahianNya) - hal 21.

Kalau ada yang ingin mempelajari tulisan saya yang lebih mendetail tentang hal ini, silahkan membaca dalam web kami. Ini alamat tentang tulisan ini:

Kesimpulan dari seluruh pembahasan ajaran Pdt. Stephen Tong:

Menurut saya, ajaran Pdt. Stephen Tong tentang hal ini (kekekalan manusia Yesus) adalah yang paling parah dari semua. Kalau pada saat Pdt. Stephen Tong mengutip Al-Quran, karena kesalahan fatalnya hanya terletak pada satu kalimat, itu mungkin bisa karena salah ucap. Kalau ajarannya tentang Khong Hu Cu, mungkin pengidolaannya terhadap Khong Hu Cu menyebabkan kesalahan / kesesatan itu, dan pada saat-saat lain Ia tidak mengajarkan seperti itu.

Tetapi ajaran Pdt. Stephen Tong tentang kekekalan manusia Yesus, menurut saya memang muncul dari pandangan yang betul-betul salah dalam dirinya. Karena itu, saya menganggap ini sebagai kesalahan / kesesatan yang paling parah dari ajaran Pdt. Stephen Tong yang saya ketahui.



-AMIN-